Baru-baru ini cuitan dari seorang dokter mengenai buruknya penanganan corona di Surabaya menjadi viral.
Sebuah akun Twitter, @cakasana, yang mengaku sebagai dokter di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 membuat sebuah utas yang membeberkan hal itu.
Kontan utas di Twitter yang membahas buruknya penanganan wabah corona di Surabaya itu membuat masyarakat terkejut dan menuai respons banyak pihak. Benarkah demikian? Ini fakta-faktanya.
#1 Isi cuitan tentang buruknya penanganan corona di Surabaya
Foto: Twitter/cakasana
Utas yang dibuat oleh @cakasana pada tanggal 26 Mei 2020 itu membahas banyak hal antara lain:
- Tidak semua RS rujukan di Surabaya siap melayani pasien COVID-19. Dari 15 RS, beberapa diantaranya tidak memiliki ventilator, bahkan ruang ICU-nya tidak siap. Pemkot hanya memberikan bantuan 1 ventilator untuk RS Husada Utama.
- Fasilitas di RS tambahan juga kurang memadai dan pemeriksaannya tidak lengkap.
- Laboratorium yang bekerjasama dengan Kemenkes hanya ada 3 dan mereka libur saat Hari Raya Idul Fitri selama tiga hari. Akibatnya pelaksanaan tes swab pun tertunda.
- Tidak ada bantuan APD dari Pemkot, yang ada hanya dari Pemprov, itu pun masih kurang.
- Proses pemulasaraan jenazah COVID-19 ribet dan mahal, sementara biaya dari Kemenkes kurang.
- Desinfeksi yang dilakukan oleh Pemkot tidak tepat sasaran.
- Adanya perusahaan ‘nakal’ yang memaksa karyawannya agar tidak ke rumah sakit meskipun sakit.
- PSBB dinilai gagal karena jalanan masih ramai, kafe-kafe masih buka dan banyak orang yang tidak memakai masker.
- Lumbung Pangan Jatim tak patuhi social distancing dan dikhawatirkan menjadi cluster baru penularan Covid-19.
- Pemkot mengadakan mass rapid test (tes cepat masal). Namun, pasien yang reaktif harus melakukan tes swab mandiri yang artinya membayar biayanya sendiri.
- Banyak tenaga kesehatan yang tumbang karena ketidakbecusan Pemkot menangani wabah.
#2 Orang dibalik akun @cakasana adalah dokter IGD di RS Royal Surabaya
Pemilik akun @cakasana diketahui bernama Aditya C. Janottama. Dia bekerja di Rumah Sakit Royal Surabaya yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan COVID-19.
Hal ini dibenarkan oleh juru bicara RS Royal Surabaya dr Dewa Nyoman Sutanaya. Dia mengatakan, dokter pemilik akun @cakasana merupakan salah satu dokter yang bertugas di IGD.
#3 Klarifikasi dari pihak RS Royal Surabaya
Image: RS Royal Surabaya
Melansir laman Kompas, Dewa menjelaskan bahwa pihak rumah sakit meminta maaf dan akan melakukan investigasi internal terhadap salah satu dokternya itu.
“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, Dewa mengatakan, pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab atas pernyataan yang tengah menjadi viral di media sosial tersebut
“Pihak Rumah Sakit Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apa pun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya,” sambungnya.
Pihak rumah sakit juga telah memberi sanksi kepada yang bersangkutan sesuai peraturan dan prosedur di rumah sakit.
Dewa juga menegaskan, pernyataan bahwa Rumah Sakit Royal Surabaya tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya, dipastikan tidak benar. Pernyataan tersebut adalah pendapat pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid, menurut Dewa.
#4 Cuitan klarifikasi soal penanganan corona di Surabaya
Setelah menjadi viral, akun @cakasana membuat klarifikasi terkait pendapatnya itu di media sosial. Dia menjelaskan, rumah sakit tempat dia bekerja telah mendapat bantuan APD, baik dari Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim. Akun tersebut juga meminta maaf atas kesalahan informasi yang dia perbuat.
“Klarifikasi: Baru ngobrol sama orang RS dan saya dapat beberapa info akhirnya. Untuk di RS saya bekerja sendiri, kami dapat bantuan dari semua pihak (Pemkot, pemprov, dan pihak2 lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu). Untuk ini saya harus minta maaf. Ada kesalahan,” tulis akun tersebut
#5 Tanggapan dari Pemkot Surabaya; total 82.651 buah APD sudah dibagikan
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, memastikan, pihaknya telah membagikan sebanyak 82.651 buah APD kepada 50 rumah sakit rujukan dan non-rujukan serta Labkesda.
“Total ada 82.651 baju APD yang diberikan kepada 63 puskesmas, 50 RS rujukan dan non-rujukan serta Labkesda. Selain itu, kami juga bantu masker bedah, masker N95, face shield, sepatu boots, goggle, sarung tangan, ventilator, dan berbagai peralatan medis lainnya ke rumah sakit-rumah sakit itu,” kata Fikser di Dapur Umum Balai Kota Surabaya, Rabu (27/5/2020).
Fikser mengaku prihatin dan menyayangkan cuitan @cakasana yang menjadi viral itu. Dia berharap yang bersangkutan datang langsung dan mengutarakan saran serta kritik terkait penanganan corona.
“Jadi, kami sangat menyayangkan kalau itu disampaikan di media sosial karena akhirnya akan menimbulkan persepsi atau pemahaman yang keliru di masyarakat. Kasihan yang terlibat di dalam penanganan ini begitu banyak orang, termasuk dari medis, teman-teman beliau juga,” kata dia.
Fikser memastikan, seluruh kegiatan penanganan wabah corona di Surabaya telah terdokumentasi dan tercatat dengan baik.
“Tapi yang pasti, kami memiliki data semua APD yang diterima oleh Pemkot, langsung hari itu juga didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit itu. Bahkan, Bu Wali Kota sendiri yang membaginya rata-rata sesuai kebutuhan dan kami ada bukti terimanya,” ujar dia.
Sumber: Twitter/cakasana, Kompas
Baca juga:
Salut! Beri dukungan moral, Wali Kota Risma Telepon pasien COVID-19 satu per satu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.