Di negara Barat, Halloween sudah menjadi tradisi yang dirayakan anak-anak hingga remaja. Hari Halloween dirayakan setiap tanggal 31 Oktober dengan tema seputar hantu dan segala sesuatu yang seram, seperti pembunuh bertopeng, Frankenstein, tengkorak berjalan, dan lain-lain. Sebenarnya apa sih Halloween itu? Dan mengapa harus dirayakan oleh anak-anak?
Tentang Perayaan Halloween
Selalu ada 2 hal yang menjadi ciri dari Halloween : labu besar yang diukir menjadi wajah seram, serta kostum menyeramkan. Awalnya Halloween dirayakan untuk bersyukur atas musim panen, sehingga labu menjadi salah satu simbolnya. Kemudian, tradisi ini terkontaminasi dengan perayaan ‘hantu’, karena perayaannya tepat 1 malam sebelum Hari Raya Arwah, yang dipercaya di beberapa negara.
Jadilah perayaan Halloween yang kita kenal sekarang ini, dengan labu oranye dan kostum-kostum menyeramkan. Di negara Barat, pada malam Halloween banyak anak-anak yang datang mengetuk pintu dan berkata “treat or trick”, yang artinya mengancam “berikan sesuatu atau dijahili…”. Biasanya, rumah yang didatangi memberikan permen, kue, atau uang kepada anak-anak tersebut.
Pada hari itu, anak-anak menggunakan kostum. Untuk sekolah yang tidak memiliki seragam, anak-anak menggunakan kostum Halloween ke sekolah. Sedangkan remaja, sering membuat pesta kostum sendiri di malam hari. Kostum anak-anak tidak selalu seram, seringkali lucu-lucu apalagi kostum bayi. Bagi saya, hanya kostum lucu inilah sisi positif Halloween.
Mengapa Halloween tidak baik untuk anak?
Inilah alasan mengapa Halloween tidak baik untuk anak :
1. Menakut-nakuti anak
Semua yang seram tentu tidak baik untuk psikologis anak. Bayangkan kostum pembunuh berdarah yang membawa kapak, tulang belulang berjalan, drakula, laba-laba besar, semuanya menjijikkan. Mengapa harus menakut-nakuti anak seperti itu? Bahkan juga sebaliknya, perayaan itu mengajarkan anak untuk menyenangi semua pernak pernik menyeramkan itu.
2. Tidak mendidik logika anak
Hantu dan tokoh seram fiktif, semuanya tidak masuk logika. Hal ini tidak mendidik cara berpikir anak. Pernahkan anak bertanya, “Ma, Pa, hantu itu apa sih?”
3. Mengajarkan ancaman
“Trick or Treat…,” begitu ucapan anak-anak yang mengetuk pintu rumah. Beruntunglah kita, di Indonesia tradisi ini tidak ditiru. Ucapan itu secara tidak sadar mengajarkan anak untuk memberi ancaman kepada orang lain, bila keinginannya tidak dipenuhi.
4. Tidak ada tujuan di balik sebuah perayaan
Bila jaman dulu acara tersebut adalah perayaan musim panen, atau merayakan hari arwah untuk mereka yang percaya, mengapa kita juga harus merayakannya? Tidak ada konteks yang sesuai untuk kita.
5. Pemborosan
Alasan ke-5 ini relatif. Bila kita membeli kostum anak yang lucu-lucu, tentu tidak dapat kita kategorikan sebagai pemborosan tak berguna. Tetapi bila anak kita meminta uang karena ingin ikut pesta kostum bertema seram, tentunya tidak bermanfaat.
Sikap kita sebagai orangtua
Bagaimana bila sekolah atau lingkungan pergaulan anak kita membuat perayaan seperti itu? Bila anak Anda dan teman-temannya membuat perayaan serupa, pastikan mereka sudah dibekali pengetahuan bahwa pesta Halloween tersebut hanyalah pesta kostum belaka. Tidak ada hantu dan hal mistik lainnya yang dirayakan.
Bila sekolah yang mengadakan perayaan tersebut, sebaiknya kita berbicara baik-baik dan menyadarkan pihak sekolah bahwa budaya Barat tersebut tidak baik dan tidak ada manfaatnya untuk anak-anak kita.
Mari kita nikmati sisi positif Halloween, yaitu kostum-kostum lucu untuk bayi dan anak-anak. Bila tidak ada Halloween di negara Barat, mungkin kostum unik seperti ini tidak ada yang menciptakan.
Yuk, klik di sini untuk melihat berbagai bayi lucu dengan kostumnya:
9 Baju Bayi Lucu Yang Menggemaskan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.