Peristiwa tragis harus dialami dua orang perempuan muda dalam kurun waktu yang lama. Selama empat tahun dirinya mengalami kenyataan pahit dalam hidupnya. Diperkosa.
Siapapun bisa menjadi korban dan pelaku perkosaan.
Dua gadis muda menderita karena diperkosa setiap hari
Seorang ibu mustinya mampu melindungi anak-anaknya dari hal-hal buruk. Namun apa yang dilakukan seorang ibu yang tinggal di pemukiman kumuh Wadala, Mumbai India ini benar-benar memilukan.
Ibu yang tidak disebutkan identitasnya ini telah membiarkan dua putrinya yang berusia 16 dan 11 tahun diperkosa oleh kedua putranya yang masing-masing berusia 19 dan 21 tahun. Ironisnya lagi, ia tidur dengan tenang di samping mereka seolah tak terjadi apa-apa ketika kedua putri kandungnya diperkosa.
Ia melarang anak-anak perempuannya bersekolah, lantaran khawatir mereka akan melapor pada pihak berwajib atau menceritakan bahwa mereka diperkosa saudara-saudaranya kepada orang lain. Bukan hanya itu, ia juga menampar dan membakar tangan kedua anak perempuan itu jika mereka berani melawan.
Kadang gadis yang diperkosa tidak melapor
Salah satu dari dua anak perempuan korban perkosaan itu akhirnya menceritakan kekejaman yang dialaminya kepada seorang pekerja sosial. Dan dalam waktu singkat polisi setempat menangkap ibunya yang suda berumur 53 tahun ini bersama kedua anak laki-lakinya.
Inspektur Suhas Garud dari Kepolisian Wadala mengatakan, kedua anak laki-laki telah didakwa melakukan aksi kejahatan terkait gang rape (perkosaan massal).
Sedangkan ibunya ditangkap karena terbukti menyembunyikan tindakan kejahatan dan mendukung kedua anaknya melakukan perkosaan.
Perkosaan adalah aksi kriminal yang cukup sering terjadi di India dan sebagian besar pihak yang diperkosa tidak melapor pada pihak berwajib.
Salah satu aksi perkosaan yang menjadi perhatian dunia terjadi pada 16 Desember 2012, ketika Jyoti Singh Pandey (23) diperkosa secara massal ketika sedang naik bus bersama teman laki-lakinya. Gadis malang itu akhirnya meninggal 15 hari kemudian setelah mendapat perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Singapura.
Para ibu sebaiknya tak memukul anak laki-lakinya agar mereka tidak membenci lawan jenis.
Menjauhkan anak dari kemungkinan menjadi pelaku perkosaan
Perkosaan bukan hanya tindakan yang bisa menghancurkan kejiwaan korbannya. Namun juga membuat pelakunya menderita karena mereka akan diperlakukan dengan sangat buruk oleh narapidana lainnya jika mereka tertangkap dan dijebloskan ke penjara. Begitulah menurut sebuah sumber yang menolak disebutkan namanya.
Kita bisa mencegah anak-anak kita menjadi pelaku perkosaan dengan cara menumbuhkan rasa kasih sayang dan menghargai sesama dalam diri mereka.
Para ibu sebaiknya juga jangan memaki atau memukul anak laki-lakinya sekalipun mereka sudah membuat Anda marah, agar mereka tidak menyimpan dendam pada ibunya dan melampiaskannya dengan cara memperkosa lawan jenis di kemudian hari.
Dilansir dari laman HalloSehat, ada beberapa efek dan dampak kekerasan seksual yang dirsakan oleh anak. Hal ini mencakup trauma fisik, emosional, dan psikologis.
Apa saja?
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang terjadi ketika perasaan yang diasosiasikan dengan kesedihan dan keputusasaan terus terjadi berkelanjutan untuk jangka waktu yang lama hingga mengganggu pola pikir sehat.
2. Sindrom Trauma Perkosaan
Sindrom trauma perkosaan (Rape Trauma Syndrome/RTS) adalah bentuk turunan dari PTSD (gangguan stres pasca trauma), sebagai sesuatu kondisi yang memengaruhi korban perempuan.
3. Gangguan makan
Ada tiga tipe gangguan makan, yaitu: anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating.
Dilansir dari Medical Daily, bulimia dan anoreksia umum ditemukan pada wanita dewasa penyintas kekerasan seksual saat anak-anak. Dalam sebuah studi dari University of Melbourne, peneliti menelaah keterkaitan antara kekerasan seksual saat kanak-kanak.
4. Hasrat seksual yang rendah
Seorang yang pernah mendapatkan kekerasan sekual akan berisiko tumbuh mnjadi individu tidak pernah mengalami atau memiliki hasrat seksual, bahkan jarang terlibat dalam hubungan seksual. Ia bisa tidak memulai dan tidak merespon terhadap rangsangan seksual dari pasangannya. Hingga berujung pada vaginismus
5. Dyspareunia
Kondisi ini disebabkan oleh beragam kondisi, salah satunya trauma dari riwayat kekerasan seksual. Adanya riwayat kekerasan seksual pada wanita yang memiliki dyspareunia dikaitkan dengan peningkatan stres psikologis dan disfungsi seksual, namun tidak ditemukan kaitan antara dyspareunia dengan riwayat kekerasan fisik.
Dyspareunia adalah nyeri yang dirasakan selama atau setelah berhubungan seksual. Kondisi ini dapat menyerang pria, namun lebih sering ditemukan pada wanita.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Referensi : www.scoopwhoop.com, en.wikipedia.org, thehathorlegacy.com
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.