Sebagian orangtua mungkin mampu meredam amarah dan tidak melakukan tindak kekerasan pada putra-putrinya yang dianggap melakukan kesalahan atau bertindak nakal. Namun, sedikit sekali orangtua yang yang mampu menahan suaranya dan tidak membentak anak untuk menunjukkan kekesalannya. Perilaku membentak anak hampir tak bisa dilepaskan dari kehidupan orangtua.
Membentak anak ataupun berteriak merupakan hal spontan yang biasa dilakukan orangtua untuk menunjukkan superioritasnya dan untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan dan mendengarkan ucapannya.
Tahukah Parents, bahwa bentakan yang merupakan gelombang suara ini, bila disertai dengan gelombang emosi yang dihasilkan oleh otak kiri akan berkolaborasi menghasilkan gelombang baru dengan efek negatif.
Efek ini bersifat destruktif terhadap sel-sel otak, terutama bagi anak yang menjadi sasaran bentakan tersebut.
Apa yang Terjadi Ketika Anak Dibentak?
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan Lise Gliot pada anaknya sendiri, adalah yang paling populer. Ia melakukan penelitian dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya.
Dari hasil penelitian tersebut, Gliot bisa melihat rangkaian indah yang terbentuk ketika sang anak disusui dengan sentuhan lembut di kepalanya. Namun, pada saat anaknya sedang terkejut dan mendengar bentakan, rangkaian indah itu berubah menjadi gelembung, lalu pecah berantakan dan menyebabkan perubahan warna.
Dari penelitian ini jelas menunjukkan bahwa marah dan suara bentakan terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak, suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.
Baca juga : Membentak Anak, Perlukah Ibu Melakukannya?
Dampak Jangka Panjang dari Orangtua dengan Perilaku Membentak Anak
Bila pada saat berlangsungnya bentakan, maka 1 milyar sel otak anak akan mengalami kerusakan, maka apakah yang terjadi apabila anak sering mendengar suara bentakan dari orangtuanya?
Dampak jangka panjang membentak anak:
- Anak akan menjadi minder dan takut mencoba hal-hal baru.
- Si kecil tumbuh menjadi pribadi yang peragu dan tidak percaya diri
- Anak akan memiliki sifat pemarah dan egois
- Anak cenderung memiliki sifat menantang, keras kepala dan suka membantah nasehat orangtua.
- Ia akan memiliki pribadi yang tertutup
- Anak cenderung apatis, dan tidak peduli terhadap lingkungan
Cara Menghindari Perilaku Membentak Anak
Parents, mendidik anak dengan cinta dan kelembutan kadangkala tidak semudah mengucapkannya. Pola dan tingkah laku anak sendiri kerap menjerumuskan orangtuanya untuk mengambil tindakan paling praktis yang bisa dilakukan.
Namun mengingat dahsyatnya dampak yang bisa diakibatkan oleh bentakan yang berkelanjutan dalam jangka panjang ada baiknya, kita berusaha untuk meminimalisir perilaku membentak anak.
Mungkin parents bisa mengikuti tips berikut :
- Jangan terpengaruh untuk menghentikan teriakan anak dengan bentakan yang lebih hebat.
- Sebelum membentak anak, ingatlah, bahwa anak adalah peniru ulung. Ia akan meniru setiap serpihan kata-kata yang kita lontarkan di benaknya.
- Ingatlah, kepribadian anak di masa depan adalah hasil dari didikan dan bimbingan kita di masa sekarang, bahkan jika didikan itu berbentuk bentakan atau teriakan.
- Saat merasa marah, segeralah mengubah posisi tubuh Anda, seperti dari berdiri menjadi duduk. Hal ini akan menurunkan ketegangan emosi Parents.
- Palingkan sejenak wajah Anda dari anak yang telah membuat dada Anda terasa ingin meledak.
- Tarik napas dan hembuskan pelahan sambil memejamkan mata. Hal ini akan membuat dada yang sesak terasa longgar dan lapang.
Bagaimana, Parents? Bukankah cara menghindari perilaku membentak anak ini cukup mudah dilakukan? Yuk kita berusaha memberikan yang terbaik pada buah hati dengan mengurangi bentakan dan menggantinya dengan pelukan.
Baca juga:
4 Cara Berkata Tidak pada Anak yang Efektif, Parents Wajib Tahu!