Lonjakan kasus COVID-19 melemahkan ekonomi nasional, bahkan mengakibatkan resesi di banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Belum lama ini, Menteri Keuangan telah merevisi proyeksi ekonomi Indonesia kuartal mendatang berada pada tren minus. Alih-alih panik, adalah langkah yang bijak bila Parents mengetahui bagaimana cara mengatur keuangan keluarga di tengah resesi.
7 Cara Mengatur Keuangan Keluarga di Tengah Resesi
Sebagai informasi, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang berlangsung signifikan selama berbulan-bulan bahkan tahunan. Hal ini sejatinya menjadi bagian yang tak terhindarkan dari siklus ekonomi suatu negara. Indonesia sendiri pernah tercekik resesi ekonomi pada 1998 dan 2008.
Kala itu produk domestik bruto negatif, pengangguran meningkat, utang luar negeri meningkat, pasar modal babak belur, serta menurunnya pendapatan dan manufaktur untuk kurun waktu lama.
Dampak resesi akan sangat terasa bagi masyarakat. Lesunya ekonomi menurunkan jumlah lapangan pekerjaan, produksi perusahaan menurun sehingga menyebabkan banyak orang terpaksa kehilangan penghasilan.
Kala pemerintah tengah berjuang memikirkan strategi dan kebijakan pemulihan ekonomi, kita juga perlu menjadi masyarakat yang cerdas. Salah satunya dengan melindungi sektor keuangan keluarga. Mengutip Forbes, yuk, lakukan langkah berikut ini agar keuangan tetap lancar!
1. Atur Pengeluaran dengan Bijak
Tak ada yang mengharapkan resesi terjadi, namun yuk berlatih mengatur pengeluaran dengan seksama. Jika Parents biasanya doyan jajan, cobalah menahan diri dengan hanya menganggarkan dana untuk kebutuhan yang benar-benar penting.
Prioritaskan anggaran untuk kebutuhan keluarga seperti sembako, alat mandi, kuota internet untuk bekerja dari rumah, dan kebutuhan primer lainnya. Kencangkan ikat pinggang dan kurangi porsi gaya hidup untuk sementara waktu agar dana bisa dikelola dengan semestinya.
Artikel terkait: 7 Nilai Keuangan ala Keluarga Jepang Agar Sejahtera di Hari Tua
2. Jangan Lupa Dana Darurat!
Dalam kondisi kritis seperti sekarang ini, baru terasa bahwa dana darurat adalah aspek krusial dalam pos keuangan. Dana darurat merupakan sejumlah dana yang hanya boleh digunakan untuk keadaan genting, misal genteng rumah bocor atau anggota keluarga sakit.
Sebisa mungkin perkuat kapasitas dana ini, jangan sampai Parents berutang jika suatu saat membutuhkan satu hal darurat. Mengingat kondisi ekonomi tidak pasti, kumpulkan dana darurat sebesar 12x pengeluaran bulanan.
Supaya tak tergoda untuk menggunakan dana darurat, simpan di rekening terpisah atau instrumen lain yang likuid atau mudah dicairkan seperti reksa dana pasar uang.
3. Cari Tambahan Penghasilan
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kita patut bersyukur bilmana masih mendapat penghasilan. Namun, tak sedikit juga yang mengalami pemotongan gaji oleh perusahaan. Salah satu metode yang bisa dicoba yaitu dengan mencari penghasilan tambahan.
Cobalah membuka blog keuangan atau artikel yang banyak menuangkan ide pekerjaan sampingan. Sebut saja menjadi reseller atau berjualan makanan bisa Anda coba jika memiliki keahlian memasak. Kendati begitu, tetap fokus pada pekerjaan tetap yang ada saat ini ya, Parents.
4. Belanja dari Kerabat Dekat
Dalam situasi sulit, tak sedikit orang yang banting setir dengan berdagang kreasinya sendiri. Bukan hal aneh bila kini media sosial dipenuhi dengan aneka kuliner baru demi masyarakat menyambung hidup. Bila kerabat dekat Bunda adalah salah satunya, tak ada salahnya turut berkontribusi dengan membeli dagangannya.
Tak hanya menjalin hubungan baik, hal ini merupakan langkah kecil agar perekonomian tetap berputar dan kerabat Anda tetap bisa menjalani kehidupan dengan baik.
Artikel terkait: 5 Keuntungan Investasi Logam Mulia, Perhatikan Hal Ini Saat Memulainya
5. Kurangi Porsi Utang
Pada kondisi ekonomi normal, berutang dibolehkan asal tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Namun, dengan ekonomi seperti saat ini adalah hal yang bijak untuk Parents mengurangi utang dan mengalihkannya ke dana tabungan.
Jika saat ini Parents memiliki utang dengan bunga tinggi, segera lunasi agar tidak mengganggu kas keluarga dan menimbulkan masalah keuangan kala ekonomi sedang terpuruk. Sembari melunasi utang, jangan menambah utang atau pinjaman lain hingga keuangan kondusif.
6. Terus Berinvestasi
Gonjang ganjing ekonomi tak pelak membuat banyak orang panik sehingga melupakan satu hal: investasi. Padahal, penurunan ekonomi menjadi kesempatan bagi kita menganggarkan dana untuk investasi. Misalnya, bagi Parents yang profil risikonya agresif, banyak saham di pasar modal yang bisa dibeli dengan harga diskon.
Sementara untuk Parents yang tergolong tradisional bisa menginvestasikan uang ke instrumen yang risikonya lebih minim, sebut saja reksa dana pasar uang, emas, dan surat utang negara yang diterbitkan pemerintah.
7. Penuhi Kebutuhan Pangan dengan Berkebun
Parents hobi berkebun? Nah, tak ada salahnya nih mengalihfungsikan hobi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Apalagi di masa pandemi, berkebun dengan budidaya tanaman hidroponik dan budikdamber (membudidayakan ikan dalam ember) tengah menjadi aktivitas yang booming.
Tak hanya mengisi waktu, aktivitas ini bisa bermanfaat untuk pangan harian. Terlebih berkebun hidroponik tidak memakan lahan dan biaya yang mahal.
Parents, semoga tips ini bermanfaat dan pandemi lekas usai.
Baca juga:
Indonesia Bersiap Hadapi Resesi Ekonomi, Apa Dampaknya bagi Masyarakat?