Cerita Pengalaman Mengenalkan Base Ball pada Anak Autis Kami

Orang tua dari anak dengan gangguan autisme harus pandai memutar otak agar terapi tetap berjalan dengan aktivitas keluarga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semenjak pandemi, kegiatan untuk keluar rumah menjadi sangat terbatas. Bagi kami orang tua dari anak dengan gangguan autisme harus pandai memutar otak agar terapi tetap berjalan namun sang adik juga tetap mendapatkan kegiatan yang menyenangkan. Kami tentunya harus pandai-pandai mencari wisata alternatif bagi keluarga dengan anak autis. Melihat anak-anak senang, membuat suasana hati orang tua pun bahagia. Ini cerita kami mengenalkan base ball pada anak autis kami.

Beberapa waktu lalu, kami mengajak Lula, putri kedua kami untuk bermain base ball di salah satu kampus di Kota Bandung. Kami cukup khawatir dengan sosialisasinya, dikarenakan di usia nya yang ke-empat tahun, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama kakaknya. Setidaknya dengan mengikuti latihan base ball, ia memiliki teman baru dan belajar untuk berkompetisi.

Nindy, putri pertama kami ikut mengantar sang adik. Saat pertama kali Nindy tiba di lapangan baseball, ia terlihat gelisah karena belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Padahal lokasi lapangan berada di dalam kampus tempat kami kerap kali berjalan kaki (tracking).

Artikel terkait: 15 Ciri Anak Autisme dari Ringan hingga Berat, Parents Perlu Tahu!

Beberapa orang tua yang mengantar anaknya bertanya kepada Nindy, ‘’Teteh (sebutan kakak dalam Bahasa Sunda) kok gak ikutan gabung latihan base ball?’’ Mendengar hal itu, Nindy semakin panik, ia mencari perhatian dengan menangis dan berakhir dengan meminta makanan. Saya belum sempat memberitahu mereka jika Nindy mengalami gangguan autisme yang mana memang terlihat normal namun sebenarnya di dalam tubuhnya banyak mengalami gangguan.

Setelah tenang, saya coba ajak Nindy untuk berkeliling lapangan melihat Lula berlatih bersama teman-temannya dari kejauhan. Pelatih mencoba untuk mengajak Nindy bergabung. Saya pun segera memberitahu bahwa putri pertama saya autis, namun pelatih tersebut tidak kaget dan memiliki trik khusus saat mendampingi Nindy. Kami sebagai orang tua cukup terkesan dengan perlakuan sang pelatih saat itu. Tapi sayang, Nindy belum mau untuk mengikutinya.

Satu minggu berlalu, Lula mulai menyukai olahraga ini. Ketika di rumah pun, ia kerap kali meminta untuk didampingi bermain bola kepada kami, ibu dan bapaknya. Hal yang tidak terduga, Nindy, putri pertama kami ternyata diam-diam memperhatikan kami bermain. Dan ia mulai tertarik dengan bola dan tongkat pemukul (baseball bat). Ia mengambil tongkat tersebut dan mengarahkan kepada bola namun tidak tepat sasaran. Akhirnya, saya mengajarinya untuk memukul bola menggunakan bola tersebut. Setelah belajar, di pukulan ketiga ia sudah bisa melakukannya dengan tepat walaupun kami harus terus memberikan instruksi kepadanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengenalkan base ball pada anak autis kami tak terlepas dari peran sang pelatih. Ketiga kali latihan base ball, Nindy selalu mengikuti Lula. Akhirnya, pelatih memanggil Nindy untuk ikut bergabung bersama Lula dan Saka, putra dari teman kami. Saya melihat Nindy senang melihat kegiatan tersebut. Nindy pun diberi kesempatan untuk memukul bola di lapangan tempat Lula berlatih base ball.

Alhamdulillah kesempatan ini Nindy dapat meniru dengan baik untuk memukul bola base ball. Saya memberitahu asisten pelatih untuk tidak terlalu cepat meminta Nindy memukul bola. Benar saja, ketika lebih dari tiga kali memukul, fokusnya hilang dan melemparkan bat (tongkat) base ball.

Artikel terkait: Ciri Anak Autis Ternyata bisa Dideteksi Lewat Bermain Cilukba, Ini Penelitiannya

Saya pun segera membawa Nindy ke lokasi lain yang lebih tenang untuk mencegah tantrum. Di akhir latihan, orang tua diberi kesempatan untuk ikut bermain base ball yang didampingi oleh pelatih. Ini merupakan sarana membangun kedekatan antara anak dan orang tua.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memiliki anak dengan gangguan autisme sangat membutuhkan perhatian khusus dari kami orang tuanya. Kegiatan base ball ini sebetulnya jauh dari hobi saya dan istri. Kegiatan offroad sudah lama saya tinggalkan, begitupun untuk sekedar nongkrong di café dan ke salon bagi istri. Ketika saya memiliki waktu luang, saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dengan berwisata. Tentunya wisata yang ramah bagi anak dengan gangguan autisme, salah satunya kegiatan wisata olahraga base ball seperti ini.

Kegiatan base ball dapat dikategorikan wisata alternatif bagi keluarga dengan anak autis. Pariwisata alternatif merupakan tujuan wisata bagi wisatawan (anak autis) yang tidak ingin berkunjung ke tempat ramai karena ingin menemukan suatu hal yang baru.

Pengalaman yang terjadi pada Nindy, yang kami lihat setelah mengikuti kegiatan ini ia terlihat senang serta dapat mengikuti instruksi dengan baik. Selain itu, ketika di rumah kadar emosi menjadi lebih stabil. Doa kami sebagai orang tua semoga tumbuh kembang Nindy semakin baik ke depannya. Itulah sedikit cerita kami mengenalkan base ball pada anak autis kami.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ditulis oleh Mochammad Taufik Ramadhan Zain, UGC Contributor theAsianparent.com

Artikel UGC lainnya:

id.theasianparent.com/rekomendasi-buku-read-aloud

3 Alasan Ini yang Membuat Saya Tidak Membagikan Foto dan Video Anak di Media Sosial

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

6 Cara Mengoptimalkan Periode Emas Anak, Nutrisi sampai Pembatasan Screen Time

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan