Kisah pilu menikah singkat 12 hari, curhatan perempuan ini viral

Begini kronologis selengkapnya Parents

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki tujuan yang sama. Menikah untuk bahagia hingga maut memisahkan. Sayangnya, keinginan ini tidak selamanya bisa diwujudkan. Bahkan, menikah singkat pun bisa terjadi, seperti yang dialami seorang perempuan asal kota Malang ini.

Kisah pernikahannya yang hanya berlangsung selama 12 hari dan ia bagikan lewat akun Twitter pribadinya, @NaimaMaheswari, akhirnya viral dan menjadi perbincangan di media sosial.

Perempuan berhijab ini menceritakan lika-liku kisah kegagalan dalam menjalani pernikahan. Hingga tulisan ini dibuat, kisahnya sendiri kini sudah dibagikan 43.3 ribu kali dan mendapat likes sebanyak 91.5 ribu.

Artikel terkait : Kisah istri yang diselingkuhi saat hamil, apa yang sebaiknya dilakukan?

“Menikah singkat, catatan terkelam sepanjang hidupku”

Naima Maheswari atau kerap disapa Nay tak pernah menduga sebelumnya bahwa pernikahan yang diimpikannya berubah menjadi kejadian yang kelam. Di usia yang masih cukup belia yakni 23 tahun, ia harus menanggung beban moril karena pernikahannya tersebut hanya berlangsung selama 12 hari. Alhasil, pernikahan singkatnya menjadi buah bibir orang-orang sekitar.

“Dari yang awalnya suka banget keluar rumah,sekarang setiap keluar mesti pake masker dan helm dari dalam rumah. Setiap kemana2 dilihatin dengan tatapan aneh dan suara bisik² yang akupun tau bahasannya apa,” tuturnya dalam salah satu tweet.

Membayangkan akan memiliki partner seumur hidup yang menerima dirinya kini sudah pupus. Bahkan dirinya merasa ‘terbuang’ tatkala mengingat kejadian yang menyakitkan tersebut.

Berikut kisah menikah singkat yang dialami Naima.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kronologis kisah

Seperti perempuan pada umumnya pada saat menemukan sosok yang membuatnya, Nay pun mengaku membuka diri dengan laki-laki yang pada akhirnya menjadi jodohnya.

Semula Nay mengaku kalau dirinya belum berpikir untuk melangsungkan ke jenjang pernikahan. Namun tak bisa dipungkiri kalau dirinya sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran sosoknya.

Ia adalah seorang teman dari kerabatnya yang sudah dikenalnya sejak 2018. Selama mengenal sosoknya, Nay tak pernah menaruh curiga, di matanya justru lelaki tersebut sosok yang baik dan pekerja keras. Laki-laki yang bertanggung jawab. Meskipun dibesarkan tanpa kehadiran ayah, namun bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya.

Terlebih, laki-laki tersebut secara lantang memang mengajak Nay untuk ke jenjang yang lebih serius dengan menemui orangtua Nay secara langsung. Saat itu yang ada dibenak Nay dan orangtuanya adalah rasa syukur yang begitu besar karena merasa telah dipertemukan dengan seseorang yang hendak meminangnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melangsungkan lamaran

Tepat 5 hari pasca Nay setuju untuk dipinang, lamaran pun dilangsungkan. Dengan khidmat, tak ada prosesi dokumentasi atau hiruk pikuk kedatangan tamu. Semuanya pun berjalan dengan lancar, kedua keluarga pun sama-sama memutuskan tanggal pernikahan.

“Waktu saat penentuan tanggal, agak ribet di sini. Yang ku pikir kami akan menikah 2020 atau justru 2021 ternyata malah ketemu tanggal 13 desember 2019. Kaget? Pasti. Antara ragu, siap tidak siap tapi harus siap karna sudah keputusan 2 keluarga,” tuturnya.

Hingga momen foto prawedding tiba, semua berjalan lancar. Tak ada satu pun pikiran negatif yang muncul di kepala Nay.

Namun semakin mendekati hari H pernikahan, tepatnya pada H-30 Nay pun sudah mulai merasakan ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

Sudah melihat gelagat aneh sebelum menikah

“Sampai di H-30 ada sedikit kerikil, kalau orang-orang bilang cobaan sebelum pernikahan .Kita selisih pendapat sampai bertengkar hebat dan sampai terdengar di telinga orang tua kami. Akhirnya kedua keluarga bertemu, dan syukurlah masalah bisa teratasi,” tuturnya.

Saat percekcokan yang terjadi, Nay mulai menyadari tempramen calon suaminya jika sedang emosi sampai melibatkan kontak fisik.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Setelah masalah itu satu hal baru yang aku tahu, marahnya dia waktu itu bahkan masih teringat sampai sekarang. Gimana nada tingginya dia, gimana telunjuknya nunjuk-nunjuk dan aku nggak nyangka kalau dia sampai berani dorong aku .. Kaget..  Setengah mati kaget..” ujarnya.

Meskipun demikian, Nay memutuskan untuk ‘menelan’ perlakuan calon suaminya tersebut, tanpa mau memberitahukan pada kedua orangtuanya. Ia terlalu takut untuk mengatakannya, ia pun merasa takut menghadapi calon suaminya.

Sementara dekorasi pernikahan dan undangan pun disiapkan dengan matang, ia hanya tinggal menunggu beberapa minggu menjelang pernikahan.

Tak hanya itu, kekhawatiran Nay semakin bertambah saat mendapatkan fakta bahwa calon suaminya menjelek-jelekannya ketika berbicara dengan kakak iparnya lewat WhatsApp,

Dari percakapannya tersebut dapat disimpulkan bahwa calon suaminya memang sejak awal tidak berterus terang, khususnya terkait dengan pekerjaan Nay. Bukannya membicarakan langsung dengan Nay, ia malah membicarakannya di belakang dengan sang kakak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat hari pernikahan tiba

Meskipun demikian, Nay berusaha ‘tutup mata’ dengan semua hingga momen ijab kabul dan resepsi pernikahan pun berjalan dengan lancar. Nay pun mengaku hingga hari ke-3 pernikahan, semuanya berjalan lancar layaknya pengantin baru.

Namun tiba-tiba pada hari ke-4 Nay merasakan firasat yang membuat hatinya gelisah. Ditambah lagi, saat hari ke-5 saat momen “sepasaran” yang biasanya pengantin tidak boleh keluar, sang suami justru memutuskan untuk bekerja.

Saat Nay mencoba mengantarkan seserahan ke rumah mertuanya, ia pun merasakan lagi gelagat tak menyenangkan dari keluarga sang lelaki. Sama seperti suaminya, keluarga besarnta pun memperlihatkan sikap menjadi dingin.

Semakin melihat gelagat yang berbeda

Nay yang sudah mencoba berbagai cara untuk menghangatkan lagi hubungannya, tak direspon sama sekali. Semakin hari, suaminya pun semakin terasa dingin dan jauh.

“Semakin hari keanehan makin menjadi. Nggak ada lagi kehangatan,ga ada obrolan berarti, ga ada bercanda atau kejar²an. HP yg biasanya bebas aku pegang skrg ga bisa,dia pola. Dia saku in terus. Aku bikinin kopi atau teh nggak diminum sama sekali..” ujar Nay.

Sejak hari ke-5 tersebut, Nay mendapati dirinya tidur sendiri, sedang sang suami malah tidur di depan TV. Pulang atau berangkat kerja pun tidak pamit, ia seperti hidup sendiri dan tak dianggap.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pada hari ke 12

Di usia pernikahan yang ke-12 hari, Nay justru jatuh sakit. Melihat dirinya yang sedang kesakitan dan bulak balik ke kamar mandi, suaminya sama sekali tidak memberikan perhatian secuil pun. Sang suami dengan dingin hanya pergi bekerja, tanpa beban.

Merasa kurang nyaman karena sakit dan berada di rumah mertua, Nay akhirnya memutuskan untuk menghubungi ayahnya. Saat sang ayah datang dengan saudaranya, ia hanya bisa menangis, berulang kali mengutarakan kata maaf. Ia pun akhirnya memberanikan diri bercerita pada ayah dan ibunya.

“Aku cerita semuanya dengan berjuta kata maaf yang aku ulang² .. Beliau cuman ambil napas besar, dan nutupin mulutnya terus :”
Setelah tau respon beliau aku minta dianter kerumah aja,aku pengen ketemu mama dulu. Biar mama yg bikinin obat. Biasanya dibikinin jamu-jamuan, gitu,”

Akhirnya kita bertiga dikamar dan aku cerita dari awal sampe akhir,pas selesai cerita mama bilang, ‘Nak..mama tau ini salah. Cuman jangan gegabah ya,kita obrolin dulu kalau dia pulang, kasih tau kamu di sini biar dia ke sini” ujarnya.

Artikel terkait : “Sempat menolak punya anak, kini aku siap mati untuk bayiku,” curhat seorang ibu

Tidak ingin membicarakan baik-baik

Sayangnya, apa yang diharapkan Nay justru tidak terjadi. Bukannya membicarakan baik-baik, sang suami justru memutuskan untuk tidak bertemu lagi dan membicarakannya permasalahannya.

Kondisi ini pun membuat kekesalan Ayah Nay memuncak. Sang ayah mendatangi keluarga lelaki tersebut untuk mempertanyakannya.

Dan pas doi ditelepon omnya doi cuman bilang, ‘maaf.. aku nggak bisa nerusin pernikahan ini” (Astaghfirullah .. ). Pas ayah denger itu ayah langsung bilang kalau memang seperti itu ya sudah, tolong selesaikan sendiri dia dengan keluarga Anda. Anak saya, saya masih kuat ngurus..” tutur Nay kembali.

Akhir dari pernikahan

“Mama nyamperin aku.. Meluk dan bilang, ‘kuat ya nak..yang tabah. Anak mama cantik anak mama masih muda, anak mama yang terbaik..” Sambil nangis dan ngelus punggung aku,”  tutur Nay.

Saat itu Nay menyadari bahwa pernikahannya memang sudah tak bisa diselamatkan. Saat mencoba menghubunginya melalui WhatsApp, beberapa chat yang mengungkapkan isi hatinya pun tak digubris sama sekali.

Dari unggahan chat tersebut, laki-laki tersebut mengatakan bahwa ia masih memiliki trauma. Nay mengungkapkan bahwa memang dulu ia memang sempat gagal menikah.

“Dan sampe sekarang dia ataupun keluarga tidak ada yang ke rumah untuk bertanya atau mengembalikanku ke orangtuaku. Semakin sakit dan merasa terbuang tapi aku gaboleh lagi nunjukkin kesedihan itu lagi  Ada orangtuaku yang mungkin sakitnya berlipat ganda dari aku,” tuturnya.

Dua minggu tidak keluar kamar

Peristiwa ini tentu saja menyisakan luka mendalam bagi Nay. Ia pun mengaku kalau dirinya sempat tidak mau keluar kamar selama 2 minggu. Bahkan dirinya mengaku pernah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Namun keberadaan kedua orangtuanya lah yang menguatkannya.

Walau masih merasakan kepedihan yang luar biasa, namun adanya support system, khususnya dari orang-orang di sekitarnya, Nay pun mengaku bisa tetap bertahan.

Ia pun menuturkan bahwa tujuannya membagikan kisah pahit hidupnya tak terlepas sebagai upaya mencegah perempuan lain merasakan hal serupa.

Berikut ini thread lengkap dari Nay di twitter.

Pentingnya support system

Seperti Nay yang tengah berjuang menghadapi masalah yang dialaminya, support system keluarga mau pun orang disekitar menjadi hal yang penting. Dalam kondisi adanya masalah, stres, hingga depresi, keberadaan support system ini bisa menjadi energi positif.

Menurut Erika Krull, MSEd, LMHP, dukungan sosial menjadi hal yang krusial saat memulihkan. Keberadaan dukungan ini bisa memengaruhi fokus kehidupan seseorang, memunculkan solusi, manajemen depresi, dan menentukan kekuatan sosialnya.

Parents, kisah yang dialami Nay mungkin juga pernah dialami oleh orang lain. Tentunya kita sebaiknya mengambil hikmah dari kejadian ini.

Sumber : Twitter, psychcentral

Baca Juga :

id.theasianparent.com/donor-organ-tubuh-bayi

 

Penulis

nisya