Dua Anak Oki Setiana Dewi Terkena Campak, Benarkah Karena Anti Vaksin?
Orang-orang mengaitkan sakitnya anak Oki Setiana Dewi dengan sikapnya yang konon anti vaksin. Namun, benarkah begitu? Simak penjelasan dokter berikut.
Ada banyak alasan yang kerap diutarakan oleh para orangtua yang anti vaksin. Misalnya, meragukan kehalalannya, takut mendapat vaksin palsu, atau justru malah tidak percaya dengan manfaat vaksin itu sendiri.
Meskipun tidak pernah menyatakan sikap secara tegas, Oki Setiana Dewi sering dikaitkan dengan sikap anti vaksin dan anti pil kontrasepsi.
Saat usia Baby Maryam masih 6,5 bulan, Oki dikaruniai kehamilan anak kedua yang diberi nama Khadijah. Kini, kedua anaknya tersebut dirawat di rumah sakit karena menderita sakit campak.
Awalnya, Maryam mengalami demam tinggi selama lima hari. Kemudian, menyusul adiknya yang mengalami gejala yang sama. Keduanya kemudian dinyatakan mengidap campak.
Ia pun mengunggah foto kedua anaknya yang sedang sakit di Instagram.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Maryam Nusaibah Abdullah (@maryam_nusaibah_abdullah) pada
Sakitnya kedua anak Oki Setiana Dewi ini mengundang perhatian netizen. Terutama ketika dokter Piprim Basarah Yanuarso membagikan pendapatnya di Facebook.
Sikap anti vaksin disebut-sebut sebagai biang keladi dari sakitnya kedua anak pasangan Oki dan Ori Vitrio ini. Tak hanya itu, dokter Piprim menyitir sebuah kisah yang terjadi di jaman sahabat Nabi Muhammad SAW tentang menghindari wabah penyakit Thaun.
Status Facebooknya tersebut adalah sebuah jawaban bahwa di dalam agama Islam pun, ada kisah ikhtiar untuk menghindari musibah. Terutama jika musibah itu berkaitan dengan penyakit.
Namun, beberapa orang menanggapi status dokter Piprim dengan dingin.
Akun Gunawan Mujur Wibisono juga berkomentar, “Orang tua kalau anaknya sakit ya nangis. Jadi tolong jangan dilebaykan di berita. Balik ke masalah vaksin. Walau vaksin buat counter. Ada juga anak yang udah di vaksin tetap kena. Daripada dokter sedih. Yah mungkin doain aja. Semoga jadi perhatian. Buat komentator yang lain. Jangan jatuh ke lubang sama. Lagipula tidak memakai vaksin itu hak orangtua. Tapi kewajiban adalah memberitahu alasannya dengan baik.”
Komentar Gunawan tersebut ditimpali dengan jawaban bahwa imunisasi adalah hak asasi anak yang wajib dipenuhi oleh orangtua. Hal ini juga tercantum dalam undang-undang hak asasi anak tentang berhaknya seorang anak memperoleh akses kesehatan yang baik untuk dirinya.
Ada juga yang berkomentar, “vaksin gak perlu. ASI udah cukup jadi sumber imun dari Allooh. Zaman nabi hanya gunain tahnik. Sakit sembuh datang dari Allooh. Pola pikir kita jangan jadi syirk kecil,” kata akun Ummu Husain.
Perlu diketahui, tahnik adalah metode yang dipercaya oleh banyak orang sebagai sebuah teknik vaksin zaman Rasulullah. Caranya adalah, ayah bayi mengunyah kurma, kemudian kunyahan kurma tersebut dioleskan ke dinding atas pada mulut bayi. Beberapa orang yang anti vaksin mempraktekan ini sebagai salah satu sarana vaksin alternatif yang dijamin kehalalan dan berkah sunah Rasulnya.
Karena masih banyaknya orang yang anti vaksin dengan dalih agama, maka dokter Piprim membuat status baru di Facebook-nya:
Buat yang menolak ikhtiar vaksinasi dengan alasan sakit itu Qadarullah, jadi cukup tawakal aja ngga perlu ikhtiar vaksinasi…. toh kalo ngga ditakdirkan sakit juga ngga bakalan sakit….
Coba nanti gini aja ya…. kalo mau menyeberang jalan raya yg ramai… jangan menoleh ke kanan-kiri ya…. cukup merem aja gapapa, toh kalo ngga ditakdirkan ketabrak kan pasti selamat…. Anda mesti baca lagi bab tawakal ya…. sebab Rasulullah menyuruh kita mengikat onta lebih dulu lalu tawakal. Baginda Nabi tidak pernah bilang lepaskan ontamu tak perlu kau ikat, kalo takdirnya ngga hilang ya pasti ngga hilang… Jadi kaidah Islam itu ikhtiar maksimal lebih dulu… baru tawakal sepenuh hati…
Mengenai kehalalan vaksin, Imam Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasharuddin Umar pun menjamin kehalalan penggunaan vaksin untuk anak. Bahkan, pemberian vaksin termasuk dalam jihad karena fungsi utama jihad adalah menghidupkan, bukan mematikan. Anda bisa membaca pernyataan beliau di sini.
Dengan peristiwa yang menimpa anak Oki Setiana Dewi ini, semoga Parents belajar manfaat vaksin untuk anak. Karena manfaat vaksin sudah terbukti secara ilmiah dan kehalalan vaksin di Indonesia yang sudah terjamin oleh para ulama, maka sebenarnya perdebatan antara pro vaksin dan anti vaksin termasuk dalam perdebatan yang sia-sia.
Apalagi pernah ada wabah Difteri yang menyerang Purwakarta dan dipercaya akibat para tokoh agama yang mengharamkan vaksin, hingga sosialisasi imunisasi di sana sangat sulit. Padahal sudah jelas bahwa ada banyak penyakit yang pada jaman dulu mewabah, kini sudah makin jarang ditemui sejak adanya pemberian vaksin untuk anak.
Sekarang, anak pertama Oki Setiana Dewi sudah sembuh. Anak keduanya sedang dalam masa pemulihan. Semoga peristiwa ini bisa jadi hikmah bagi kita semua.
Baca juga:
Penelitian: Manfaat Vaksin tak Hanya dirasakan Individu, Melainkan juga Komunitas