Sudah seharusnya orangtua melindungi anaknya, namun tidak jarang kekerasan terjadi hingga anak harus meregang nyawa. Seperti kisah mantan bintang porno bunuh anak kandungnya berikut ini yang menggegerkan.
Kisah Mantan Bintang Porno yang Bunuh Anak Kandungnya
Adalah Katalin Erzsebet Bradacs (44) yang dulunya berprofesi sebagai bintang porno tega membunuh anak kandungnya sendiri. Anak berusia 2 tahun itu kehilangan nyawa di tangan sang ibu, lalu jasadnya dibuang ke supermarket!
Katalin dilaporkan sempat memasuki supermarket Lidl di wilayah Umbria, Italia. Selang beberapa waktu, tiba-tiba ia berteriak minta tolong ketika meletakkan tubuh putranya yang telah berlumuran darah. Tragedi ini terjadi pada 1 Oktober lalu.
Korban bernama Alex Juhasz dinyatakan meninggal dengan sembilan luka tusukan ditemukan di tubuh, dada, dan lehernya. Adapun Bradacs yang ternyata berasal dari Hubgaria ditangkap oleh pihak berwajib. Hal ini diperkuat setelah polisi menemukan sebilah pisau di tasnya.
Sejumlah barang termasuk kaos Alex yang berlumuran darah dan baju sweater Bradacs ditemukan malam itu di sebuah bangunan bekas di supermarket tersebut diamankan oleh polisi.
Untuk sementara, polisi mempercayai bahwa dendam menjadi motif Bradacs tega melakukan hal kejam tersebut. Bradacs memang telah berpisah dengan sang suami, Norbert Juhász dan keduanya tengah memperebutkan hak asuh anak mereka.
Ayah Alex yang kini tinggal di Hungaria menceritakan kepada pihak berwenang kala mantan istrinya itu mengirimkan sebuah foto. Foto tersebut memperlihatkan kondisi putranya yang sekarat berlumuran darah melalui WhatsApp.
Menurut laporan, Bradacs mengirim foto itu kepada mantan suaminya sesaat sebelum dia pergi ke supermarket untuk membawa jasad Alex. Norbert menyebut dirinya sangat terpukul dengan kejadian ini.
Artikel terkait: Beri Nama Anak 19 Kata, Orang Tua Asal Tuban Kesulitan Urus Akta Lahir
“Aku tahu hal ini dari putra tertua Katalin, Claudio. Dia mengirimkan foto buah hatiku dipenuhi darah. Itu sangat mengerikan untuk dilihat, sungguh. Darah memenuhi seluruh bajunya. Sorot matanya tidak akan kulupa,” ujar Norbert.
Setelah ditangkap, Bradacs pun dibawa ke ruangan investigasi. Ia pun membantah hal yang dituduhkan kepadanya. Ia berulang kali mengatakan kepada polisi bahwa ia tidak membunuh anaknya.
Kecurigaan semakin menguat karena Bradacs mengisahkan tiga versi cerita kepada polisi. Namun, akhirnya ia memilih tetap diam atas anjuran pengacaranya Enrico Renzoni. Bradacs kini ditahan di sebuah penjara di kota terdekat Perugia dan akan diinterogasi lagi.
Bangunan bekas yang diduga menjadi tempat kejahatan itu telah disegel oleh polisi. Rekaman CCTV yang dilihat oleh polisi tidak mengungkapkan adanya tersangka lain. Bradacs tertangkap kamera tiba dan meninggalkan tempat kejadian.
Namun, kejahatan itu sendiri tidak tertangkap kamera. Bradacs telah tinggal di kota Tuscan, Chiusi Scalo, di rumah seorang pria pengelola klub malam tempat dia bekerja sekarang yang sudah tutup.
Dia juga memiliki seorang putra berusia 18 tahun, yang tinggal di Hungaria, di mana ayah dari anak itu telah meninggal. Menurut ayah balita yang meninggal, Bradacs telah melarikan diri ke Italia dengan bocah itu bulan lalu setelah pengadilan Hungaria memberikan hak asuh anak itu kepada ayahnya.
“Bukan dia (Katalin) yang membunuh anak balitanya,” demikian Renzoni menegaskan. Sang pengacara menyebut ia meninggalkan putranya itu beberapa menit untuk melihat mainan. Ketika kembali, ia menemukan putranya tersebut telah meninggal dengan kondisi mengenaskan.
Hingga saat ini, investigasi terkait kasus ini masih berlangsung.
Artikel terkait: 4 Fakta Kecelakaan Beruntun di Puncak, Pengemudi Hilang Konsentrasi
Mengapa Ibu Tega Bunuh Anak?
Kisah Katalin yang diduga membunuh anak bukanlah pertama kali, pun di Indonesia kasus ini sangat banyak terjadi. Bahkan, tak jarang kekerasan kepada anak terjadi karena alasan sepele.
Merujuk berbagai sumber, Psikolog dari Universitas Kristen Maranatha Bandung Efnie Indriyani menilai patologi perilaku merupakan salah satu penyebab mengapa orangtua tega menghabisi anak kandungnya sendiri.
Patologi dan gangguan mental tersebut mengakibatkan seseorang kehilangan akal sehat dan stres berat. Stres berkelanjutan mengakumulasi masalah dan tidak mampu ditanggulangi, akibatnya seseorang akan melakukan hal di luar nalar manusia seperti membunuh.
Ketika membunuh, bagian amigdala di limbic system otak aktif. Amigdala berfungsi membajak logika, sehingga pelaku memberikan respons emosi yang sangat dahsyat dan spontan. Saat amigdala mengambil peran, orang cenderung gelap mata dan tak mampu berpikir rasional.
Pembajakan amigdala terhadap fungsi otak depan atau logika terjadi dalam hitungan detik. Emosi negatif yang tersimpan sudah begitu berat, memicu seseorang untuk melakukan tindakan tak rasional. Otak depan yang sejatinya digunakan untuk memikirkan segalanya dengan kritis kalah dengan jalan pintas sebagai pilihan.
Di lain pihak, Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto menuturkan, maraknya aksi kekerasan yang dilakukan para orangtua disebabkan mereka selalu memposisikan anak sebagai korban.
Kondisi ini tak lepas dari ketidaksiapan mereka memiliki momongan dan menghadapi kenyataan hidup. “Faktor kemiskinan tetap paling dominan menjadi penyebab semua ini. Makanya banyak korban itu berasal dari keluarga menengah ke bawah,” ujar Bagong, seperti dikutip dalam laman Okezone.
Biasanya, psikis orangtua yang melakukan kekerasan seperti ini sejatinya ada pada tekanan. Misalnya ia bertengkar dengan suami, lalu melampiaskan kemarahan pada anak.
“Mereka (pelaku) belum siap menjadi orangtua. Bahkan banyak juga anak-anak yang jadi korban itu memang lahir tidak dikehendaki orang tuanya,” lanjut Bagong. Karena itulah, pembinaan keluarga yang sehat dibutuhkan. Penting bagi pasangan menyiapkan diri lahir batin agar rantai kekerasan dapat dihancurkan.
Baca juga:
Terlilit Utang Pinjaman Online, Seorang Ibu Rumah Tangga Bunuh Diri
id.theasianparent.com/balita-di-kelapa-gading-terkunci
Tragis! Bayi Kembar Jatuh dari Apartemen Saat Ibu Sibuk Live Facebook
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.