“Papa…Mama…aku mau lihat youtube”
“Ma…aku mau main game”
“Pa…lihat video ya”
Itulah penggalan permintaan anak kami yang kadang membuat kami berpikir, apakah teknologi memberi dampak baik untuk dia? Atau saat ini belum perlu mengenalkan teknologi? Yang pasti, kami sadar bahwa anak kami yang sudah masuk usia 5 tahun adalah anak-anak generasi Alpha di mana mereka lahir di tengah era teknologi digital yang begitu modern dan akan bertumbuh dengan teknologi sebagai bagian dari kehidupan mereka kelak. Kami pun berdiskusi untuk menentukan bagaimana mengatur penggunaan gawai bagi anak, termasuk saat anak bermain permainan di gawai
Oleh sebab itu, kami menerapkan beberapa cara agar anak kami memiliki kepekaan sejak dini dalam menggunakan teknologi khusunya gawai saat dia balita.
1. Mengatur penggunaan gawai bagi anak, kami wajibkan ia minta izin
Sejak anak kami menginjak usia 2 tahun saat dia sudah mulai bisa diajarkan untuk berbicara, kami sudah mulai mengajarkan bagaimana berbicara meminta izin menggunakan barang milik orang lain.
Kebiasaan ini bisa ditingkatkan di usia selanjutnya di mana anak sudah bisa berbicara jelas dan merangkai kata di usia 4 tahun dan saat usia 5 tahun di mana anak sudah mampu mengucapkan kalimat yang mewakili perasaan atau pemikirannya.
Saat mengajarkan anak untuk meminjam gawai, kami menekankan juga tujuan penggunaannya misalkan untuk melihat video di YouTube, melihat foto dan video di galeri atau bermain permainan.
Artikel terkait: Setelah 19 Kali Keguguran, Ibu Ini Melahirkan Bayi Besar 7 Kilogram
2. Meminta persetujuan orang tua untuk memilih permainan
Di usia 2 tahun, anak kami sudah tertarik dengan gawai, ya tentu tidak tertarik dengan sendirinya. Oknumnya adalah kami sebagai orang tua yang ingin dengan mudah menenangkan dia saat rewel melanda dan kami tidak memiliki cukup ketangkasan maupun kecerdasan untuk mereda kerewelannya dengan cara lain selain memberikan hiburan melalui gawai kami.
Di usia menginjak 4 tahun, karena pengaruh teman sepermainan yang bermain permainan di gawai maka dia sudah bisa meminta dan menyebut jenis permainan yang ingin dia ingin mainkan. Sampai suatu saat kami mendapati anak kami memencet dan memilih jenis-jenis permainan yang muncul sebagai iklan di permainan utama yang sedang dimainkan.
Sesuatu yang luar biasa di mana anak-anak sekarang begitu cepat dan mudah mengunakan gawai. Anak kami bahkan sudah bisa merekam bagaimana kami mencari jenis permainan di toko aplikasi gawai. Sejak saat itu kami secara sepihak memberitahu bahwa hanya kamilah yang boleh memilihkan jenis permainan.
Kami berharap dengan cara ini maka anak kami tidak akan sembarangan memilih jenis permainan yang belum waktunya dia mainkan dan yang pasti akan memberikan batasan dan ketaatan yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
3. Membuat jadwal bermain permainan di gawai
Kami belum bisa menerapkan peraturan yang ideal dalam penggunaan gawai, semisal penggunaan gawai hanya di hari Sabtu dan Minggu saja. Namun, kami sedang berusaha untuk bisa memberlakukan peraturan seperti itu mengingat usia anak semakin bertambah sehingga perlu ada peningkatan pola-pola tertentu untuk membangun cara bersikap.
Sejauh ini, kami hanya bisa memberikan kesempatan 60 menit untuk bermain permainan di gawai. Tentunya tidak dengan durasi penuh, kami membaginya dalam beberapa kali kesempatan. Ada 4 kesempatan yang kami berikan di mana setiap satu kesempatan hanya diizinkan bermain selama 15 menit.
Untuk jedanya menyesuaikan. Biasanya ini kami pakai saat hari Sabtu dan Minggu ketika kami memiliki banyak waktu bersama. Bagaimana dengan hari Senin sampai Jumat? Biasanya hanya 2 kali kesempatan dengan durasi yang sama.
Artikel terkait: Baru Rayakan Ulang Tahun Pertama, 15 Potret Dante Oliver Alinskie yang Bikin Gemas!
4. Mendampinginya saat anak bermain permainan di gawai
Kami pernah mendapati anak kami memainkan permainan yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, dia kesal dengan permainan yang tidak bisa dia selesaikan. Hal ini memunculkan emosi negatif yakni rasa kesal dan kemudian membuang gawai kami.
Kami menyadari bahwa mendampinginya saat menggunakan gawai akan membantu dia untuk merespon sesuatu dengan benar, misalkan mengelola rasa kecewa karena kalah dalm permainan atau membantu memberikan semangat untuk pantang menyerah dalam sebuah permainan.
Tentunya, dalam mengatur penggunaan gawai bagi anak, pilihlah jenis permainan yang tepat untuknya. Kita sebagai orang tua pastinya sudah bisa memilih dengan bijak.
5. Mengimbangi dengan aktivitas fisik lainnya
Banyak permainan di luar permainan gawai yang bisa kita mainkan dengan buah hati. Kami selalu konsisten mencoba untuk mengalihkan anak kami dari permainan di gawai dengan mencari tahu minat aktivitas anak kami yang sedang digandrunginya.
Sejauh ini kami mengenalkan kepadanya permainan tradisional yang sering kami mainkan sewaktu kecil, baik yang mengasah ketangkasan fisik, ketangkasan berpikir atau sebatas permainan kegembiraan saja.
Saat ini kami sedang asyik membuat origami. Bahkan, kami belajar bersama dengan menonton video tutorial membuat origami dari youtube untuk membuat bentuk yang beraneka ragam.
Artikel terkait: Hati-hati, Ini Risiko Jika si Kecil Menelan Pasta Gigi!
6. Menjadi contoh untuk bijak menggunakan gawai saat bersama dengan anak
Anak akan mudah meniru apa yang kita lakukan, apapun itu bahkan dalam menggunakan gawai. Cara-cara di atas hanya kan menjadi wacana jika sebagai orang tua juga tidak memiliki batasan dan ketaatan diri dalam menggunakan gawai khususnya di rumah saat bersama dengan anak terkasih.
Kami berusaha sebisa mungkin untuk tidak asyik sendiri dengan gawai kami, khususnya untuk bermedia sosial ketika sedang bersama anak.
Jika ada panggilan telepon yang masuk, tentunya kami akan memberitahukan kepada anak. Tantangan yang besar yang harus ditaklukan. Itulah cara-cara yang kami pilih untuk mengatur penggunaan gawai bagi anak. Semoga kita semua sebagai orang tua dimampukan untuk menjadi contoh yang baik untuk anak-anak kita.
Ditulis oleh Yanes Langendriyo, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
4 Alasan Para Bunda Menyukai Drakor Romcom dengan "Happy Ending"
10 Cara Mendidik Anak Keras Kepala, Mulai dengan Mendengarkan Si Kecil