Muhasabah adalah salah satu hal yang dianjurkan dalam agama Islam, yaitu sebuah cara yang bertujuan untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan selama ini.
Muhasabah perlu dijadikan kebutuhan dalam diri manusia karena memberikan banyak manfaat dalam kehidupan di dunia ataupun di akhirat seorang muslim. Muhasabah ini butuh dilakukan untuk memeriksa kembali dan menilai apa yang sudah kita lakukan dan kemudian memperbaiki diri.
Apa itu muhasabah, bagaimana cara melakukannya, dan apa saja keutamaannya dalam agama Islam?
Artikel Terkait: Ingin Khatam Al-Qur’an 30 Juz di Bulan Ramadhan? Ikuti Cara Mudah Ini
Mengenal Muhasabah, Cara Muslim Instrospeksi Diri
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti Muhasabah adalah introspeksi atau mawas diri. Sebuah koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya diri sendiri.
Muhasabah atau introspeksi diri ini berupa merenung sejenak atau diam sebentar untuk merenungkan kembali hal-hal yang sudah kita lakukan.
Muhasabah adalah berasal dari bahasa Arab. Ia berasal dari kata hasaba – yuhasibu – muhasabatan (حاسب – يحاسب – محاسبة) yang artinya adalah menghitung.
Pengertian ‘menghitung’ dalam muhasabah adalah cara muslim mengevaluasi setiap amal perbuatan yang telah dilakukan.
Muhasabah penting bagi tiap muslim lantaran manusia adalah makhluk yang rentan melakukan dosa dan penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, introspeksi diri adalah jalan terbaik agar manusia selalu menyadari kelemahan dan dapat memperbaiki diri setelahnya.
Artikel Terkait: 11 Adab Membaca Al-Qur’an yang Benar Sesuai Ajaran Rasulullah
Dalil dan Ayat tentang Muhasabah
Berikut adalah beberapa dalil pelaksanaan muhasabah dalam agama Islam, dilansir NU Online.
- QS Al-Hasyr: 18 “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
- QS An-Nur: 31 “Bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
- Al Quran QS Al-A’raf: 201 “Sungguh, orang-orang yang bertakwa bila ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).”
- Rasulullah SAW, dikutip Al-Ghazali, bersabda: “Sungguh, aku meminta ampun dan bertobat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.” (Imam Al-Ghazali).
- Hadis nabi. “Seorang sahabat menemui Rasulullah SAW untuk meminta wejangan kepadanya. ‘Wahai Rasulullah, berilah aku wejangan,’. ‘Apakah kau meminta wejanganku?’. ‘Benar,’. jawabnya dengan bahagia. ‘Bila kau bermaksud untuk melakukan sesuatu, pikirkanlah dampaknya. Jika ia baik, lakukanlah. Tetapi jika itu buruk, tahanlah’.” (Imam Al-Ghazali).
- Al-Ghazali. “Orang yang (bijak) berakal hendaknya mengalokasikan seperempat waktunya untuk bermuhasabah.” (Imam Al-Ghazali).
- Umar bin Khatab RA. Bila malam tiba, ia memukul kedua kakinya dengan mutiara sebagai muhasabah. Kepada dirinya sendiri, Umar mengatakan sebagai bentuk muhasabah, “Apa saja yang kau lakukan hari ini?”
- Ungkapan Umar RA melalui Imam Al-Ghazali. “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
Artikel Terkait: 7 Cara Agar Anak Senang Belajar Membaca Al-Qur’an
Cara Melakukan Muhasabah
Sebagaimana dikutip laman resmi Universitas Pakuan, berikut dijelaskan cara muhasabah diri ini menurut para ulama. Muhasabah diri dapat dilakukan dengan dua cara, muhasabah sebelum amal dan setelah amal.
1. Muhasabah sebelum amal
Muhasabah sebelum amal dilakukan dengan introspeksi diri dengan :
– Menyelidiki terlebih dahulu apakah ia mampu untuk melaksanakan sesuatu itu atau tidak.
– Kemudian melihat apakah amalan tersebut membawa manfaat dunia-akhirat atau tidak.
– Lanjut memeriksa niat; apakah amalan ini akan dilakukan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala atau dilakukan demi manusia.
2. Muhasabah setelah amal
Sedangkan muhasabah setelah amal terbagi dalam tiga bentuk, berikut penjelasannya:
3. Muhasabah terhadap amalan yang tertinggal dan amalan yang belum sempurna.
Muhasabah ini dilakukan dengan memeriksa setiap amalan yang telah dilakukan dari sisi niatnya; sudah ikhlas lillahi ta’ala atau belum.
Kemudian dari segi caranya; sudah sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau belum. Sedangkandari segi pelaksanaannya; apakah ada amalan yang belum terlaksana atau lupa untuk dilaksanakan pada hari tersebut.
4. Muhasabah diri terhadap amalan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dilaksanakan.
Contoh muhasabah diri bentuk ini adalah memeriksa apakah ada amalan yang seharusnya tidak dilakukan, tapi justru malah dilakukan pada hari itu. Mengingat, jika amalan tersebut dilakukan akan membuka pintu dosa dan kemaksiatan. Seperti muhasabah diri terhadap perbuatan syubhat.
5. Muhasabah diri terhadap amalan mubah.
Melakukan muhasabah diri terhadap amalan-amalan mubah. Memeriksa kembali tujuan melakukan amalan mubah tersebut. Untuk apa, demi apa, manfaatnya apa, sisi negatifnya apa. Dengan muhasabah diri, kita akan menemukan perbuatan-perbuatan yang berakibat buruk di dunia dan akhirat yang kita lakukan pada hari itu. Sehingga kita dapat menyadari keberadaannya untuk kemudian segera bertaubat.
Waktu Muhasabah adalah di Awal dan Akhir Waktu
Kapan waktu yang tepat untuk bermuhasabah atau introspeksi diri?
Awal waktu
Imam Al-Ghazali menganjurkan seseorang mengalokasikan waktu untuk muhasabah atau introspeksi diri pada pagi hari. Muhasabah atau introspeksi diri di awal waktu penting, kata Imam Al-Ghazali, untuk merencanakan kebaikan-kebaikan dan meneguhkan komitmen pada kebaikan serta menjauhi keburukan. Pada kesempatan tersebut, seseorang menetapkan syarat yang berat untuk dirinya untuk mengingatkannya pada kebenaran.
“Ketahuilah, seorang hamba sebagaimana menyediakan waktu pada awal hari untuk menentukan syarat yang berat bagi dirinya sebagai nasihat pada kebenaran seyogianya menyediakan waktu pada ujung hari untuk ‘menuntut’ dan ‘mengadili’ dirinya baik gerak maupun diamnya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).
Akhir Waktu
Imam Al-Ghazali juga menganjurkan seseorang untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri di akhir waktu. Muhasabah di akhir waktu cukup penting sebagai sebuah kesempatan seseorang untuk mengintrospeksi semua perbuatan dirinya, baik diam maupun geraknya. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).
Jadi kapan waktu yang tepat untuk bermuhasabah?
Kesimpulannya adalah muhasabah atau introspeksi diri sama pentingnya di awal dan di akhir waktu. Imam Al-Ghazali menganjurkan siapa saja untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri secara harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Imam Al-Ghazali menyatakan orang bijak sebaiknya melakukan muhasabah atau introspeksi diri pada pagi dan sore hari; awal dan akhir pekan; dan awal serta di pengujung tahun.
Tidak ada ketentuan bahwa muhasabah atau introspeksi diri hanya dilakukan pada akhir tahun karena muhasabah atau introspeksi diri bisa dilakukan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Keutamaan dan Manfaat Muhasabah
Pada dasarnya upaya muhasabah adalah usaha untuk memperbaiki diri sebagai muslim. Berikut adalah keutamaan dan manfaatnya:
1. Tahu, sadar, dan paham kekurangan dan aib sendiri, sehingga dapat memperbaiki
2. Mengetahui taraf keimanan diri sendiri terhadap sehingga semakin paham hak dan kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang hamba Allah.
3. Dengan rajin bermuhasabah, muslim merasa ingin selalu memperbaiki diri, jauh dari sifat sombong.
4. Meringankan Hisab, karena tindakan yang dilakukan penuh perhitungan, mana yang dosa mana yang tidak.
5. Terbentuk menjadi pribadi yang mampu memanfaatkan waktu dengan baik.
6. Hasil dari muhasabah adalah taubat sehingga akan lebih berhati-hati dari perbuatan dosa.
Demikian penjelasan mengenai muhasabah dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Doa Keselamatan Kerja, dari Berangkat hingga Pulang, Agar Diberi Keberkahan
Membuka Pintu Langit, Ini Bacaan Doa Iftitah beserta Makna dan Keutamaannya
Bacaan Doa Khatam Qur'an Lengkap dengan Arti dan Keutamaannya