Mungkin Parents sudah familiar dengan istilah monogami atau poligami. Selain dua istilah tersebut, kini ada istilah sologamy atau yang bisa diartikan sebagai menikah dengan diri sendiri.
Kasus menikahi diri sendiri kian marak terjadi di berbagai belahan dunia. Kasus ini disebut sologamy. Seperti pada umumnya, orang-orang yang melakukan sologamy menggelar berbagai perayaan dan pesta, mereka juga menyiapkan seluruh persiapan seperti pernikahan pada umumnya yaitu cincin nikah, gaun pernikahan, tempat pernikahan, bridesmaid atau groomsmen, hingga janji pernikahan.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang wanita asal India berniat menikahi dirinya sendiri secara resmi. Pernikahan akan dilakukan dengan upacara adat Hindu pada 11 Juni 2022. Melansir dari wolipop, Kshama Bindu, merasa tidak ada yang bisa mencintai dan menyayanginya sebesar dia kepada dirinya sendiri. Untuk itulah wanita 24 tahun ini bertekad menikah tanpa pasangan di sebuah kuil di Vadodara, India.
Lantas, bagaimana fenomena sologamy ini bisa terjadi? Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini ulasannya.
Apa Itu Sologamy?
Dikutip dari indianexpress.com, sologamy adalah tindakan menikahi diri sendiri dalam upacara publik, juga disebut sebagai pernikahan sendiri atau autogami. Meskipun pernikahan semacam itu tidak memiliki sanksi atau status hukum, upacara simbolis digunakan oleh banyak orang sebagai tindakan untuk menekankan cinta diri dan kemandirian mereka.
Mereka berpendapat, sologamy adalah berkomitmen untuk benar-benar mencintai diri sendiri, hal tersebut juga dapat memberikan kesiapan diri secara emosional untuk menerima dan memahami orang lain. Hal tersebut juga dapat mengembangkan kepercayaan diri dan lebih menghargai diri sendiri.
Bagi yang telah melakukan sologamy, mereka biasanya menanamkan pada diri bahwa mereka tidak membutuhkan seseorang untuk mendampingi atau bergantung pada seseorang. Selama itu dapat dilakukan seorang diri, maka mereka akan percaya pada diri mereka sendiri, hal ini diterjemahkan sebagai gaya hidup independen.
Artikel terkait: 7 Kebiasaan Menyebalkan Suami dan Cara Jitu Mengatasinya
Konsep Sologamy dan Narsisme
Zaman sekarang, praktik sologamy berkembang menjadi sebuah tren gaya hidup yang berkaitan dengan sebuah ideologi tertentu. Dalam hal ini adalah feminisme. Para pelaku feminis biasanya akan menikahi dirinya sendiri sebagai bentuk kemandirian dan tidak perlu menggantungkan pihak lain. Dalam budaya feminisme pihak lain yang dimaksud adalah seorang pria.
Selain terkait dengan feminisme, beberapa ahli juga menyatakan bahwa praktik sologamy merupakan manifestasi dari sifat narsisme yang ada dalam diri seseorang. Narsisme merupakan perasaan cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri.
Salah satu ahli yang memiliki pandangan tentang narsisme dalam praktik sologamy adalah Dr. Timothy George, seorang teolog serta jurnalis asal Amerika. Pendapatnya ini ia sampaikan dalam tulisannya berjudul ‘Same-Self Marriage’. Menurut Dr. Timothy George, praktik menikahi diri sendiri merupakan pengembangan dari apa yang ditulis oleh Christopher Lasch pada tahun 1979 dalam bukunya yang berjudul The Culture of Narcissism.
Christopher Lasch adalah seorang sejarawan, moralis, serta kritikus sosial asal Amerika. Dia juga merupakan profesor sejarah dari University of Rochester. Christopher Lasch menuliskan bukunya dengan didasarkan pada esai mengenai narsisme milik seorang psikolog legendaris Sigmun Freud.
Artikel terkait: Frugal Living Jadi Tren, Begini Cara Menerapkan Gaya Hidup Lebih Hemat!
Sologomy, Sebuah Praktik Menikah dengan Diri Sendiri
Asal Usul Sologamy, yaitu Menikah dengan Diri Sendiri
Seperti yang dilansir dari suara.com, dalam mitologi Yunani juga pernah ada kasus sologamy. Seorang pemuda bernama Narcissus, ia terlahir dengan postur tubuh atletis dan memiliki wajah yang sangat tampan. Banyak gadis yang tergoda dan jatuh cinta padanya. Sayangnya, tidak ada yang berhasil memikat pemuda tersebut. Ia malah jatuh cinta pada refleksi dirinya sendiri dalam sebuah kolam, ia sangat terpaku akan ketampanan wajahnya.
Ternyata praktek sologamy atau menikahi diri sendiri sudah menjadi hal yang umum dilakukan oleh masyarakat beberapa suku di Afrika seperti Hutu dan Por’Quatzi. Menurut kepercayaan yang ada di suku tersebut, sologamy merupakan pernikahan antara tubuh dan jiwa seseorang. Dengan menikahi dirinya sendiri, seseorang akan dapat menyatukan kembali tubuh dan jiwanya yang terpisah lalu akan terlahir sebagai manusia yang baru (reinkarnasi).
Biasanya para anggota dua suku tersebut akan menggelar pesta pernikahan besar selama tiga hari. Acara tersebut terdiri dari makan-makan dan berdansa dalam perayaan sologamy tersebut. Bahkan sologamy ditetapkan oleh pemerintah Afrika sebagai pernikahan yang legal atau resmi. Sedangkan di negara lain seperti Amerika Utara dan Eropa, sologamy merupakan tindakan ilegal dan tidak diakui oleh hukum negara.
Artikel terkait: Masih ingin poligami? Jumlah lelaki lebih banyak daripada wanita lho
Fenomena Sologamy dan Bagaimana Industri Melirik Tren Ini
Fenomena menikahi diri sendiri ini belakangan menjadi semacam tren yang mendunia. Bukan hanya menjadi budaya masyarakat suku pedalaman Afrika saja. Kira-kira tahun 1993 muncul laporan pertama tentang orang yang menikah dengan dirinya sendiri. Kemudian diikuti oleh laporan-laporan berikutnya di tahun-tahun selanjutnya. Fenomena ini kemudian menginspirasi lahirnya bermacam buku, film, dan serial televisi, seperti Sex and the City, Glee dan Doctor Who.
Di Amerika Serikat bahkan muncul sebuah situs web yang menawarkan paket perlengkapan pernikahan untuk diri sendiri. Situs web tersebut bernama I Married Me (imarriedme.com/).
Setipe dengan I Married Me, di Kanada terdapat sebuah agen wedding organizer yang menyediakan jasa pernikahan solo yang diberi nama Marry Yourself Vancouver. Agen tersebut mengatakan bahwa semakin banyaknya orang yang memilih hidup melajang menjadi pemicu maraknya fenomena pernikahan sologamy.
***
Demikian penjelasan mengenai sologomy, di mana individu menikahi diri sendiri. Percaya atau tidak, praktik Sologamy sudah menjadi tren dan sering terjadi, serta dirayakan sebagaimana perayaan pernikahan yang lazim. Semua itu adalah pilihan dengan segala risiko dan konsekuensi yang harus ditanggung. Bagaimana pendapat Parents?
Baca juga:
https://id.theasianparent.com/dalil-islam-hukum-perceraian
https://id.theasianparent.com/apa-itu-wibu
https://id.theasianparent.com/arti-mimpi-menghitung-uang