Mangkuk ayam jago mungkin sudah sangat akrab di kehidupan sehari-hari Parents. Di Indonesia, mangkuk ini sering kali digunakan untuk menyajikan berbagai jajanan berkuah, seperti mi ayam, bakso, atau soto. Namun, ternyata mangkuk bergambar ayam jago ini memiliki sejarah panjang.
Artikel terkait: Google Doodle Hari Pahlawan Tampilkan Ismail Marzuki, Siapa Dia?
Mangkuk Ayam Jago Berasal dari Tiongkok
Setiap 12 September, Google selalu merayakan mangkuk ayam ikonik ini dengan membuat doodle. Sebenarnya, mangkuk ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga digunakan oleh masyarakat dari beberapa negara, seperti Thailand, Tiongkok, Singapura, dan Malaysia.
Dilansir dari Nyonya Cooking, sama seperti di Indonesia, mangkuk ini sering kali digunakan untuk menyajikan hidangan berkuah yang menggunakan mi atau nasi. Lalu, sebenarnya dari mana asalnya mangkuk ini? Awalnya, mangkuk ini diproduksi oleh orang-orang Tiongkok dari komunitas Hakka di sekitar Provinsi Guangdong, Tiongkok lebih dari seratus tahun yang lalu.
Desain mangkuk awalnya digambar secara manual di atas sebuah mangkuk putih. Di setiap mangkuk menggambarkan ayam jantan berekor hitam dengan leher merah. Ayam tersebut sedang berjalan di atas rumput. Sebagai pemanis, biasnaya ditambah bunga peoni berwarna merah dan ungu. Kemudian, di sisi lain mangkuk digambar daun pisang berwarna hijau.
Dilansir dari Okezone, secara historis, filosofi simbol ayam telah ada sejak Dinasti Ming, tepatnya saat periode pemerintahan kaisar Chenghua yang berlangsung dari 1465-1487. Saat itu, kaisar memesan empat cawan bergambar ayam betina dan ayam jago pada pengrajin keramik.
Artikel terkait: Mengenal Sosok Sandiah Ibu Kasur, Bintang Google Doodle Hari Minggu
Makna Mangkuk Ayam Jago
Cawan ini disebut sebagai Jigangbei atau cawan ayam yang masing-masing terdiri dari gambar ayam jago, ayam betina, dan anak ayam. Gambar ayam tersebut melambangkan sebuah kemakmuran. Meski demikian, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa ayam jantan melambangkan kuasa budaya patriarki pada saat itu.
Dalam kebudayaan Tiongkok, peoni melambangkan kekayaan dan status sosial yang tinggi. Daun pisang melambangkan keberuntungan dan kemakmuran. Mangkuk ini pun disukai oleh para kaisar Tiongkok, seperti Kaisar Wanli, Kaisar Kangxi, dan Kaisar Qian Long. Tak segan, mereka pun menjual mangkuk tersebut dengan harga tinggi.
Pada masa Dinasti Qing, mangkuk ayam jago tersebut pun mulai diproduksi secara massal. Bagi petani Tiongkok, mangkuk tersebut melambangkan kemakmuran dan kerja keras. Hal ini tidak lepas dari peran ayam jago yang membangunkan para petani untuk pergi ke ladang ketika pagi tiba. Secara perlahan, mangkuk ini pun mulai merambah di luar Tiongkok pada abad ke-20.
Artikel terkait: Fakta Ulang Tahun Google Ke-23: Sejarah Namanya Berawal dari Typo
Pertama Kali Diperkenalkan di Thailand
Kemudian, mangkuk ini pun merambah ke berbagai negara, tetapi pertama kali merambah di Thailand. Sebelum Perang Dunia II, para saudagar Tiongkok di Jalan Song Wat, Bangkok, Thailand memesan semangkuk ayam untuk dijual karena pada waktu itu harganya sangat murah.
Namun, Selama Perang Tiongkok melawan Jepang, pasokannya terbatas dan harganya naik. Oleh karena itu, Thailand akhirnya mendirikan pabrik mangkuk ayam pertama. Pabrik pertama mereka berada di distrik Ratchathewi, Bangkok. Awalnya, pabrik tersebut dimiliki oleh orang Hakka.
Ketika perang berakhir, laju produksi pun semakin tinggi. Mangkuk jenis ini pun banyak disukai karena dapat menahan panas lebih lama dan cocok digunakan untuk menyajikan mi. Sekitar tahun 1957, orang Tionghoa di Thailand pindah untuk mendirikan pabrik dan tungku di Distrik Chae-Hom, Lampang. Mereka pindah karena mencari ketersediaan kaolin.
Pada tahun 1962, pabrik pun mulai memodifikasi teknik bakarnya menjadi satu kali bakar. Selain itu, pihak pabrik pun memodifikasi gambar ayam jago. Gambar ayam jago menjadi berwarna hijau dengan ekor biru dan bunga merah muda. Dengan demikian, detailnya pun sudah dikurangi.
Mangkuk ini pun akhirnya menjadi sangat populer di pasaran karena harganya yang relatif murah. Selain itu, mangkuk ini juga cukup tangguh. Kemudian, pada tahun 1963, pabrik ini pun mengekspansi bisnisnya pada produksi barang pecah belah dari Negeri Sakura, Jepang. Saat ini, Lampang menjadi satu-satunya provinsi yang memproduksi mangkuk tersebut.
Artikel terkait: Kisah Siti Latifah Herawati Diah, Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
Mangkuk ayam jantan di seluruh Asia Tenggara
Mangkuk ayam jago dikenal dengan kualitasnya yang sangat baik pada waktu itu. Ini merupakan alternatif yang terjangkau bagi mereka yang tidak mampu membeli mangkuk kelas atas. Pada 1960-an, mangkuk ayam jantan dijual seharga sepuluh sen per buah. Dengan demikian, banyak rumah tangga yang mampu membelinya.
Mangkuk ini sering digunakan untuk menyajikan nasi, sup, bahkan alkohol dalam komunitas masyarakat Tiongkok. Selain itu, mereka juga menggunakan mangkuk ini untuk menjamu para tamu. Mereka berharap, para tamu yang disajikan dengan mangkuk akan mendoakan kemakmuran dan keberuntungan mereka.
Salah satu keunggulan mangkuk jenis ini daripada mangkuk lainnya terletak pada gambar ayam jago yang tidak ada di mangkuk lainnya. Selain itu, mangkuk ini juga tidak seperti mangkuk nasi biasa yang bentuknya dangkal dengan mulut lebar dan alas kecil. Keunggulan lainnya, mangkuk ini memiliki ketahanan yang cukup tinggi.
Seiring berkembangnya budaya dan komunitas Hakka yang bermigrasi ke seluruh Asia Tenggara, persebaran mangkuk ini pun meluas. Secara alami, mangkuk ini biasanya dibawa oleh para imigran Tiongkok ke tempat-tempat migrasi mereka. Masyarakat setempat pun lalu mengenal mangkuk ikonik tersebut.
Meski demikian, tempat produksi yang otentik dari mangkuk ini tetap berada di Lampang, Thailand. Meski demikian, pengrajin mangkuk yang mempertahankan gaya aslinya sudah sangat sulit ditemui. Apabila ada, biasanya harga yang dijual sangat mahal. Sebuah perusahaan asal Indonesia pun mengaku memiliki paten atas mangkuk tersebut.
Seseorang dapat didenda hingga 2 miliar rupiah atau penjara hingga 5 tahun apabila menggunakan desain mangkuk tersebut tanpa izin mereka. Diketahui, perusahaan yang memiliki hak paten tersebut adalah PT Lucky Indah Keramik. Mereka adalah produsen berbagai keramik peralatan makan.
Hak paten tersebut berdasarkan Sertifikat Pendaftaran Merek Nomor IDM000366635 dalam kelas 21 yang meliputi barang-barang: piring, mangkok, basi, tatakan cangkir, tea set, dinner set, poci, cangkir, tutup cangkir, dan vas bunga.
Artikel terkait: Hari Anak Nasional Jadi Google Doodle, Apa Makna dan Sejarahnya?
Museum Mangkuk Ayam Jago
Oleh karena memiliki sejarah yang panjang, di Lampang, Thailand, pun telah didirikan museumnya bernama Dhanabadee Ceramic Museum. Museum ini didirikan oleh Phanasin Dhanabadeesakul, yakni nenek moyang dari kelompok pertama yang membangun pabrik keramik di Lampang.
Museum ini menampilkan banyak karya seni keramik dan zona produksi. Di zona produksi, Parents akan melihat proses produksi mangkuk keramik tersebut. Selain itu, Parents juga bisa menjajal membuat mangkuk lukis ini di sana. Museum ini buka setiap hari pada pukul 09.00 hingga 17.00. Untuk informasi lebih lanjut, Parents bisa membuka laman resminya.
Demikian sejarah, makna, dan beberapa fakta menarik mengenai mangkuk ayam jago yang kini menjadi Google Doodle. Meski sepele, ternyata mangkuk ini memiliki sejarah yang panjang, ya, Parents!
Baca juga:
9 Fakta Menarik Ellya Khadam, Pelopor Dangdut yang Dijadikan Google Doodle
Muncul di Google, Ini 7 Fakta tentang Tino Sidin Sang Guru Menggambar