Pengusaha sekaligus selebgram Medina Zein mengaku mengonsumsi obat jenis amfetamin karena mengidap penyakit bipolar sejak tahun 2016. Medina Zein bipolar golongan dua karena faktor genetik dari ibundanya.
Hal itu diungkapkannya dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Jumat (3/1/2020).
“Memang ada satu obat yang digunakan oleh saya tetapi sesuai dengan resep dokter. Itu yang membuat positif juga (penggunaan narkoba), tapi itu obat bipolar. Saya mengidap bipolar sejak 2016 tapi itu genetik. Sebelumnya, ibu saya kena bipolar,” ungkapnya dikutip dari Kompas.com.
Ia pun meminta maaf pada masyarakat luas karena pemberitaan buruk tentangnya akhir-akhir ini. Istri Lukman Azhari ini menyampaikan apresiasinya pada pihak Polda Metro Jaya karena sudah memberikan edukasi pada dirinya terkait bahaya narkotika.
“Saya terima kasih untuk keluarga Polda Metro Jaya, khususnya Dir Narkoba Pak Heriman, Pak Yusri, dan Pak Jose dan tim yang di sini yang membantu saya menyadarkan diri bahwa narkoba itu bukan sesuatu hal yang bagus untuk bekerja atau untuk penyembuhan,” ujar Medina Zein.
Sumber: Detik.com
Sebelumnya, polisi menangkap Medina Zein terkait kasus narkotika. Ia ditangkap di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta Selatan pada Sabtu (28/12/2020).
Hasil tes urine Medina positif menggunakan amfetamin dan metamfetamin. Adapun untuk tes rambut, hasilnya tidak terbukti menggunakan narkotika.
Dari hasil pemeriksaan, polisi pun memutuskan merehabilitasi Medina. Sekarang perempuan berhijab ini juga sudah dibawa ke Lemdikpol di Pasar Jumat, Jakarta Selatan, untuk direhabilitasi selama 3 bulan ke depan terhitung sejak hari ini, Jumat (3/1/2020).
Bahaya amfetamin untuk pengidap bipolar
Meskipun Medina Zein mengaku menggunaan amfetamin karena gangguan mood bipolar yang diidapnya sejak tahun 2016 lalu. Namun Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus tetap menegaskan bahwa penggunaan amfetamin telah dilarang karena obat itu tergolong narkotika.
“Pengakuan yang bersangkutan mengidap bipolar golongan dua. Tapi yang namanya narkoba, ya, narkoba dilarang. Tidak ada penyembuhan dengan menggunakan itu,” ujar Yusri dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Psikiater dari RS Jiwa Marzoeki Mahdi, dr Lahargo Kembaren, SpKJ juga menegaskan amfetamin bukanlah obat. Amfetamin justru bisa membahayakan pengidap bipolar seperti Medina Zein karena efek sampingnya.
“Amfetamin memiliki sifat psikostimulan. Ini membuat orang jadi bersemangat, berenergi yang tidak wajar, sehingga akan menyebabkan munculnya episode pada gangguan bipolar,” ujar dr Lahargo dikutip dari Detik Health.
“Penderita bipolar itu akan mengalami perubahan mood (mood swing), mulai dari senang berlebihan (episode manik) hingga sedih berlebihan (episode depresi). Titik beratnya sampai muncul halusinasi dan delusi,” tambahnya.
Menurut dr Lahargo ada beberapa risiko efek samping lain bila pengidap bipolar mengonsumsi amfetamin dan mengalami periode manik.
- Merasa dirinya hebat atau besar yang berlebihan
- Mengeluarkan energi yang berlebihan. Banyak hal yang ingin dikerjakan
- Kebutuhan tidur yang kurang atau sulit tidur
- Banyak berbicara, ide-ide muncul (flight of idea)
- Munculnya perilaku yang berisiko, seperti tidak mau disalahkan, menyetir mobil ugal-ugalan, belanja berlebihan, membagikan barang berlebihan, hingga dorongan seksual meningkat.
- Dalam beberapa kasus, muncul halusinasi dan delusi
Medina Zein bipolar karena genetik
Dilansir dari Medical News Today, seseorang memang memiliki risiko yang lebih besar mengalami gangguan bipolar bila keluarga atau kerabat terdekatnya juga memiliki kondisi tersebut. Seseorang juga memiliki risiko yang lebih besar ketika mereka memiliki gangguan mental lain seperti depresi atau skizofrenia.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan bipolar dapat terjadi 5-10% pada anggota keluarga yang juga memiliki gangguan bipolar. Dan 40-70% untuk saudara kembar.
Namun hingga sampai saat ini, para ahli belum sepenuhnya memahami bagaimana peran genetik dapat mempengaruhi gangguan bipolar seseorang.
Selain genetik, ada pula beberapa faktor lain yang dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang. Antara lain:
- Periode stres tinggi: Misalnya stres yang terjadi karena kematian dalam keluarga, menjadi korban perkosaan, pelecehan, atau pengalaman traumatis lainnya.
- Cidera kepala traumatis: Gegar otak atau cedera otak jenis lain dapat menyebabkan timbulnya gejala bipolar.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan: Penyalahgunaan zat adalah umum di antara mereka dengan gangguan bipolar. Kondisi ini dapat memicu satu sama lain dalam beberapa kasus. Minum alkohol dan menggunakan obat-obatan dapat memperburuk gejala mania dan depresi.
- Melahirkan: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melahirkan memiliki hubungan dengan gangguan kejiwaan pertama kali, seperti gangguan bipolar pada ibu baru.
Meskipun gangguan bipolar adalah kondisi jangka panjang, kebanyakan orang dapat mengelola hal itu dengan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam beberapa kasus, gangguan ini juga membutuhkan bantuan medis atau ahli.
Baca juga
9 Ciri-ciri bipolar pada anak, kenali sebelum terlambat!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.