Mengenal Mythomania: Penyakit Suka Bohong dan Halu

Dengan mengenal lebih dalam, semakin besar peluang untuk sembuh dari gangguan ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Entah demi kebaikan ataupun sengaja menyembunyikan kebenaran, rasanya semua orang pernah berbohong. Secara umum, berbohong didefinisikan sebagai suatu kesengajaan untuk mengatakan pernyataan yang salah dan menutupi kebenaran.

Tanpa bermaksud membenarkan perilaku ini, nyatanya berbohong terkadang dianggap perlu dalam beberapa kasus. Meski demikian, terlalu banyak berbohong tidak baik untuk kepribadian seseorang, apalagi kalau sampai berubah menjadi kebiasaan dan adiksi. Ialah mythomania, sebutan untuk gangguan psikologis dimana penderitanya suka berkata bohong tanpa alasan.

Yuk, baca artikel ini untuk mengenal mythomania lebih dalam, Parents!

Mengenal Mythomania: Gangguan Psikologis Suka Berbohong

Sumber: Pexels

Dalam ilmu psikologi, mythomania juga dikenal sebagai pseudologia fantastica atau pathological lying alias kebohongan patologis.

Gangguan psikologis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1891 oleh psikiater Jerman bernama Anton Delbrueck. Meski hingga kini mythomania tidak terdaftar sebagai diagnosis resmi dalam buku panduan psikiatri yang disebut DSM-V, nyatanya kondisi ini dinilai cukup meresahkan dan butuh perhatian.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dilansir dari WebMD, mythomania termasuk gangguan psikologis dimana penderitanya terus berkata bohong tanpa alasan dan motivasi yang jelas, biasanya disisipi dengan unsur imajinasi dan fantasi.

Mereka tidak dapat mengontrol dorongan untuk mengarang cerita, bahkan mereka mempercayai ‘cerita fiktif’ yang dibuatnya sendiri. Penderita mythomania juga tak ragu mengelaborasinya dengan pernyataan-pernyataan lain yang juga merupakan kebohongan.

Itu sebabnya kebohongan patologis dianggap yang paling parah dibandingkan dengan jenis-jenis kebohongan lainnya.

Mengenal Penyebab Mythomania

Sumber: Pexels

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebanyakan penderita mythomania mulai mengalami kondisi ini pada saat masih remaja dan terus berlanjut hingga mereka dewasa.

Penyebabnya cukup beragam, mayoritas dipengaruhi oleh faktor psikologis dan pengalaman hidup di masa lalu, seperti pernah mengalami kegagalan, hubungan yang buruk, atau pengalaman pahit yang melukai perasaan.

Selain itu, mythomania juga kerap dikaitkan dengan gangguan buatan (factitious disorder) dan gangguan kepribadian (personality disorder).

Gangguan buatan adalah suatu kondisi dimana seseorang bertindak seolah-olah mereka memiliki penyakit fisik atau psikologis padahal sebenarnya tidak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara gangguan kepribadian yang dimaksud dalam kasus, seperti bipolar disorder, narcissitic personality disorder (NPD), borderline personality disorder (BPD), antisocial personality disorder (APD), attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), atau ketergantungan zat alias kecanduan.

Artikel Terkait: 3 Jenis Gangguan Mental yang Rentan Dialami Penyintas COVID-19, Cek Faktanya!

Mengenal Ciri-ciri Mythomania

Sumber: Pexels

Penelitian mengkonfirmasi bahwa mythomania dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Secara anatomis, gangguan ini disebabkan oleh kelemahan pada fungsi otak di grey matter. Grey matter sendiri adalah bagian otak yang berfungsi untuk memproses informasi yang dihantarkan dari saraf menuju korteks. 

Selain grey matter, otak memiliki white matter yang berfungsi untuk mengeluarkan informasi di otak. White matter inilah yang disebut-sebut bisa membuat seseorang melebih-lebihkan informasi menjadi sebuah kebohongan yang disampaikan ke orang lain. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Berbeda dengan kebohongan lain yang biasanya bertujuan untuk menyembunyikan kesalahan atau kebiasaan buruk, kebohongan patologis alias mythomania memiliki konsekuensi yang lebih mengkhawatirkan. Karena jika dibiarkan, penderitanya tidak akan bisa mengendalikan keinginan untuk berbohong seumur hidupnya.

Para ahli menemukan setidaknya empat perilaku yang mencirikan gangguan ini, yaitu sebagai berikut.

1. Berbohong Berlebihan

Penderita mythomania lebih banyak berbohong dibanding kebanyakan orang. Mereka sering mengarang cerita yang terdengar cukup nyata sehingga membuat orang lain percaya. Dan terus mengatakan kebohongan lainnya untuk mendukung kebohongan aslinya.

Tapi tak jarang mereka mengarang cerita yang cukup aneh dan mudah dibantah. Sekalipun tertangkap basah berbohong, mereka akan tetap mengarang cerita demi menutupi kebohongannya.

2. Bukan Berbohong Demi Kebaikan (White Lies)

Kebanyakan orang berbohong untuk menghindari konsekuensi tidak menyenangkan yang harus diterima. Tapi mythomania berbohong tanpa sebab dan alasan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mereka hanya suka mengarang cerita atas kisah yang tidak benar-benar terjadi. Yang tentu tidak menguntungkan mereka, bahkan bisa benar-benar menyakitinya jika kebenaran aslinya terungkap.

3. Berlangsung dalam Jangka Panjang

Mythomania bisa menjadi masalah jangka panjang karena penderitanya terus melakukannya selama bertahun-tahun. Biasanya mulai remaja dan terus berlanjut entah sampai kapan.

Mereka pun tak segan berbohong dalam segala hal dan di setiap kesempatan.

4. Bukan Disebabkan Penyakit Mental Lainnya

Mythomania memang kerap dikaitkan dengan gangguan psikis lain seperti yang sudah disebutkan. Tapi para ahli percaya bahwa kebohongan patologis merupakan suatu kondisi, bukan gejala dari penyakit mental yang lain.

Artikel Terkait: Hobi Selingkuh: Salah Satu Bentuk Gangguan Mental dan Ternyata Genetik!

Lantas Bagaimana Cara Menghadapi Penderita Mythomania?

Sumber: Pexels

Ketika Anda menyadari ada kerabat, teman, pasangan, atau siapapun yang memiliki gejala mythomania, ada beberapa cara benar yang bisa membantu Anda agar tidak ‘terbawa situasi’. Alih-alih memojokkan atau membenarkan cerita fiktifnya, Anda bisa lakukan hal-hal di bawah ini:

  1. Tatap mereka dengan tatapan bingung dan kosong karena ini bisa membuat mereka tahu bahwa karangan ceritanya gagal membodohi Anda. Setelah itu, bisa saja mereka akan beralih ke orang lain.
  2. Tidak langsung mempercayai ucapannya adalah hal yang tepat. Silakan mencari kebenaran atau mengkonfirmasi fakta dari apa yang mereka ceritakan.
  3. Tidak perlu mendebat cerita mereka sebab Anda tidak akan pernah mendengar kebenaran karena mereka akan terus berbohong.
  4. Dorong mereka untuk mengatakan hal-hal benar, sedikit demi sedikit, dan perlahan-lahan. Setidaknya cara ini bisa sedikit membantu mereka mengatasi perilakunya.
  5. Tawarkan bantuan dan dukungan pada mereka sebab Anda peduli dengan mereka dan masalah kesehatan yang dihadapinya.

Pengobatan untuk Penderita Mythomania

Sumber: Pexels

Mengobati mythomania bisa dibilang rumit sebab penderita gangguan ini tidak menyadari atau bahkan mereka sengaja mengontrol kondisinya. Oleh karena itu, cukup sulit menghentikan kebiasaan berbohong ini sekalipun penderita mythomania sudah berniat untuk menghentikannya.

Tidak ada obat yang bisa menghentikan masalah ini. Namun, penderita mythomania masih bisa menempuh pengobatan psikoterapi.

Metode perawatan yang diberikan akan tergantung pada apa yang dibutuhkan orang tersebut dan apa yang mereka tanggapi selama sesi terapi. Meski begitu, proses terapi ini bisa cukup tricky karena penderitanya bisa saja berbohong kepada terapis yang membantunya, alih-alih mengatasi masalah secara langsung.

Itu sebabnya sangat penting mendapatkan bantuan dari terapis yang memenuhi syarat dan sudah berpengalaman menangani kasus seperti ini. Setidaknya seiring dengan perjalanan waktu, terapi ini diharapkan dapat meminimalkan efek perilaku berbohong pada diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Itulah informasi seputar mythomania atau yang juga kerap disebut sebagai kebohonan patologis. Meski berat saat mengetahui ada orang terdekat Anda yang mengalami gangguan ini, namun memberikan mereka pertolongan dengan bantuan ahli adalah cara yang terbaik agar kondisi ini tidak terus berlanjut. Semoga informasi ini berguna untuk Anda ya, Parents!

 

Baca Juga:

Sering Pura-Pura Bahagia? Awas Gejala Gangguan Psikologis Duck Syndrome