Posisi Janin Telentang Bisa Menghambat Persalinan, Ini Risiko Posisi Oksiput Posterior

Kondisi ini rawan terjadi saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga hingga menjelang persalinan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Perasaan deg-degan bercampur antusias pasti Bunda alami ketika memasuki trimester akhir kehamilan, karena tak lama lagi akan bertemu dengan buah hati. Akan tetapi, di masa trimester akhir, Bunda juga harus waspada terhadap posisi janin yang oksiput posterior.

Sebelumnya, apakah Bunda sudah pernah mendengar tentang posisi oksiput posterior atau occiput posterior (OP) pada janin? Patut diketahui, OP merupakan posisi bagian belakang janin, kepala atau punggung janin, berhadapan dengan tulang belakang ibu.

Perbedaan posisi oksiput anterior dan osksiput posterior (Sumber foto: Momjunction)

Biasa disebut dengan bayi telentang, karena punggung bayi berada di punggung ibu, dan memasuki pelvis dengan kepala menghadap ke depan. Posisi ini tentu sangat berlawanan dengan posisi oksiput anterior yang dianggap posisi optimal untuk melahirkan.

Ada dua jenis posisi OP, ROP atau right occiput posterior dan LOP atau left occiput posterior. Posisi ROP ketika punggung bayi menghadap ke sisi kanan ibu atau telentang ke kanan, sedangkan LOP ketika punggung bayi menghadap kiri ibu atau telentang ke kiri.

Artikel terkait : 3 cara mudah ketahui posisi janin dengan metode belly mapping, gimana caranya?

Faktor penyebab posisi oksiput posterior (OP) pada janin

Posisi bayi saat dilahirkan dengan oksiput posterior (Sumber foto: Momjunction)

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setidaknya ada dua faktor yang cukup sering menyebabkan janin berada di posisi OP, yaitu:

1. Bentuk panggul

Perempuan dengan panggul berbentuk hati (android) dapat berisiko mengalami OP, karena bagian depannya lebih sempit. Lalu, pelvis dengan inlet berbentuk oval, dengan diametes anterior-posterior besar (antropoid) dan rongga panggul yang sempit, juga dapat menyebabkan OP.

2. Kyphosis

Kondisi kyphosis atau bongkok ibu (lengkungan tulang belakang yang berlebihan) dapat membuat janin kembali masuk ke dalam posisi OP. Lalu, kehamilan ganda (kembar atau lebih) mungkin juga menjadi penyebab untuk posisi ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tidak hanya dua faktor itu, ternyata masih ada faktor risiko lain yang mungkin meningkatkan peluang OP, seperti:

  • Usia ibu hamil yang lebih dari 35 tahun
  • Belum pernah melahirkan sebelumnya (Nulliparity)
  • Pernah mengalami OP pada kehamilan sebelumnya
  • Kegemukan atau obesitas
  • Berat lahir lebih dari 4 kilogram
  • Usia kehamilan lebih dari 41 minggu

Mencegah posisi oksiput posterior pada janin

Ada beberapa cara yang dapat Bunda lakukan sebagai cara pencegahan posisi OP pada janin.

1. Menyesuaikan postur

Hindari posisi berbaring dan duduk dengan pinggul yang miring. Lalu, Bunda juga bisa memanfaatkan birth ball atau boleh bersalin agar dapat memertahankan postur tubuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kemudian, Bunda juga bisa tidur ke arah sisi kiri, menjaga kaki kiri lurus dan kaki kanan pada 90 derajat. Gunakan juga bantal di antara kaki.

2. Olahraga

Bunda dapat melakukan olahraga ringan yang melibatkan goyang panggul, berjalan, dan berenang. Menjelang persalinan, lakukan goyang panggul sebanyak 10 kali selama 2-5 kali sehari, ini membantu Bunda dalam mengatur pinggul dengan gerakan memutar.

Berlutut juga dianggap mampu mencegah posisi OP. Caranya dengan condongkan tubuh ke depan sebanyak yang Bunda bisa lakukan dengan nyaman.

3. Terapi

Teknik chiropractic dan akupuntur dapat membantu mengubah posisi tubuh Bunda yang tidak tepat dan mengembalikan bayi ke posisi oksiput anterior. Namun, untuk melakukan terapi, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.

Risiko posisi oksiput posterior (OP) terhadap proses persalinan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Posisi oksiput posterior pada janin membuat bayi menghadap ke atas saat melahirkan, sehingga cenderung mendorong lebih lama dan seringnya ibu akan lebih membutuhkan pitocin atau obat induksi persalinan untuk merangsang kontraksi. Selain itu, tak menutup kemungkinan juga untuk melahirkan dengan cara operasi caesar.

Kemudian, memiliki risiko perdarahan postpartum yang lebih besar. Serta, yang melahirkan secara normal dengan posisi bayi OP ini lebih mungkin mengalami episiotomi atau sayatan yang dibuat pada perineum (jaringan di antara jalan lahir bayi dan anus) pada saat proses persalinan.

Lalu, robekan perineum yang lebih parah daripada ibu yang bayinya dalam posisi menghadap ke bawah (oksiput anterior). Parahnya, posisi OP saat lahir juga dikaitkan dengan risiko komplikasi jangka pendek yang lebih tinggi untuk bayi, seperti skor Apgar lima menit yang lebih rendah, kemungkinan lebih besar perlu dirawat di unit perawatan intensif neonatal, dan tinggal di rumah sakit yang lebih lama.

Demikian informasi mengenai posisi oksiput posterior (OP) yang rawan terjadi saat masa trimester akhir kehamilan. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan bagi Bunda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

***

Baca juga :