Mengenal Pakaian Adat Aceh yang Dipengaruhi Ragam Budaya

Pakaian adat Aceh rupanya dipengaruhi oleh banyak sekali budaya dalam dan luar negeri. Yuk, simak makna filosofisnya di sini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Budaya Nusantara memang tidak pernah habis dibahas, mulai dari bahasa hingga pakaian adat yang jumlah dan bentuknya sangat beragam. Nah, kali ini kami akan membahas pakaian adat Aceh yang sangat mempesona dan kaya akan sejarah. Ada banyak hal baru yang bisa Anda pelajari tentang Aceh dari pakaian adatnya. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Mengenal Pakaian Adat Aceh Ulee Balang

Sumber: Instagram/Diera Bachir Photography/caption

Kalau melihat tampilan pakaian adat Ulee Balang, Anda pasti setuju pakaian adat Aceh ini lekat oleh pengaruh Islam dan Melayu yang kuat. Ulee Balang adalah pakaian adat dari Aceh yang dibuat dari kain yang ditenun sendiri. Bahan bakunya yakni kapas dan sutera.

Bahan kain ini kemudian dipermak lagi menjadi atribut-atribut kelengkapan pakaian adat. Mulai dari tangkulok (destar), ija pinggang (kain pinggang), ija sawak (selendang), bungkoih ranub (kain pembungkus sirih), dan atribut lainnya.

Kelengkapan atribut pakaian adat ini awalnya hanya diperuntukkan bagi keluarga kerajaan, namun kini sudah dapat dikenakan oleh segala lapisan masyarakat. Anda bisa melihatnya dalam upacara pernikahan terutama pernikahan yang menggunakan adat Aceh.

Ulee Balang sendiri ada dua jenis yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin pemakainya. Linto Baro, yakni pakaian adat untuk kaum pria, dan Daro Baro, yakni pakaian adat untuk kaum perempuan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: Mengenal 9 Jenis Pakaian Adat Daerah Maluku yang Sederhana dan Unik

Apa Itu Linto Baro?

Sumber: Instagram/@jokowi

Linto Baro adalah pakaian adat Aceh khusus untuk pria. Pakaian ini terdiri dari beberapa elemen. Di antaranya bagian atas seperti penutup kepala (Meukeutop), bagian tengah seperti baju dan senjata tradisional, serta bagian bawah yakni celana. Ada juga hiasan-hiasan lainnya yang memiliki nama khas masing-masing. Penggunaannya juga bisa untuk bermacam-macam acara. Mulai dari acara pernikahan, Meugang, Peusijuk, Tung Dara Baro (Ngunduh Mantu), acara adat dan peringatan hari-hari besar lainnya.

Artikel terkait: 3 Jenis Pakaian Adat Bali: Ciri Khas dan Makna Filosofisnya

Berikut ini penjelasan mengenai atribut pakaian adat Linto Baro dari atas hingga ke bawah. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Meukesah

Merupakan baju atau atasan laki-laki Aceh yang bentuknya seperti beskap atau blazer. Pakaian ini sudah digunakan oleh para pria di Aceh sejak jaman kerajaan Samudra Pasai dan Perlak.

Baju Meukesah terbuat dari tenunan sutra dan kapas berwarna hitam. Makna warna ini bagi masyarakat Aceh adalah ‘kebesaran’ yang mana melambangkan kebesaran pria-pria di Aceh.

Pakaian ini dilengkapi dengan sulaman bunga dan sulur daun dari benang berwarna emas mulai dari bagian leher hingga dada dan ujung lengan. Motif bunga yang biasanya digunakan adalah kenanga (seumanga), delima (bungong glima), temtai (seulupok), kembang tanjung (keupula), kundo, pucok reubong (tumpal), dan masih banyak lagi –jarang sekali ada sulaman motif hewan.

Tiap jenis bunga memiliki arti tersendiri. Misalnya saja motif pucok reubong  yang berarti ‘kesuburan’ dan ‘kebersamaan’. Harapannya, pria yang memakai atasan dengan motif ini diberi kesuburan dalam hal rezeki hingga keturunannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pakaian adat Aceh yang kental dengan budaya Islam dan Melayu ini juga dipengaruhi oleh budaya China. Ini bisa terlihat dari kerahnya yang menyerupai kerah Cheongsam. Itu karena banyak saudagar China yang dulu melewati dan berdagang di Selat Malaka dan ini menginspirasi para perancang baju adat Aceh untuk membuat kerah baju seperti itu. 

2. Meukeutop

Meukeutop merupakan penutup kepala pria Aceh yang bentuknya memanjang tegak ke atas.

Meukeutop dibuat dari kain tenun yang disulam. Sulamannya berwarna hijau, kuning, hitam, dan merah yang memiliki makna tersendiri dalam ajaran Islam. Hijau melambangkan kedamaian, kuning artinya kesultanan, hitam bermakna ketegasan dan kebesaran, serta merah menggambarkan keberanian dan kepahlawanan. 

Sehingga bila diartikan secara keseluruhan, pria Aceh yang mengenakan Meukeutop adalah laki-laki yang memegang teguh ajaran Islam dalam damai yang juga tegas dan bersikap berani layaknya seorang raja.

Bagian atas Meukeutop dihiasi tampoek yang terbuat dari emas atau perak sepuh emas, dan juga taburan permata kecil yang diselipkan di antara Tampoek. Bagian depannya dibalut dengan kain tenun tradisional Aceh (Ija Teungkulok) di mana salah satu ujung kainnya ditarik mencuat ke atas. Kain ini disulam benang emas/perak. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Sileuweu

Sileuweu atau yang juga kerap disebut Cekak Musang dikenakan sebagai bawahan (celana) Meukeusah pada set pakaian adat Linto Baro. Sama seperti atasannya, celana ini juga berwarna hitam dan bahannya terbuat dari tenun katun. Bagian bawah celana ini melebar dan terdapat pola sulaman emas di area tersebut..

Sileuweu umumnya dipakai dengan padanan dengan songket sutera, yakni ija lam gugap. 

4. Kain Sarung

Di luar celana, pria Aceh menambahkan sarung yang dililitkan di pinggang dengan panjang mencapai 10 cm di atas lutut. Di sana kain sarung ini disebut Ija Kroeng, Ija Lamugap, dan Ija Sangket.

5. Rencong 

Rencong merupakan senjata tradisional Aceh yang wajib dibawa kaum pria saat mengenakan pakaian tradisional. Atribut ini diselipkan di lipatan sarung yang mana bagian gagangnya terlihat ‘keluar’ pinggang.

Senjata ini adalah identitas masyarakat Aceh yang menyiratkan keberanian dan ketangguhan. Tetapi Rencong yang dipakai kesultanan dan masyarakat biasa berbeda. Sultan mengenakan Rencong yang terbuat dari emas yang bagian matanya terdapat ukiran ayat-ayat suci Al Quran. Sementara pria biasa mengenakan rencong yang umum terbuat dari perak, kuningan, besi putih, gading, atau kayu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Mengenal Rencong, Senjata Tradisional Aceh yang Melegenda

6. Siwah 

Selain Rencong, ada juga Siwah. Yaitu senjata tradisional Aceh yang bentuknya hampir mirip Rencong tapi lebih panjang, besar, dan mewah dalam hal material yang digunakan. Gagang Siwah dibuat dari emas, perak atau kayu berkualitas bagus dengan ukiran tradisional Aceh (motif pucuk rebung), dan tangkup gagangnya dihiasi permata-permata. Bagian matanya dibuat dari besi putih atau besi bekas pedang kuno. Sementara sarungnya dibuat dari gading, perak, atau emas 

Keberadaannya lebih menunjukkan kebesaran si pemakainya, itu karena fungsi utama senjata ini hanyalah sebagai perhiasan. Berbeda dengan Rencong yang lebih menunjukkan kepahlawanan.

Baca juga: Pakaian Adat Sunda, Dahulu Dibedakan Berdasarkan Status Sosial

Pakaian Adat Aceh Daro Baro

Berikutnya ada pakaian adat untuk kaum perempuan Aceh, yakni Daro Baro. Desain Daro Baro jauh berbeda dengan Linto Baro. Kalau pakaian adat pria didominasi warna hitam, biasanya Daro Baro justru didominasi warna-warna cerah,ditambah dengan aksesoris lainnya pada kepala, leher dan pinggang. Semuanya ini membuat wanita Aceh yang memakainya terlihat semakin cantik dan memesona.

Yuk, simak satu per satu penjelasan artribut yang ada pada pakaian adat Aceh Daro Baro di bawah ini. 

1. Baju Kurung 

Baju kurung umumnya dikenakan untuk menyamarkan lekuk tubuh perempuan. Desain baju kurung pada pakaian Daro Baro dipengaruhi oleh budaya Cina, Melayu, dan Arab. Dibuat dari tenun sutera dengan salur-salur motif dari benang emas. 

Berbeda dari Linto Baro, Daro Baro dibuat dengan warna-warna yang lebih terang, seperti warna merah, ungu, kuning, dan hijau. 

2. Sileuweu 

Atau yang disebut juga celana Cekak Musang, merupakan setelan bagian bawah dari baju kurung. Bahannya sama seperti yang digunakan oleh pria, dan bagian bawahnya juga melebar. Hanya warnanya saja yang berbeda, mengikuti warna baju kurung. 

3. Sarung

Sarung ini digunakan setelah celana Cekak Musang untuk menutupi pinggul wanita, sehingga benar-benar tidak memperlihatkan bentuk tubuh pemakainya. Sarungnya terbuat dari kain songket yang diikat menggunakan ikat pinggang –disebut Taloe Ki leng Patah Sikureueng– berbahan emas atau perak, dan panjangnya berada di bawah lutut.

4. Patam Dhoe

Ini adalah penutup kepala yang yang merupakan perhiasan berupa mahkota yan unik yang didesain agar bisa menutup aurat kepala. Sebelum mengenakan mahkota, si perempuan harus mengenakan jilbab terlebih dulu.

Pada bagian tengah Patam Dhoe terdapat kaligrafi bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad ditambah motif bungoh kalimah. Mahkota ini digunakan juga sebagai tanda kalau sang telah menikah dan suaminya memiliki tanggung jawab atas dirinya.

5. Boh Dokma

Setelah Patam Dhoe ada Boh Dokma yang merupakan aksesoris leher yang ketika dikenakan menyerupai kerah baju. Di kalung ini terdapat satu batu berbentuk kepiting, plus enam batu berbentuk hati.

6. Perhiasan Lainnya

Ini perhiasan yang kerap dipakai bersamaan dengan pakaian adat Aceh Daro Baro:

  1. Anting: Subang Aceh. Subang Aceh terbuat dari emas dengan berhiaskan permata. Diameternya sekitar 6 cm dan bentuknya seperti bunga matahari berkelopak runcing.
  2. Kalung: Taloe Tokoe Bieung Meuih
  3. Bros: Keureusang. Bros berbentuk hati ini panjangnya 10 cm dan lebar 7,5 cm yang disematkan di baju kurung. Bros ini barang mewah karena terbuat dari emas dan dihiasi ntan dan berlian –jumlahnya semua sampai 102 butir). Ada juga Simplah, yaitu berupa hiasan dada berbahan emas atau perak sepuh emas yang dikenakan di bagian dada. Simplah terdiri dari 26 buah lempengan kecil berbentuk segi enam dan satu lempengan besar berbentuk segi delapan. Tiap lempengan dihias oleh serpihan permata berwarna merah. Ke-26 lempengan kecil disusun menjadi 4 kelopak bunga yang dirangkai dengan rantai emas. Dan yang besar disematkan di tengah kelopak.
  4. Hiasan kepala: Piring Dhoe dan Culok Ok. Piring dhoe bentuknya seperti mahkota yang memiliki tiga bagian yang masing-masing dihubungkan engsel. Sedangkan Culok Ok adalah tusuk konde yang terdiri dari empat jenis: bungong keupula (bunga tanjung), ulat sangkadu (melingkar seperti ulat), bintang pecah (seperti bintang pecah), dan bungong sunteng (kelopak bunga).
  5. Peniti: Untai Peniti, adalah peuniti yang terbuat dari emas dengan motif berbentuk kuncup bunga dan pola pakis. Peniti ini gunanya untuk menyematkan pakaian. 

Pertanyaan Populer Terkait Pakaian Adat Aceh 

Apakah ada perbedaan pakaian adat antara laki-laki dan perempuan? 

Jelas sekali, ada. Perbedaannya terletak pada model, warna dan atribut yang dikenakan. Untuk lebih jelasnya, Parents bisa membaca keterangan artikel di atas. 

Kapan pakaian adat Aceh biasanya dipakai? 

Awalnya kelengkapan atribut pakaian adat Aceh ini hanya diperuntukkan keluarga kerajaan saja. Namun seiring perjalanan, semua lapisan masyarakat sudah bisa mengenakannya. Pakaian adat ini bisa digunakan dalam upacara pernikahan adat, Meugang, Peusijuk, Tung Dara Baro (Ngunduh Mantu), serta acara adat dan peringatan hari-hari besar lainnya.

Kalau Parents diperhatikan pakaian adat Aceh khusus wanita ini sangat menyesuaikan nilai-nilai Islam. Di mana si pemakainya benar-benar mengenakan pakaian yang menutup aurat dari ujung kepala hingga ke kaki. Meski kental akan nuansa Islami, tapi pakaian adat Aceh juga penuh dengan makna filosofis yang dipengaruhi beragam jenis kebudayaan, seperti Melayu dan Tionghoa. Unik, bukan? Pesona pakaian adat Aceh ini memang tiada dua ya, Parents. Yuk, lestarikan!

Baca juga: