Mengajak anak berpuasa memang kerap dilakukan orangtua sebagai bentuk latihan, agar anak terbiasa menjalani puasa di bulan Ramadan berikutnya. Bagi Parents yang akan mulai mengajarkan anak puasa, berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan.
Kapan anak boleh berpuasa?
Siapa di antara Parents yang sedang bingung, bertanya-tanya kapan sebaiknya mulai mengenalkan anak berpuasa? Apakah sejak usia batita suda boleh dilakukan? Atau justri sebaiknya menunggu saat anak memasuki usia sekolah.
Apa yang harus dipertimbangkan saat ingin mengajarkan anak puasa?
Untuuk menjawab pertanyaan ini, dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp. GK, dokter spesialis gizi klinik RS Pondok Indah, menjelaskan apa saja yang perlu menjadi catatan Parents.
Namun sejak awal ia mengingatkan, bahwa terdapat berbagai pertimbangan sebelum memutuskan seorang anak mulai boleh berpuasa atau tidak.
“Sebelum memutuskan apakah seorang anak boleh atau tidak berpuasa, kita harus lihat status nutrisi anak. Jika anak berat badannya kurang, jangan paksakan untuk berpuasa sepanjang hari, karena takut cadangan energinya kurang,” jelasnya saat ditemui dalam acara Small Media Discussion RS Pondok Indah, di Jakarta (29/04),
Juwalita juga mengungkapkan bahwa anak sudah mulai boleh berpuasa saat usia 7 tahun.
“Sebenarnya, anak-anak sudah boleh diajarkan puasa setengah hari pada usia 7 tahun. Saat ia sudah lebih dewasa, maka ia mungkin baru boleh puasa satu hari penuh,” tambahnya.
Sementara, perlu diingat juga bahwa melatih anak puasa Ramadan memang tidak sama dengan mewajibkan mereka berpuasa. Bahkan di dalam Islam sendiri telah disabdakan oleh Rasul-Nya: “Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak-anak yang belum baligh”.
Selain itu dalam melatih anak puasa, orangtua harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan mereka. Telah jelas bahwa Islam sendiri tidak menghendaki adanya unsur paksaan dalam mendidik anak. Alih-alih memaksa, berikanlah anak motivasi untuk mereka berpuasa dengan sabar.
Jika Parents ingin mengenalkan puasa sejak dini, tidak ada salahnya jika dimulai dengan melatih anak dengan cara menunda ia makan.
Misalnya, jika anak terbiasa untuk sarapan pagi jam 07.00 WIB, maka waktu tersebut bisa ditunda hingga pukul 09.00 atau 10.00. Dari sini, setidaknya anak pun sudah bisa belajar lebih sabar menahan hawa napsunya untuk makan atau pun minum.
Artikel terkait: Yuk, Ajari Anak Berpuasa
Mengajarkan anak puasa, begini pola makan yang sebaiknya diterapkan
Mengingat anak-anak masih dalam tahapan tumbuh kembang, kebutuhan nutrisi sehari-hari tentu saja sangat diperhatikan. Jangan sampai kurang sehingga berisiko mengalami gagal tumbuh.
Saat melatih dan mengajarkan anak berpuasa, maka hal yang paling utama untuk diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan nutrisinya. Meskipun sedang berpuasa, anak tidak boleh kekurangan nutrisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
Juwalita mengungkapkan agar orangtua memberikan gizi seimbang untuk bekal anak berpuasa.
“Anak harus diberikan makanan yang bergizi dan seimbang agar tetap bisa beraktivitas saat berpuasa. Agar anak tidak kekurangan nutrisi harian. Jangan biarkan anak hanya makan roti dan selai saat sahur, meskipun anak-anak memang sangat menyukai roti dan selai saat mereka malas dan ngantuk saat sahur.”
“Roti mengandung indeks glikemik tinggi, makanan dengan indeks glikemik tinggi ini akan membuat anak cepat kenyang dan akan cepat lapar kembali. Jika hanya makan roti, anak mungkin sudah mulai merasa lapar saat baru tiba di sekolah,” tambah Juwalita.
Artikel terkait: Pentingnya melatih anak berpuasa sejak dini, ini cara yang bisa Parents lakukan
Kiat membangunkan anak sahur yang bisa Parents tiru
Juwalita juga membagikan kiat agar anak mau makan saat sahur.
“Untuk meningkatkan nafsu makan anak, anak baiknya dibangunkan 1 jam sebelum makan sahur. Sebab dibangunkan mendadak, anak biasanya akan enggan makan,” ungkapnya.
Agar anak yang sedang berpuasa tetap sehat, Parents juga harus memperhatikan asupan air dan kesehatannya secara umum.
“Selama puasa, asupan cairan anak juga harus diperhatikan, untuk mencegah anak dehidrasi. Susu adalah pilihan yang tepat untuk memberikan tambahan protein dan air secara bersamaan.
Anak juga harus diberi arahan untuk memberi tahu orangtuanya jika ia merasa pusing. Perhatikan juga detak nadi anak, jika detak nadi anak cepat, mungkin anak mulai dehidrasi, maka ia harus segera membatalkan puasa,” tutupnya.
Semoga informasi ini bermanfaat!
Baca juga:
Ingin melatih anak puasa seharian penuh? ini yang perlu Parents perhatikan!