Peran orang tua di ‘outsource’? Seperti karyawan atau buruh saja. Jangan salah, kenyataannya, banyak orang tua melakukan outsourcing parenting – melimpahkan tugas mengasuh anak kepada orang lain, dalam hal ini asisten rumah tangga atau baby sitter. Ada dua hal penting yang termasuk outsourcing parenting.
Pertama, orang tua mendelegasikan salah satu tanggung jawab mereka kepada orang lain.
Kedua, orang tua menyerahkan semua/banyak tugas dan tanggung jawab secara keseluruhan, sosok orang tua digantikan oleh orang lain. Banyak orang tua menyangkal poin kedua ini, tanpa menyadari bahwa mereka juga melakukannya.
Outsourcing parenting, semua orang tua melakukan hal ini!
Mark Oppenheimer, seorang penulis yang juga sosok seorang ayah menulis artikel tentang outsourcing parenting. Ia mengungkapkan, semua orang tua melakukannya, tanpa mereka sadari atau tidak.
Dalam hal ini Oppenheimer menggunakan definisi pertama. Ia mengungkapkan bahwa orang tua mencari bantuan orang lain dalam melakukan minimal salah satu tugas dan tanggung jawab mereka. Orang tua menganggap bahwa outsourcing ini membantu meringankan tugas mereka .
Contoh paling konkret dalam hal outsourcing adalah pendidikan. Memang lumrah menyekolahkan anak, di mana anak memang memerlukan pendidikan formal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dari ijazah yang mereka dapatkan.
Tetapi, subyek yang paling sering di ‘outsource’ kepada guru adalah ilmu eksak dan matematika. Seringkali orang tua menyerahkan kedua mata pelajaran ini pada guru les.
Orang tua juga perlu dibantu dalam hal pembelajaran bahasa asing, musik, olahraga, serta kegiatan lain yang membutuhkan kemampuan khusus. Kesimpulan yang ia ambil, “Saya tidak ingin mendelegasikan semua tugas dan tanggung jawab saya sebagai ayah. Tetapi ayah yang baik tetap harus melakukan ‘outsource’ dalam beberapa hal penting.”
Tugas apa saja yang seharusnya tidak di ‘outsource’
Penulis senior dan juga seorang ayah, Dalton Tanonaka—kerap tampil di salah satu program berbahasa Inggris salah satu televisi nasional—mengatakan bahwa banyak hal yang bisa di-outsource, tetapi bukanlah parenting.
Dia menceritakan pengalamannya saat ia melihat orang tua yang sama sekali tidak menghargai anaknya. Kedua orang tua berjalan di pusat perbelanjaan dan asyik dengan gadget mereka. Sementara si pengasuh atau asisten rumah tangga berjalan di belakang orang tua dengan menggandeng anak mereka.
“Bagaimana mungkin seorang pekerja dalam sebuah keluarga bisa diberikan tugas yang sangat personal dan spesial?” tukasnya heran.
Tanggung jawab orang tua patutnya dinikmati saja
Tanonaka mengenang bagaimana asyiknya ia menyaksikan kelahiran putrinya, menonton resital piano yang dilakukannya, bahkan mengajari si kecil belajar berenang. Ia bahkan sangat bersuka cita di tengah-tengah melelahkannya tugas-tugas orang tua. Bahkan ia senang membersihkan mereka usai BAB, tulisnya di theJakartaGlobe.
Memilah-milah tugas dan tanggung jawab orang tua
Memang tidak ada salahnya merekrut pengasuh bayi atau asisten rumah tangga, atau keduanya sekaligus karena tidak semua orang tua bisa menemani anak setiap saat.
Banyak kedua orang tua harus bekerja karena tingginya biaya hidup yang harus ditanggung. Dengan karir yang meningkat, penghasilan dan fasilitas yang mereka terima pun meningkat sehingga kesejahteraan anak terjamin.
Namun alangkah baiknya, apabila orang tua tidak sepenuhnya melakukan ‘outsourcing’ parenting secara total. Tugas mereka adalah meringankan tugas orang tua saat meninggalkan anak di rumah. Namun saat orang tua libur, mereka harus menghabiskan waktu bersama anak-anak, sembari menikmati momen-momen penting perkembangan mereka.
Parents, bagaimana pendapat Anda?
Baca juga artikel menarik lainnya:
Perlukah Les Tambahan bagi Anak?