Resign dan bergantung pada gaji suami, ternyata kami masih bisa menabung dan berinvestasi. Kucinya ada di pengaturan keuangan. Bagaimana cara menabung dan berinvestasi dengan dana terbatas?
Saya resign dari kantor hanya berjarak satu bulan sebelum pandemi menyerang. Waktu itu saya pikir tabungan selama 6 bulan cukup sembari mencari kerja sana-sini.
Kondisi pandemi membuat saya yang sudah berumur makin sulit mendapat pekerjaan kantoran. Alhasil sampai saat ini saya masih sangat bergantung dengan gaji suami.
Ketika saya mengalami penyusutan drastis dari segi pemasukan, siapa sangka kami malah bisa menabung lebih banyak bahkan berinvestasi. Puji syukur, selain karena rezeki suami yang kian lancar tidak dipungkiri ini juga berkat pengaturan keuangan yang mapan. Inilah pengalaman saya menabung dan berinvestasi dengan dana terbatas.
Artikel terkait: Parents, Ini 6 Tips Menabung yang Efektif Agar Tujuan Keuangan Tercapai Maksimal!
Sudah Terlatih Sejak Semasa Kuliah
Mengatur keuangan sudah menjadi kebiasaan saya sejak kuliah. Cara saya adalah dengan mengatur pos-pos pengeluaran. Waktu itu saya yang pertama kali merantau jauh dari orang tua dan kerabat hanya diberi uang pas untuk makan tiap bulan.
Alhasil, uang bulanan yang dikirim orang tua harus cukup untuk hidup satu bulan. Tidak lupa, saya pun harus menyisihkan untuk biaya bergaul serta memenuhi kebutuhan alat perkuliahan.
Kebiasaan ini terbawa hingga saya menikah. Saya terbiasa membuat pos-pos pengeluaran berdasar prioritas. Cara inilah yang masih saya gunakan hingga sekarang.
Terkadang saya mencatatanya di aplikasi dalam smartphone supaya bisa leluasa mengakses pembukuan sederhana yang saya buat. Namun karena sudah terbiasa, walau tidak dicatatpun saya otomatis mengatur pemasukan dan pengeluaran dengan cara yang sama tiap bulan.
Catatan saya pun sederhana. Biasanya saya membuatnya sebelum menerima transferan dari suami. Berikut sedikit rinciannya yang bisa saya bagikan kepada Parents:
Pemasukan
Yang saya catat pertama kali adalah pemasukan. Saya kerap pisahkan pemasukan dari suami dan uang tambahan yang saya hasilkan sendiri. Menuliskan pemasukan penting agar saya bisa menghitung pengeluaran yang akan saya rencanakan dalam satu bulan.
Pengeluaran
Setelah pemasukan, tentunya yang saya hitung adalah pengeluaran. Pengeluaran ini saya bagi menjadi tiga. Pengeluaran wajib di awal bulan, pengeluaran harian, dan pengeluaran tidak terduga.
1. Pengeluaran wajib
Pengeluaran wajib di awal bulan saya mudah diprediksi dan jumlahnya tidak bisa dikurangi. Saya harus menyisihkan sejumlah uang untuk membayar kontrakan, tagihan-tagihan, dan mengirim uang jajan untuk adik di rumah.
Dana belanja bulanan juga saya taruh di awal bulan. Saya terbiasa merekap kebutuhan yang harus saya belanjakan secara rutin yang jumlahnya akan kurang lebih sama.
2. Pengeluaran harian
Kemudian pengeluaran harian. Pengeluaran harian ini fleksibel disesuaikan dengan pemasukan. Isinya antara lain uang makan, jatah laundry dan biaya transportasi.
Uang makan saya atur kembali agar jumlahnya tidak lebih dari budget yang ditentukan per harinya. Sementara uang lanundry bisa ditekan atau dihilangkan tergantung pemasukan bulan itu.
3. Pengeluaran tidak terduga
Terakhir adalah pengeluaran tidak terduga. Jika ada momen khusus seperti kondangan atau ulang tahun teman serta kerabat maka saya sudah plotkan di awal bulan. Di dalam sini terkadang saya sisipkan juga anggaran belanja online jika sewaktu-waktu ada flash sale.
Setelah semua pengeluaran diplotkan, tidak jarang di akhir bulan ada sisa uang yang tidak seberapa banyak. Saya kerap menyisihkan sisa uang ini terpisah di rekening kedua.
Artikel terkait: 6 Cara Nabung Rp10 Juta hingga Rp20 Juta Setahun untuk Dana Masa Depan
Menabung dan Berinvestasi dengan Dana Terbastas bukan Mustahil
Sedikit-demi sedikit bisa terkumpul, akhirnya kami akhirnya memutuskan agar uang sisa ini bisa dimanfaatkan untuk masa depan. Sisa uang ini saya gunakan untuk dua hal.
Pertama saya membuka tabungan rencana. Semenjak termakan bujuk rayu CS bank, saya jadi rutin membuka tabungan rencana setiap tahun. Jumlahnya tidak besar, hanya seratus hingga dua ratus ribu rupiah saja tiap bulan.
Kedua adalah mengunakan uang sisa untuk membeli emas. Sisa uang yang mengendap terkumpul walau tidak banyak. Kami membelanjakan uang itu untuk membeli emas baik perhiasan maupun batangan, tidak banyak biasanya hanya satu atau dua gram saja.
Sekali-dua kali memang saya akui ada masa ketika saya over budget, namun sejauh ini jumlahnya masih wajar. Terkadang saya juga mengambil sisa uang di tabungan sebelumnya, walau lebih sering saya minta tambahan dari kantong suami.
Kuncinya dari manajemen keuangan saya bukan fokus pada mengetatkan pengeluaran, namun fokus membiasakan sikap disiplin dalam mengatur keuangan. Dengan kebiasaan yang tertanam, seberapapun pemasukan banyak atau sedikitnya pasti bisa dimanfaatkan secara maksimal. Menabung dan berinvestasi dengan dana terbatas pun bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Ditulis oleh Puspa Sari, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Ajak Anak Road Trip dengan Mobil, Why Not? Ini 5 Hal yang Harus Dipersiapkan
Yuk Pahami Cara Mengelola Konflik dengan Anak Melalui Teknik 3R, Apa Itu?