Menurut Heather Shumaker, penulis buku parenting “It’s OK Not to Share”, melindungi haknya untuk bermain dengan mainannya sampai ia mampu meningkatkan dan memperkuat hubungan orang tua dan anak.
Dengan kata lain, Parents perlu mengajarkan ia tentang alangkah baiknya bergiliran dibandingkan mengalah dengan cara berbagi.
Hasilnya, sikap ini dinilai akan menumbuhkan rasa murah hati dari dalam diri si buah hati. Berikut penjelasannya dilansir dari The New Age Parents:
Dalam buku tersebut, Shumaker menjelaskan bahwa dari sudut pandang si kecil yang memiliki mainan, ia memerlukan kuasa dan kendali atas mainannya tersebut. Dan tentunya ia membutuhkan Anda sebagai orang tua untuk menyadarinya.
Anda mungkin berpikir bahwa ini hanyalah hal yang sepele. Tetapi bagi seorang anak kecil, segala macam pikiran dan perasaan akan menjalar ke seluruh tubuhnya. Pikiran-pikiran yang dapat terlintas olehnya meliputi:
“Apa yang aku inginkan tidak sepenting apa yang orang lain inginkan.”
“Berbagi adalah menyerahkan barang-barang yang aku sukai.”
“Aku tidak akan pernah mendapatkan mainanku kembali.”
“Ibuku lebih menyayangi anak yang lain daripada aku.”
Menuntut anak untuk berbagi tidak mengajarkannya untuk bersikap dermawan
Tindakan ini malah memaksakan anak untuk memberikan kesan sebagai “teman yang baik” dengan teman sepermainannya. Dan ini tidak akan berdampak baik terhadap perkembangan diri si kecil.
Sebagai orang tua, Anda juga mungkin merasa tertekan untuk meyakinkan si kecil agar berbagi mainannya dengan yang lain saat mereka juga ingin memainkannya.
Namun selayaknya orang tua, Anda juga perlu mengesampingkan kekhawatiran tersebut dan tidak mempertaruhkan hak anak Anda demi kepentingan anak yang lain.
Hal yang perlu dillakukan adalah dengan menunjukkan hak anak Anda dalam bermain dan juga tidak mudah menyerahkan sesuatu yang sedang mereka mainkan dengan cara bergiliran. Namun tetap diucapkan dengan alasan yang sopan.
Dengan begitu, Anda telah mengajarkan si kecil sebuah pelajaran berharga di mana ia mampu mengendalikan keinginannya, kepuasannya yang tertunda, sikapnya dalam berempati, serta memahami kemurahan hati yang sesungguhnya.
Cara bergilir tidak mudah dilakukan oleh anak-anak
Selagi si kecil menunggu gilirannya untuk bermain sesuatu, di satu sisi ia juga harus bertarung dengan rasa frustasi, kekecewaan, marah, dan juga kesedihan.
Tetapi di saat yang bersamaan, akan muncul juga kesadaran dari dalam diri anak saat menunggu giliran atas sesuatu yang betul-betul ia inginkan. Pada akhirnya, proses ini akan menumbuhkan rasa empati yang lebih dalam oleh si kecil terhadap orang lain.
Anak dengan mainan pun juga belajar cara bergilir
Si kecil akan belajar bagaimana memberitahu teman sepermainannya bahwa ia belum selesai dengan mainannya. Dengan kata lain, sikap ini akan mampu melatihnya dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Di satu sisi, ia juga tidak perlu takut untuk merasa ditekan untuk mengendalikan waktu bermainnya. Saat giliran anak telah selesai dan menyerahkan giliran selanjutnya kepada yang lain, ia akan paham bagaimana puasnya dirinya berbagi mainan bersama teman-temannya yang lain.
Cara ini tentunya dapat dilakukan jika si kecil sering dilatih dari waktu ke waktu. Secara tidak sadar, mereka akan belajar menerapkan cara ini atas inisiatif mereka sendiri tanpa harus Anda suruh.
Coba ubah cara Anda dalam menyampaikan kalimat
Kalimat 1 (untuk si kecil)
“Bersikaplah dengan baik dan berbagi dengan temanmu.”
Saran
“Kamu bisa bermain dengan itu saat kamu sudah selesai. Tetapi coba lihat, Clara juga ingin bermain dengannya. Maukah kamu memberitahunya jika kamu sudah selesai bermain?”
Kalimat 2 (untuk si kecil)
“Kamu tidak perlu bermain dengan dua sendok. Berikan satu kepada Tim.”
Saran
“Bunda melihat kamu sedang bermain dengan dua sendok. Sepertinya kamu sangat menikmatinya ya? Tapi Tim juga ingin bermain dengan sendok yang sama. Ketika kamu sudah selesai, maukah kamu memberitahunya?”
Kalimat 3 (untuk teman bermain si kecil)
“Jangan khawatir, aku akan memberi tahu Mark agar berbagi mainan itu bersamamu.”
Saran
“Dek, Mark masih bermain dengan mainan itu. Nanti mama coba cek ya apakah dia sudah selesai atau belum…. Sepertinya dia belum selesai. Oh, kamu kesal karena tidak bisa memainkannya? Kamu ingin sekali, iya? Sepertinya sulit untuk menunggunya. Tapi aku akan coba menunggunya bersamamu ya. Apa yang sebaiknya kita berdua lakukan sembari menunggu Mark selesai?”
Bergiliran juga dapat memberi pelajaran budaya mengantri. Apalagi jika menyangkut fasilitas umum. Kelak, saat ia dewasa, ia akan mawas diri untuk tidak menguasai sesuatu untuknya sendiri.
Bagaimana Parents? Cobalah tips dan trik di atas selama seminggu, dan lihatlah hasilnya.
Baca juga:
Penelitian: Anak yang Suka Berbagi di Masa TK Cenderung Sukses Ketika Dewasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.