Seorang ibu dari lima anak, yang sempat mengalami infertilitas selama bertahun-tahun memutuskan untuk mendonorkan rahim. Memberikan kesempatan pada perempuan lain untuk bisa mengandung dan menggendong buah hati.
Adalah Aprill Lane, seorang ibu yang memiliki lima anak yang usianya masih di bawah tujuh tahun.
Meskipun ia telah punya 5 anak, perjalanannya menjadi ibu tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan dokter sempat mengatakan dirinya dan sang suami, Brian, didiagnosis mengalami “ketidaksuburan yang tidak dapat dijelaskan.”
Bagi keduanya, diagnosis ini tentu saja membuat frustrasi. Namun tak bisa dipungkiri, kondisi ini memang bisa terjadi pada siapa saja. Pada pasangan belum juga dikaruniai anak sehingga menyulitkan proses konsepsi tetapi.
Untuk mendapatkan buah hati, keduanya pun akhirnya mencoba melakukan beragam cara. Salah satunya adalah melakukan proses bayi tabung selama empat tahun. Ketika IVF tidak terbukti berhasil, mereka akhirnya memutuskan untuk mengadopsi putra tertua mereka.
Tak lama setelah itu, Lane berhasil hamil melalui IVF dan melahirkan putra keduanya. Siapa sangka, setelah itu April berhasil melahirkan anak perempuan kembar, setelah itu ia pun masih mendapatkan anak perempuan ketiga.
Kepada ABC News, Lane mengatakan bahwa pengalamannya terkait dengan infertilitas benar-benar menguras emosinya dan fisiknya. “Oleh karena itu, jika aku bisa membantu satu orang lainnya terbebas dari itu, aku akan melakukannya,” paparnya.
Pengalamannya mengalami infertilitas, dan akhirnya berhasil untuk hamil, Lane pun tergerak untuk membantu pasangan yang memiliki kondisi serupa dengannya. Ia pun membantu mengelola kelompok pendukung infertilitas dan memulai yayasan beasiswa untuk membantu perempuan untuk mendapatkan perawatan infertilitas yang menguras biaya tinggi.
Ia pun kemudian mendengar informasi mengenai transplantasi rahim. Pada saat itu. Pusat Medis Universitas Baylor di Dallas sedang melakukan uji klinis bagaimana mendonorkan rahim.
“Saya dan suami sama-sama merasa bahwa proses kami membangun keluarga kami telah selesai. Tetapi memang kami belum memutuskan untuk mendonorkan rahim, membantu membangun keluarga untuk orang lain,” kata Lane.
“Kami tahu dengan cepat setelah menerima telepon bahwa saya terpilih, dan saya pun yakin akan melakukannya.”
Proses mendonorkan rahim memang membutuhkan proses panjang. Setidaknya, kandidat yang bisa mendapatkan transplantasi rahim adalah perempuan yang memang terlahir tanpa rahim, atau mungkin memiliki kanker ataupun bentuk kelainan lain, seperti infeksi atau kerusakan yang disebabkan oleh keguguran di dalam rahim mereka.
Sebelum proses mendonorkan rahim., baik donor maupun penerima harus dipastikan dalam kondisi sehat.
Menariknya, setelah transplantasi rahim dilakukan, rahim tidak harus menetap di dalam tubuh penerima selama hidupnya. Setelah penerima melahirkan satu atau dua anak, rahim bisa diangkat sehingga penerima juga tidak perlu ketergantungan obat untuk mengguatkan rahim.
Hebatnya, Lane membayar sendiri biaya perjalanan dan cuti untuk pertemuan sebelum operasi dan operasi itu sendiri. Lane merupakan pendonor transplantasi rahim ke-15 yang dilakukan di Baylor. Proses pembedahannya membutuhkan waktu hingga 9 jam. Setelah rahimnya diangkat, ia diperiksa untuk memastikan bahwa itu adalah pasangan yang cocok untuk penerima sebelum ditanam.
“Kisahnya ini memang luar biasa karena Lane merupakan salah satu dari perempuan yang sulit untuk memiliki anak, dan pada akirnya dia memilih opsi untuk memberikan kesempatan pada perempuan lain dengan memelakukan transplantasi rahim,” kata Dr. Liza Johannesson, ahli bedah Lane di Baylor.
“Dia begitu paham bagaimana perjuangan pasangan suami istri untuk mendapatkan anak. Dia tahu apa saja yang dialami para perempuan yang sulit hamil.”
Kepada Scary Mommy, Lane mengaku karena dirinya sangat terlibat dalam komunitas infertilitas, karena memang sangat berarti baginya. Termasuk bagaimana di dalam komunitas tersebut banyak yang tertarik dengan pengalamannya.
“Saya selalu mendapat banyak dukungan dalam peran saya di dalam komunitas ini,” katanya.
“Selama lebih dari satu dekade, tujuan saya adalah menjadi sistem pendukung bagi komunitas yang sering disalahpahami. Pesan saya, harapan itu selalu ada, jangan sampai putus harapan. Hidup melalui respons terhadap pengalaman sebenarnya sunguh menakjubkan.”
Sampai saat ini data penerima rahim Lane masih tidak diungkapkan. Biasanya para donor dan penerima memang akan tidak bertemu satu sama lain sampai, kecuali jika keduanya memang sepakat untuk bisa bertemu satu sama lain.
“Itu tidak mudah – proses skrining intensif, jumlah perjalanan banyak dan percobaan hanya mencakup operasi – semua perjalanan dan dana pun memang keluar dari kantong untuk kita. Tapi semoga yang lain bisa tergerak untuk melakukannya juga,” katanya optimis.
Lane pun berharap lebih banyak perempuan yang memiliki sarana untuk bisa melakukan atau mendapatkan transplantasi rahim. Bagaimanapun, memberikan kesempatan pada perempuan lain untuk bisa menggendong anaknya sendiri merupakan hadiah tidak ternilai.
Baca juga:
Bayi pertama hasil cangkok rahim telah lahir di Brazil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.