Seorang pelaku pemerkosaan anak dijatuhi hukuman 12 tahun penjara hingga hukuman kebiri kimiawi setelah melakukan pelecehan seksual pada 9 orang anak. Pelaku merupakan seorang tukang las berusia 20 tahun bernama Muh Aris, asal Dusun Mangelo, Mojokerto.
Seperti yang dilansir dari Detik News, Aris ditangkap polisi pada 26 Oktober 2018 setelah aksi asusilanya terekam CCTV. Selain itu, ia juga diketahui telah memerkosa 9 anak sejak tahun 2015 silam.
Pelaku pemerkosaan di Mojokoerto mendapat hukuman kebiri kimia
Akibat tindakan tersebut pun, Hakim Pengadilan Negeri (PN) Mojokerto menyatakan bahwa Aris bersalah karena melanggar Pasal 81 ayat (2) UU RI nomor 23 tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak. Vonis tersebut dijatuhkan pada tanggal 2 Mei 2019.
Kasi Intel Kejaksaan Negeri Kabupaten Mojokerto Nugrogo Wisnu juga menjelaskan, Majelis Hakim juga menjatuhkan hukuman pidana tambahan berupa kebiri kimiawi.
“Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyertakan hukuman tambahan berupa hukuman kebiri kimia,” jelas Wisnu seperti yang dikutip dari Detik News.
Terkait hukuman kebiri, Kepala Kejaksaan Negeri Mojokerto Rudy Hartono juga masih belum bisa memastikan kapan eksekusi tersebut berlansung. Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan rumah sakit dan dokter urologi terlebih dahulu. Karena bagaimana pun, proses kebiri ini harus dilakukan hati-hati karena bisa menimbulkan beberapa efek samping.
“Kami koordinasi dulu dengan dokter, rumah sakit, izin pengamanan, dan banyak lagi prosedurnya. Ini kebiri menyangkut keselamatan juga,” ungkap Rudy dikutip dari Suara.com.
Hukuman kebiri di Indonesia, efektifkah membuat pelaku jera?
Hukuman kebiri kimiawi ini pertama kali ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 silam dalam Perppu No. 1 Tahun 2016 tentang pemberatan dan penambahan hukuman bagi pelaku kejahatan seksual padan anak dengan tujuan menimbulkan efek jera.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise juga saat itu mengungkap, kejahatan seksual merupakan bentuk kejahatan serius di mana pelakunya perlu diberikan hukuman berat.
Kepada CNN Indonesia ia juga menjelaskan, “Perppu ini diterbitkan setelah melewati diskusi panjang. Ini merupakan salah satu upaya dalam melindungi anak-anak Indonesia dari tindak kejahatan seksual yang mengkhawatirkan.”
Pro dan Kontra mengenai hukum kebiri untuk pelaku
Hukum kebiri yang berlaku di Indonesia adalah hukum kebiri kimia. Hukuman tersebut dilakukan dengan cara penyuntikan zat anti-testosteron pada tubuh pria dengan tujuan untuk menurunkan kadar hormon testoteron.
Apabila hormorn tersebut dihilangkan, maka fungsi seksual termasuk gairah seksual pada pria pun akan berkurang. Selain dengan suntikan, zat anti-testoteron ini juga bisa disalurkan pada tubuh melalui obat.
Peraturan pemberian hukuman kebiri
Karena hukuman ini berkaitan langsung dengan kesehatan, maka jenis hukuman ini tidak bisa diberikan begitu saja. Di Indonesia, ada beberapa peraturan yang harus dipertimbangkan sebelum memberikan jenis hukuman ini. Beberapa di antaranya adalah:
- Penjatuhan hukuman kebiri merupakan pilihan, bukan kewajiban bagi hakim. Artinya, hakim perlu memberikan hukuman ini secara bijaksana kepada pelaku.
- Hukuman kebiri kimia hanya boleh diberikan kepada pelaku kejahatan seksual pada anak-anak dengan syarat: korban lebih dari satu orang, kejahatan seksual menimbulkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, korban meninggal dunia, hingga kehilangan fungsi reproduksi.
Meski dipercaya dapat membuat pelaku jera, tetapi hukuman kebiri ini merupakan tindakan yang kurang efektif untuk mengurangi jumlah kasus kekerasan seksual di Indonesia. Hal ini selaras dengan penjelasan Dokter Wimpie Pangkahila, Msc, Sp.And,
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi tersebut mengungkap, kebiri kimia tidak akan menjamin seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak menjadi jera. Hal ini karena, mungkin saja dia tidak akan memiliki gairah seksual setelah dikebiri, tetapi ingatannya akan pengalaman seksual masih akan kuat bahkan tidak bisa dihapus.
“Keinginan dia (akan seks) otomatis masih ada, terlepas ia mampu atau tidak. Jadi, jenis hukuman ini belum tentu memberikan efek jera,” jelas Wimpie seperti yang dilansir dari BBC Indonesia.
Mengapa hukuman kebiri dinilai kurang efektif?
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menjadikan hukuman kebiri kimia ini dinilai kurang efektif untuk membuat pelaku jera. Beberapa faktor tersebut di antaranya:
- Adanya upaya penghapusan hukuman kebiri pada negara yang telah menerapkan sistem ini terlebih dahulu karena dinilai tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia.
- Kebiri kimia dapat menimbulkan efek samping dan memicu faktor risiko beragam penyakit seperti osteoporosis, penuaan dini, hingga penyakit jantung.
- Efek hukuman kebiri tidak bersifat permanen, sedangkan biaya untuk melakukan hal tersebut terbilang mahal. Maka, hal ini tidak menjamin si pelaku akan berhenti mengulangi perbuatannya di kemudian hari,
- Jenis hukuman ini cenderung ditentang oleh mayoritas dokter dan tenaga medis.
Dari penjelasan tersebut, kita bisa melihat bahwa hukum di Indonesia memang boleh memberikan jenis hukuman kebiri pada pelaku kejahatan seksual tertentu. Meski demikian, kita juga sebaiknya tidak mengelak bahwa jenis hukuman ini masih bersifat abu-abu dan belum terbukti efektif membuat pelaku jera.
Tidak hanya korban, pelaku kejahatan seksual pun perlu mendapatkan rehabilitasi dan pendampingan khusus dari tenaga ahli sebagai upaya menyadarkan ia agar tidak melakukan hal yang sama kemudian hari.
Parents juga bisa mulai memberikan edukasi seksual pada anak. Pasalnya, pendidikan seksual yang diberikan sejak dini pun merupakan salah satu langkah agar anak terhindar dari kejahatan seksual.
Semoga informasi ini bermanfaat.
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga:
Viral Murid TK Lakukan Pelecehan, Ini Panduan Memberikan Pengetahuan Seks Sesuai Usia Anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.