Mengasuh Anak Sambil Kuliah, Bahagia dan Bersyukur Saya Bisa Melakukannya

Tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau saya bisa mengasuh anak sambil melanjutkan pendidikan. Semua memang sudah diatur Yang Maha Kuasa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keputusan mengasuh anak sambil kuliah akhirnya saya ambil. Sebab, menjelang tahun terakhir kuliah, Allah memberikan anugerah yang indah untuk saya, yakni saya hamil setelah dua tahun menikah.

Sebelum cerita lebih lanjut, perkenalkan saya ibu muda yang memiliki 1 anak laki-laki berumur 1 tahun dengan kesibukan yang tiada henti. Saya menikah pada tahun 2017, waktu itu saya masih kerja di sebuah rumah sakit besar di Jakarta.

Saya juga ambil freelance di perusahaan asuransi, serta bekerja di klinik kecil di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Tiga job sekaligus diambil, karena saya senang bekerja keras. Bagi saya, saat bekerja, saya merasa pikiran dan hati lebih bahagia.

Artikel terkait: “Kritis Hingga Dipasang Banyak Selang Catheter,” Kisah Ibu yang Anaknya Menderita Post-Covid MISC

Foto hanya ilustrasi.

Sampai puncaknya pada awal tahun 2018, saya jatuh sakit karena terlalu banyak bekerja. Saya dirawat di rumah sakit karena tifus dan infeksi saluran kemih selama 5 hari yang membuat saya tidak bisa melakukan aktivitas apa pun.

Pada saat itu saya introspeksi diri dan berpikir bahwa semua yang saya lakukan hanya bertumpu pada duniawi saja.

Tak terasa sudah 2 tahun kami belum dikaruniai seorang anak. Lalu saya berpikir untuk resign dari semua tempat saya bekerja dan fokus program hamil. Saya pun melanjutkan kuliah saya untuk mengisi waktu dan menambah wawasan lagi.

Menjelang Tahun Terakhir Kuliah, Ternyata Saya Hamil…

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Foto hanya ilustrasi.

Alhamdulillah, tak disangka Allah memberikan titipan anak di rahim saya saat kuliah di semester 3. Waktu itu saya bahagia bercampur bingung. Di satu sisi, saya mau menyelesaikan skripsi tepat waktu, karena saya hanya 4 semester.

Akan tetapi, di sisi lain saya dan suami mengharapkan sekali kehadiran buah hati di hidup kami, yang taksiran persalinannya adalah bulan di mana saya awal mulai magang.

Saya berpikir untuk menunda kuliah saya, tapi teman-teman saya menyarankan lanjut sampai selesai tepat waktu. Maka saya mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliah dan skripsi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Harus Tinggal Terpisah dengan Anak, Inilah Kisahku Sebagai Seorang Ibu

Sampailah pada tanggal 3 Januari 2020, saya melahirkan anak dan hari itu juga saya diperintahkan untuk datang ke proyek untuk pengarahan magang (karena saya ambil jurusan kesehatan keselamatan kerja).

Saya meminta waktu tenggang 1 bulan untuk menunda magang saya ke kepala manager, dan Alhamdulillah beliau mengerti. Sampai pada akhir Februari, corona mulai menyebar di Indonesia, semua anak kuliah yang sedang magang ditarik kembali dan tidak boleh ada yang beraktivitas.

Bersyukur Saya Punya Kesempatan Mengasuh Anak Sambil Kuliah

Foto hanya ilustrasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Akhirnya kami mengerjakan skripsi dan konsultasi ke dosen pembimbing maupun ke kepala proyek hanya lewat video call. Bahagianya saya yang sedang berusaha untuk melanjutkan skripsi sambil menyusui anak, karena saya tidak melakukan mobilisasi ke mana pun.

Sampai akhirnya saya lulus kuliah dan anak saya tetap full ASI on demand 1 tahun. Tak pernah terbayangkan oleh saya bagaimana saya bisa sampai seperti ini.

Artikel terkait: “Tinggalkan Tradisi Setelah Melahirkan yang Salah,” Pesan Seorang Ibu

Sekarang kesibukan saya masih menjadi ibu rumah tangga full yang bahagia. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Untuk semua yang mau melanjutkan pendidikan dan masih punya bayi, saya yakin kalian semua pasti bisa.

Semangat, jangan pernah menyerah. Semua pasti ada jalannya.

***

Itulah kisah tentang mengasuh anak sambil kuliah. Semoga Parents yang sedang berada di kondisi seperti ini pun bisa dilancarkan segala urusannya. Aamiin.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel ini ditulis oleh Yusrina Ardyagarini

Baca juga:

"Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy

"Bayiku Meninggal Setelah Lahir dengan Berat 600 Gram," Kisah Ibu Alami Plasenta Previa

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan