Bulan suci Ramadan sudah di depan mata. Apa saja persiapan yang sudah Parents lakukan untuk menyambut datangnya bulan mulia ini? Bagi Parents yang tinggal di Jawa Tengah dan Yogyakarta mungkin cukup familiar dengan padusan tradisi jelang Ramadan.
Berbagai aktivitas dilakukan oleh umat Muslim menjelang bulan Ramadan. Bulan yang jatuh setelah Sya’ban ini diibaratkan “tamu istimewa” yang layak untuk disambut dengan baik. Penyambutan terhadap bulan Ramadan biasanya dilakukan dengan penyucian diri lahir dan batin, yang dalam praktiknya terkadang melibatkan simbol-simbol kegiatan tertentu. Tradisi Padusan adalah salah satunya.
Padusan berasal dari Bahasa Jawa ‘adus’ yang artinya mandi. Padusan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya Ramadan. Tujuan dilakukan padusan adalah supaya ketika bulan Ramadan tiba, umat Muslim menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir batin.
Artikel terkait: Populer di Kalangan Umat Muslim, Apa Makna Ucapan Ramadan Kareem?
Padusan Tradisi Jelang Ramadan adalah Warisan Budaya Turun-temurun
Padusan merupakan warisan budaya dari leluhur yang telah dilakukan secara turun-temurun. Kegiatan ini biasanya cukup banyak ditemukan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Orang-orang akan mendatangi sumber air atau sumur, kemudian berendam ataupun menyiram seluruh tubuh dengan air.
Pada masyarakat zaman dulu, ritual padusan umumnya dilakukan di sumber air yang sepi. Ini memiliki makna filosofis yang sangat dalam, yaitu sebagai sarana untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.
Dalam sepi, kesadaran diri seseorang akan muncul. Keheningan diharapkan dapat membuat seseorang mampu berdialog dengan diri sendiri, yang mana ini merupakan pintu untuk lebih dekat dengan Tuhan dan memahami hakikat penciptaan.
Pergeseran Makna Padusan di Zaman Modern
Sebuah sumber dari laman Indonesia.go.id menyebutkan bahwa di zaman modern seperti sekarang, praktik padusan telah mengalami pergeseran. Ritual yang semestinya dilakukan seorang diri, kini telah berubah menjadi mandi, keramas atau berendam beramai-ramai di satu mata air.
Barangkali di masa kini cukup jarang orang-orang yang melakukan padusan dengan cara menyepi untuk hening menyendiri di sumber mata air. Masyarakat dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, laki-laki dan perempuan, berbaur untuk padusan beramai-ramai.
Tak hanya itu, ritual padusan juga telah menjadi komoditas pariwisata di daerah setempat. Orang-orang dari luar wilayah sengaja datang untuk turut melakukan padusan ataupun melihat proses ritual ini.
Artikel terkait: Ternyata Begini 6 Cara Rasulullah Menyambut Ramadhan, Yuk Diamalkan!
Lokasi Ritual Padusan Tradisi Jelang Ramadan
Di Yogyakarta, setidaknya ada sepuluh lokasi yang biasa didatangi masyarakat untuk menjalani padusan. Setiap lokasi tersebut memiliki sejarah masing-masing. Berikut ini beberapa yang cukup terkenal.
1. Umbul Pajangan di Jalan Kaliurang, Sleman.
2. Sendang Klangkapan di Dusun Klangkapan, Desa Margoluwih, Sleman. Sendang (kolam) ini konon sengaja dibuat oleh Sunan Kalijaga saat tidak menemukan air untuk berwudhu.
3. Sendang Ngepas Lor yang terletak di Desa Donoharjo, Sleman.
4. Pemandian Umbul Manten, berlokasi di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Tempat ini, selalu dipadati pengunjung yang ingin melakukan ritual padusan setiap tahunnya menjelang bulan puasa.
5. Obyek Mata Air Cokro (OMAC), Umbul Ponggok, Klaten. Padusan di OMAC biasa dilakukan secara simbolik oleh Bupati Klaten yang melakukan siraman terhadap Mas dan Mbak Klaten (Duta Pariwisata Kabupaten Klaten), lalu dilanjutkan oleh warga.
6. Umbul Petilasan Joko Tingkir, Semarang. Ribuan warga yang bukan hanya berasal dari Semarang tetapi daerah sekitarnya seperti Salatiga, mendatangi petilasan ini untuk menjalani padusan. Di petilasan ini lokasi padusan terbagi menjadi dua tempat yaitu Sendang Lanang (untuk laki-laki) dan Sendang Puteri (untuk perempuan).
Artikel terkait: Mengucapkan Selamat Ramadan kepada Kerabat, Bagaimana Hukumnya Menurut Islam?
Tradisi Padusan jadi daya tarik Wisatawan
Kegiatan padusan yang kini dilakukan secara beramai-ramai memang unik dan menarik minat masyarakat dan wisatawan, baik domestik maupun asing. Dengan digelarnya tradisi padusan ini di tempat ramai, masyarakat luar dapat melihat kekayaan budaya Indonesia yang bernilai spiritual.
Meski padusan kini telah banyak bertransformasi menjadi atraksi pariwisata, sebaiknya kita sebagai generasi penerus yang mewarisi tradisi leluhur, hendaknya tetap menjaga kesakralan dari padusan itu sendiri.
Bagi Parents yang mungkin tinggal berjauhan dengan lokasi padusan, ritual mandi dan bersuci ini biasanya secara simbolik dapat dilakukan sendiri di rumah, dengan diniatkan menyambut bulan Ramadan.
Nah itulah ulasan tentang padusan. Selamat menyambut bulan Ramadan bagi Parents yang beragama Islam, semoga diberikan kelancaran dalam beribadah di bulan mulia.
Baca juga:
30 Hikmah bulan Ramadhan yang insyaallah akan diraih umat Islam
Jika Pahala di Bulan Ramadan Berlipat Ganda, Apakah Dosa Juga Demikian?