Telah merenggut jutaan jiwa di dunia, hingga kini belum diketahui pasti obat apa yang mampu menyembuhkan COVID-19. Para peneliti di seluruh dunia berlomba-lomba dan terus menguji beragam jenis obat untuk mengenyahkan penyakit ini. Belum lama ini, heboh obat Molnupiravir bisa sembuhkan COVID-19. Benarkah demikian?
Fakta Soal Isu Molnupiravir Bisa Sembuhkan COVID-19
Ikhtiar dan kerja keras terus dilakukan untuk menyembuhkan COVID-19, salah satunya obat antiviral molnupiravir yang diklaim ampuh sembuhkan virus asal Wuhan ini. Sebagai informasi, obat ini dikembangkan oleh Ridgeback Biotherapeutics LP dan Merck & Co.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature Microbiology, tim peneliti dari Georgia State University (GSU), Amerika Serikat awalnya menemukan bahwa obat molnupiravir ampuh dalam melawan virus influenza.
Bahkan, molnupiravir inilah yang dikembangkan dalam mencegah dan mengobati SARS-CoV dan MERS pada awal 2000-an silam yang juga melumpuhkan dunia. Sebelumnya, obat ini terbukti berfungsi mengatasi virus-virus yang menggunakan RNA-dependent RNA polymerase, yang juga dimiliki oleh SARS-CoV-2.
Polimerase adalah enzim yang menyalin materi genetik virus menjadi materi genetik baru. Enzim ini kemudian menghasilkan RNA pembawa pesan yang mengarahkan produksi semua protein virus.
Menyalin RNA yang terdapat kandungan molnupiravir mengakibatkan virus berhenti bereplikasi, memperpendek infeksi, dan membatasi penularan. Tim peneliti turut mencatat bahwa obat ini sejak lama telah memiliki aktivitas spektrum luas melawan virus RNA pernapasan dan pengobatan pada hewan yang terinfeksi virus RNA.
Obat ini dapat menurunkan jumlah partikel virus yang terlepas beberapa kali lipat. Kemampuan ini secara langsung bisa mengurangi penularan. Menurut situs resmi Merck, molnupiravir baru menyelesaikan uji klinis tahap dua dan masih dalam penelitian. Berikut beberapa faktanya!
Artikel terkait: 7 Fakta Seputar Vaksin Nusantara yang Tuai Polemik, Belum Kantongi Izin BPOM
1. Belum Lolos Uji Klinis Fase 3
Seperti telah diinformasikan sebelumnya, Merck sampai sekarang baru saja menyelesaikan uji klinis fase kedua. Uji dilakukan terhadap 202 orang dewasa yang terinfeksi virus corona tanpa gejala. Hasilnya, sebanyak 182 partisipan yang melakukan tes swab PCR setelah mengonsumsi obat tersebut menunjukkan penurunan jumlah virus dalam tubuh.
Berdasarkan uji klinis tersebut pula, 0% dari mereka yang menerima dosis positif terkena virus (0/47) dibandingkan dengan 24% dari kelompok plasebo (6/25). Kendati demikian, hasil studi lengkapnya masih bersifat rahasia dan belum bisa diakses secara luas. Mereka juga masih mempersiapkan uji klinis fase berikutnya.
2. Empat Orang Mengalami Efek Samping
Namanya uji coba, adalah hal yang lumrah ketika sebuah obat mengalami efek tertentu. Tak terkecuali molnupiravir, yang mana sebanyak 4 dari 202 responden dewasa yang terlibat mengalami efek samping serius setelah mengonsumsi obat ini.
Mercks mengatakan, masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut apaka efek samping tersebut murni ditimbulkan akibat obat. Perusahaan berwenang juga belum memaparkan secara rinci penyebab dan efek samping seperti apa yang timbul.
3. Telah Diuji pada Hewan
Melansir Health World, para peneliti telah menemukan bahwa pengobatan infeksi COVID-19 dengan obat antivirus molnupiravir dapat menekan penularan virus dalam waktu 24 jam.
Dalam studi tersebut, tim peneliti menggunakan molnupiravir untuk melawan COVID-19 pada hewan musang untuk menguji efek obat tersebut dalam menghentikan penyebaran virus. Alasannya, musang dipercaya merupakan model penularan versi hewan yang relevan dalam menularkan virus.
Penyebarannya sangat mirip dengan yang terjadi pada orang dewasa muda. Namun, sebagian besar musang tidak mengembangkan penyakit parah. Mulanya, para peneliti menginfeksi musang dengan SARS-CoV-2. Lalu, pengobatan dimulai dengan molnupiravir ketika hewan itu mulai mengeluarkan virus dari hidung.
Setelah itu, musang yang terinfeksi tersebut ditempatkan di kandang bersama musang yang sehat. Ajaibnya, musang sehat tidak tertular infeksi.
Artikel terkait: 10 Fakta Efek Menelan Sperma, Hati-hati Berisiko Alergi dan IMS!
4. Diberikan pada OTG dan Pasien Bergejala
Lebih lanjut, Kepala Petugas Medis Laboratorium Riset Merck, Roy Baynes mengatakan akan meneruskan uji klinis fase 3 obat molnupiravir. Obat ini nantinya akan diberikan kepada pasien COVID-19 tanpa gejala dan pasien yang bergejala di rumah sakit.
“Kami terus membuat kemajuan di fase uji klinik 2/3. Kami mengevaluasi molnupiravir baik di pasien tanpa gejala yang tidak dirawat di rumah sakit, maupun yang menjalani rawat inap, kami juga berencana memberikan pembaruan bila perlu,” tutur Roy.
Dengan demikian, faktanya obat molnupiravir masih membutuhkan kajian lebih lanjut perihal efektivitasnya menyembuhkan COVID-19. Walaupun penelitian mengenai vaksin dan obat mengalami kemajuan, alangkah bijaknya bila Anda tetap menerapkan protokol kesehatan secara konsisten.
Sebisa mungkin batasi kegiatan di luar rumah yang melibatkan kerumunan. Jika memang harus, kenakanlah masker dan pastikan Anda rutin mencuci tangan setelah menyentuh benda di tempat umum. Semoga pandemi ini lekas berlalu.
Baca juga:
Vaksin Sinovac Ilegal karena Tak Bersertifikat WHO? Ini Faktanya!
id.theasianparent.com/cahaya-matahari-melemahkan-covid-19
id.theasianparent.com/antibodi-covid-19-dari-asi