Siapa yang tidak tahu dengan salah satu bencana paling besar yang pernah dialami Indonesia, yaitu gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004? Untuk mengenang peristiwa pahit tersebut, pemerintah sampai membuat sebuah museum bernama Museum Tsunami Aceh.
Museum yang dianugerahi Destinasi Wisata Terpopuler di ajang Anugerah Pariwisata Indonesia 2021 ini memang menarik perhatian banyak orang sejak diresmikan pada Februari 2009 dan boleh dimasuki pengunjung pada 2011 lalu.
Sumber: Instagram @em.shal
Nah, bagi Parents yang belum bisa berkunjung ke sana tapi penasaran dengan museum ini, berikut adalah beberapa fakta mengenai Museum Tsunami Aceh yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber.
Artikel terkait: 8 Museum Unik di Dunia, Ada Museum Rambut hingga Toilet
5 Fakta Museum Tsunami Aceh yang Terlihat Sangat Megah
1. Didesain oleh Ridwan Kamil
Selain pernah menjadi Walikota Bandung dan sekarang menjadi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil adalah arsitektur handal yang karyanya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk Museum Tsunami Aceh ini.
Sumber: Instagram @abdul_jabbars
Gedung museum yang berbentuk seperti gelombang besar layaknya gelombang tsunami ini, merupakan hasil rancangan laki-laki yang akrab dipanggil Kang Emil ini. Saat itu dirinya yang masih berprofesi sebagai arsitektur, berhasil memenangkan sayembara tingkat internasional yang diadakan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam bersama Ikatan Arsitek Indonesia.
Desain museum yang bertajuk Rumoh Aceh as Escape Hill ini dibuat oleh Kang Emil sekitar satu bulan. Ia sengaja membangun nuansa “dark” agar pengunjung dapat merasakan ketakutan para korban saat gempa dan tsunami terjadi. Menurutnya, bangunan museum ini merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan
Sumber: Instagram @genpijabar
2. Museum Tsunami Aceh Terdiri dari 4 Lantai
Bangunan museum ini terdiri dari empat lantai. Di lantai satu, terdapat area terbuka yang berfungsi untuk mengenang peristiwa tsunami 2004. Terdapat beberapa ruangan yang berisi rekam jejak kejadian tersebut, seperti ruang pamer tsunami, pra tsunami, saat tsunami, dan ruang pasca tsunami.
Di lantai lain, beberapa gambar peristiwa tsunami, artefak, dan diorama juga terdapat di lantai satu. Diorama kapal nelayan yang diterjang gelombang tsunami dan kapal PLTD Apung yang terdampar di Punge Blang Cut, juga bisa dilihat pengunjung di lantai satu ini.
Sumber: Instagram @harifanaulfakh
Selain itu, Museum Tsunami Aceh memamerkan juga media-media pembelajaran berupa perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4D, dan souvenir shop.
Dilansir dari Wikipedia, atap museum ini membentuk gelombang laut, sedangkan lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami. Sementara bagian rooftop bangunan dirancang sebagai escape roof atau area evakuasi jika terjadi bencana banjir atau tsunami di kemudian hari.
Artikel terkait: Foto Surat Kartini di Museum Rembang, Berisi Gagasan Emansipasi Perempuan
3. Bisa Terbawa Suasana Berduka Saat Memasuki Gedung Museum
Sumber: museumtsunami.id
Seperti yang disebutkan Kang Emil, museum ini dibuat agar para pengunjung bisa merasakan apa yang dirasakan korban gempa dan tsunami Aceh.
Seperti yang dilansir oleh IDNTimes, saat memasuki gedung museum pengunjung akan melewati sebuah lorong kecil dengan pencahayaan yang minim. Lorong itu disebut dengan ruang renungan. Di sini emosi pengunjung bisa bercampur aduk karena ada suara azan dan percikan air.
Selanjutnya, pengunjung akan melewati ruang The Light of God atau Cahaya Tuhan. Suasana di sini tidak kalah gelapnya. Selain bisa melihat ratusan ribu nama korban bencana tsunami Aceh, pengunjung juga bisa mendengar lantunan ayat suci Alquran dengan kondisi cahaya yang remang.
Sumber: Instagram @dwijulianiksan
Setelah itu, perjalanan pengunjung berlanjut ke ruang jembatan harapan. Jalannya sengaja dibuat memutar oleh Kang Emil, dengan maksud agar orang-orang yang melewatinya tahu perjuangan warga Aceh saat berusaha menyelamatkan diri dari bencana tsunami.
Terakhir, ada ruang evakuasi di lantai teratas. Sesuai namanya, ruangan ini memang bertujuan untuk menjadi tempat tinggal sementara saat ada bencana alam. Karena itulah pengunjung tidak bisa masuk ke dalamnya agar ruangan tetap steril dan siap dipakai kapan pun.
Artikel terkait: 16 Museum Virtual di Indonesia, Belajar Sejarah Melalui Akses Digital
4. Sempat Digratiskan untuk Pengunjung
Sumber: Instagram @mr.dsijauta
Sejak boleh dimasuki oleh pengunjung, tidak ada harga tiket masuk untuk masuk ke Museum Tsunami. Hal ini dikarenakan adanya kontrak kerja sama dengan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Namun, setelah kontrak berakhir, pengunjung mulai dikenakan biaya tiket masuk yang sangat terjangkau. Untuk bisa masuk ke museum ini, pengunjung hanya dikenakan harga Rp2.000 untuk anak-anak, pelajar, atau mahasiswa; Rp3.000 untuk orang dewasa; dan Rp10.000 untuk turis asing.
Museum Tsunami Aceh dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.
5. Lokasinya Dekat dengan Masjid Raya
Sumber: Instagram @ari_angin
Museum Tsunami Aceh memiliki lokasi yang sangat strategis, yaitu di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Baiturrahman, Banda Aceh. Lokasinya ini berada sangat dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman, yaitu sekitar 11 menit berjalan kaki atau 1 menit dengan kendaraan.
Masjid ini adalah salah satu saksi sejarah saat tsunami melanda kota tersebut. Tempat ibadah yang sudah berdiri sejak tahun 1881 ini bahkan menjadi tempat menyelamatkan diri dan mengungsi bagi para korban. Setelah mengunjungi museum, datang ke tempat ini bisa menjadi pilihan yang tepat.
Itu dia beberapa fakta mengenai Museum Tsunami Aceh, yang masih banyak dikunjungi oleh banyak orang sampai sekarang. Jika suatu waktu Parents datang ke Aceh, mungkin bisa menyempatkan diri datang ke museum ini, ya.
Baca juga:
Berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran, Salah Satu Situs Arkeologi Terbaik Dunia
Wisata ke Museum Angkut Malang Bareng Anak, Simak 4 Hal Ini
Berwisata Museum di Bandung, Kenapa Tidak?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.