Semenjak menikah dengan suami, kami memutuskan untuk tinggal terpisah dari rumah orang tua kami masing-masing. Kami ingin hidup mandiri. Kami ingin menantang diri kami sendiri untuk bisa membangun keluarga dengan kemampuan kami Sendiri. Dan, inilah pengalamanku yang harus mengurus anak dan rumah sendiri.
Tak mudah untukku bisa langsung mandiri, apalagi aku anak bungsu yang sebelum menikah terbiasa dengan Maam yang selalu membantuku dalam segala hal. Tapi aku sudah nikah, harus bisa mandiri, begitulah isi hati kecilku berkata.
Ketika aku hamil pun, aku dan suami tetap bertekad untuk tinggal di rumah sendiri. Pada saat Jovan lahir, kami hanya mengungsi selama sebulan di rumah Mamaku. Setelah itu, kami angkut lagi barang-barang ke rumah dan memulai hidup mandiri lagi dengan bayi kami.
Banyak yang salut dengan keputusan kami untuk mengurus bayi sendirian tanpa bantuan siapa pun, bahkan tanpa bantuan orangtua kami masing-masing. Sepertinya mereka heran bagaimana kami, terutama aku, bisa mengurus rumah sekaligus mengurus bayi di waktu bersamaan. Apalagi mamaku tau betapa manjanya aku sewaktu gadis.
Mungkin apa yang kalian baca setelah ini akan terkesan kayak aku narsis dengan menganggung-agungkan diri sendiri. Tapi tolong percayalah, tulisan aku ini adalah untuk memotivasi kalian wahai para ibu baru.
Artikel Terkait: 10 Fakta menarik yang sering dirasakan oleh ibu rumah tangga
Keputusanku Mengurus Anak dan Rumah Sendiri
Oke, mengurus anak sendirian itu aku akuin nggak mudah sih, tapi sangat mungkin dilakukan. Hal yang kita butuhkan cuma niat. Aku memang dari awal udah niat untuk mengurus semuanya sendiri.
Orang yang mengurus anakku, ya aku karena aku ini ibunya. Orang yang ngurus rumah yang aku tinggalin ya aku sendiri juga, karena aku lah nyonya di rumah ini.
Memang capek dan kadang aku juga jenuh dengan segala rutinitas yang rasanya nggak ada habisnya. Tapi, mengurus rumah dan anak sendirian itu bisa sekali dilakukan sendiri.
Kalau kamu merasa itu nggak mungkin, ya aku berani bilang emang kamunya aja yang malas. Kamu bisa bilang nggak sanggup karena kamu tahu bahwa ada opsi lain untuk tidak melakukan itu semua.
Aku Pribadi Tak Mau Membiarkan Punya Pilihan Lain
Opsi itu bisa jadi dalam bentuk bantuan baby sitter, orang tua, dll. Sedangkan, aku dari awal tidak membiarkan diriku punya opsi.
Tapi iya, aku ngerti kok kalau kamu ngerasa nggak sanggup. Gimana nggak, sejak punya bayi badan kamu belum pulih tapi kamu udah harus ngurus seorang manusia mungil yang selalu menuntut perawatan kamu.
Kamu belum cukup tidur, tapi begitu mau tidur, bayimu udah keburu nangis lagi. Wajar banget kok kalau kamu jadinya malas, tapi plis nggak usah cengeng. Karena apa yang kamu alamin itu juga dialamin sama semua ibu, termasuk mama kita, nenek kita dan semua perempuan yang pernah jadi ibu lainnya.
Lebih baik kita fokus cari cara atau sistem gimana semuanya berjalan dengan baik, ketimbang nangis dan ngasihanin diri mu sendiri. Kok pedes amat sih omongannya Buuuu? Maap yaa, bukan maksudnya judes. Cuma jadi perempuan tuh harus kuat.
Artikel Terkait: 5 Tips Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Sukses dan Bahagia
Memang Berat, Tapi…..
Aku juga udah rela kalau segala agenda harian aku terombak drastis karena harus membiarkan porsi untuk anak lebih besar dari agenda-agenda lainnya. Berat sih, bun.
Kamu jadi susah mau ke luar rumah. Kalau pun mau keluar, kamu harus bawa segala printilan perlengkapan bayi dan gendong bayimu sendirian juga. Secara aku nggak ada baby sitter. Triknya adalah aku pakai stroller (buat yang gak punya stroller bisa pakai gendongan depan) dan suami pegang diapers bag.
Kuncinya Komunikasi dan Kerjasama dengan Suami
Pengasuhan anak selama ini masih sering hanya dikaitkan pada peran ibu semata. NOOOO!!! Bikin bareng-bareng dengan suami ya urusnya juga sama lahhh. Untung banget suamiku sangat membantuku, kalau dia uda pulang kerja suami langsung ambil peran tugas menjaga anak.
Tapi seribet dan sesusah-susahnya ngurus bayi sendirian, ada sisi positifnya juga, lho. Mau tahu apa? Badan aku balik jadi langsing secara cepat.
Artikel Terkait: 5 Fakta Ibu Rumah Tangga yang Sering Disalahpahami oleh Suami
Jadi Ibu, Selalu Ada Rasa Bahagia Setiap Harinya
Dengan mengurus semuanya sendiri, Puji Tuhan di bulan ketiga setelah melahirkan badanku udah balik kurus seperti semula. Ya begitulah kalau badan gerak mulu, ditambah pula kalau di rumah, si Jovan aku gak pake diapers.
Artinya bisa dikatakan tiap 15 menit sekali aku ganti celananya yang basah. Namun, semelelahkan apapun peran yang dijalani saat menjadi ibu, selalu ada rasa bahagia setiap harinya.
Setelah mengomel lihat ruangan yang berantakan, aku tersenyum melihat anak yang sedang belajar merangkak. Setelah anak menolak makan dan ibunya stres, aku merasa damai melihat wajah polosnya saat tertidur nyenyak. Masih banyak lagi hal-hal sederhana yang membuatku sampai pada suatu kesimpulan bahwa terlalu banyak kebahagiaan yang didapatkan saat menjadi seorang ibu.
Karenanya jika aku sedang merasa lelah, jenuh, bosan, sedih atau mungkin merasa stres dalam proses pengasuhan anak yang tidak hanya menyita waktu namun juga raga dan pikiran, hanya dengan mendengar suara ocehan anak dan melihat dia tertawa rasanya semua lelah hilang begitu saja. Jadi bersamanya 24 jam merupakan suatu hal yang mengesankan buatku.
***
Itulah pengalamanku mengurus anak dan rumah sendiri. Semoga bisa diambil makna dan pembelajaran baiknya, ya.
****
Kisah pengalaman ini ditulis Dian Theresa Pasaribu.
Baca Juga:
5 Cara ibu rumah tangga bisa punya penghasilan selain dari gaji suami
Curhatan Ibu Bekerja yang Banting Setir Jadi Ibu Rumah Tangga
Penelitian: Ibu Bekerja Lebih Keras ketika Ayah Bersantai di Hari Libur