Jumlah penderita obesitas di Indonesia semakin meningkat tajam. Bahkan Riset Kesehatan Dasar mencatat, prevalensi obesitas di Indonesia terus meningkat dari 10,5 persen pada 2008, menjadi 14,8 persen pada 2013, dan melonjak 21,8 persen pada 2018. Maka dari itu, masyarakat diharaokan bisa mengetahui cara untuk mencegah dan penanganan obesitas.
Masih ingat tidak dengan kasus yang yang dialami Titi Wati? Perempuan ini memang mengalami obesitas hingga berat badannya mencapai 350 kg. Diketahui, salah satu sebab mengapa dirinya mengalami kenaikan berat badan yang tidak terkontrol lantaran dirinya sering ngemil yang tidak terkontrol.
Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika obesitas merupakan penyakit tidak menular yang dapat menurunkan angka harapan hidup seseorang karena sangat berisiko. Misalnya, seorang pria yang masuk ke dalam obesitas tipe 3, maka angka harapan hidupnya berkurang 12 tahun, dan perempuan berkurang 9 tahun.
Tak hanya itu, obesitas juga bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit lain. Seperti, tingginya kadar kolesterol, diabetes militus, hipertensi, dan gangguan vaskular lainnya.
Penting untuk digarisbawahi, American Medical Association telah menyatakan bahwa obesitas merupakan suatu penyakit. Hal ini tidak terlepas karena obesitas dapat mengurangi harapan hidup seseorang dan menyebabkan berbagai penyakit.
Artikel terkait : 5 Kebiasaan Sehari-hari yang Menjadi Penyebab Kegemukan Tanpa Anda Sadari
Agar masyarakat terbebas dari beberapa risiko buruk akibat obesitas, sangat diharapkan kesadaran untuk bisa menjalankan perilaku hidup sehat. Selain itu, obesitas yang berlebih seperti yang dialami Titi Wati tentu saja memerlukan penanganan obesitas yang lebih serius. Salah satu pilihan yang bisa ditempuh yaitu lewat bedah bariatrik.
Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B-KBD dari RS Pondok Indah menjelaskan bahwa tindakan bedah ini dilakukan agar pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dan kualitas hidupnya meningkat. Namun, penting untuk diketahui bahwa bedah bariatrik ini tidak bisa dilakukan pada semua orang yang merasa mengalami obesitas.
“Tindakan ini dapat dilakukan apabila pasien sudah dikategorikan sebagai obesitas morbid dan memiliki indeks massa tubuh yang tinggi. Namun, meski mampu menurunkan bobot tubuh dengan cepat, bedah bariatrik hanya sebagai pendukung,” ungkap Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B-KBD dari RS Pondok Indah.
Meskipun begitu, jika berdasarkan BMI, hanya orang-orang yang memiliki BMI di atas 32,5 yang dinyatakan benar-benar boleh melakukan tindakan ini. Sedangkan untuk BMI antara 27,5 hingga 32,5 kemungkinannya masih bisa melakukan, tapi BMI kurang 27,5 tidak boleh melakukan bedah bariatrik.
Tak hanya bisa memangkas berat badan secara signifikan, faktanya bedah bariatrik juga berperan sebagai operasi metabolik karena dapat segera menurunkan efek samping metabolik, seperti diabetes melitus.
Bedah bariatrik sebagai sebuah penanganan obesitas
Setidaknya terdapat 3 bedah bariatrik yang sering dilakukan, yaitu sleeve gastrectomy, bypass lambung, dan ikat lambung. Ketiga sama-sama memiliki hasil akhir penurunan berat badan akibat perubahan organ pencernaan yang berpengaruh pada pola makan dan penyerapan makanan dalam tubuh.
1. Sleeve gastrectomy
Merupakan tindakan pemotongan lambung pasien sekitar 85 persen. Alhasil nantinya pasien akan memiliki ukuran lambung yang lebih kecil.
2. Bypass lambung
Tindakan penggabungan bagian atas lambung dengan usus kecil. Sehingga, makanan tidak lagi melewati lambung dan tidak banyak kalori makanan yang diserap.
3. Ikat lambung
Sebuah tindakan pemasangan karet pengikat di lambung yang memiliki sifat fleksibel. Dengan cara ini, pasien dapat menentukan berapa banyak porsi makanan yang ingin dikonsumsi.
Dari ketiga jenis tersebut, menurut dr. Peter, yang paling disarankan adalah jenis bypass lambung. Sebab, umumnya, berat badan lebih banyak turun dan bertahan lebih lama.
Lantas, seberapa efektif bedah bariatrik sebagai cara penanganan obesitas? Diketahui jika setelah melakukan tindakan ini, berat badan akan hilang sekitar 55-85%, atau rata-rata yaitu 65%.
Sedangkan BMI akan hilang sekitar 20-40 kg/m2. Setelah melakukan bedah bariatrik, biasanya satu tahun setelahnya pasien disarankan melakukan operasi plastik.
“Operasi plastik karena banyak kulit yang tersisa. Penurnan berat badan banyak, maka akan ada kulit yang bergelambir,” kata Peter dalam konferensi pers RSPI di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat.
Tindakan yang harus dilakukan setelah melakukan bedah bariatrik
Meski dapat menurunkan berat badan dalam jumlah yang banyak, tapi tetap saja harus menjalankan pola hidup sehat setelah menjalani bedah. Misalnya konsisten melakukan olahraga.
Olahraga yang disarankan untuk dilakukan oleh pasien setelah melakukan bedah bariatrik adalah renang. Pasalnya, jika melakukan olahraga terlalu berat, dikhawatirkan pasien akan mengalami cedera lutut dan kaki, khususnya untuk pasien yang memang masih memiliki berat badan yang terlalu besar.
“Renang bisa menjadi pilihan olahraga yang aman, dan biasanya dilakukan 5 kali dalam seminggu. Olahraga cukup dilakukan dalam waktu setengah jam, asalkan harus terus bergerak,” ujar dr. David Fadjar Putra, M.S, Sp.GK dari RSPI pada Kamis, 14 Maret 2019.
Seseorang yang telah melakukan bedah bariatrik biasanya dapat mulai olahraga secara rutin yaitu sekitar 2 bulan setelah operasi. Namun, dalam jeda waktu tersebut, pasien tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa. “Dalam 2 bulan masih masa pemulihan. Tapi, masih bisa aktivitas,” tambah dr. David.
Samakah bedah bariatrik dengan operasi sedot lemak?
Selain itu, dr. Peter menegaskan bahwa bedah bariatrik bukanlah pembedahan kosmetik. Tindakan ini tentu saja dilakukan untuk mengobati orang sakit, yaitu ketika seseorang dinyatakan telah mengalami obesitas.
“Saya sangat tidak ingin ini dibilang sebagai pembedahan kosmetik. Tapi, itu benar rancu sekali, karena kadang ada orang yang datang kepada saya dan bertanya apakah bisa sedot lemak atau atau tidak,” jelasnya.
Untuk lebih jelasnya, inilah perbedaan antara bedah bariatrik dengan sedot lemak. Jangan sampai salah, ya.
- Menghilangkan rasa lapar pasien
- Memodifikasi saluran cerna pasien
- Kemudian, memodifikasi profil hormon pasien sehingga lebih efektif
- Mengurangi kalori yang diserap
Itulah informasi terkait bedah bariatrik sebagai cara penanganan obesitas yang bisa dilakukan. Sebelum melakukan tindakan ini, tim ahli medis tentu saja akan melakukan serangkaian pengecekan terlebih dahulu untuk memastikan jika tubuh Anda dalam keadaan sehat atau tidak.
Baca juga :
Wanita ini alami obesitas ekstrim, berat badannya kini berbobot 350 kg