Bukannya mereda, angka masyarakat yang dinyatakan positif Corona justru kian meningkat, Bahkan, klaster keluarga COVID-19 terus meluas. Jika tidak melakukan upaya pencegahan, kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan.
Ya, nyatanya penularan COVID-19 sudah menjangkau lingkungan keluarga. Seluruh masyarkar pun diharapkan bisa mewaspadai pergerakannya dan hindari penularannya. Caranya, tentu saja dimulai dengan membatasi aktivitas sosial setiap anggota keluarga.
Berikut ini segala hal yang perlu Parents ketahui tentang bagaimana transmisi COVID-19 bisa mengancam klaster keluarga seperti yang dilansir dari akun Instagram @PandemicTalks.
Transmisi Klaster Keluarga COVID-19 Kian Meningkat
Apa itu Klaster Keluarga?
COVID-19 ancam klaster keluarga. Klaster keluarga ini terjadi saat salah satu anggota keluarga terinfeksi virus, lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya sehingga satu rumah tangga tertular Covid-19 saat di rumah sendiri.
Artikel terkait: Penting! 5 Tips Parenting selama Pandemi yang Perlu Parents Ketahui
Mengapa Klaster Keluarga sangat berbahaya?
Jika transmisi COVID-19 masuk ke satuan unit terkecil dalam sebuah society, yaitu keluarga, maka segala kebijakan, protokol, dan sistem monitoring yang diterapkan pemerintah, tempat publik, dan perusahaan tidak bisa menahan virus ke lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dan inilah yang menyebabkan sulitnya pemantauan pergerakan virus tersebut.
Belum lagi dengan perilaku warga dengan gejala yang enggan melakukan Tes SWAB dikarenakan takut akan stigma: Dikucilkan oleh masyarakat. Pada akhirnya, ia berperan sebagai spreader (penyebar).
Penyebab Klaster Keluarga?
Perilaku masyarakat sendirilah yang menjadikan keluarga sebagai wilayah baru bagi penyebaran virus Covid-19. Di antaranya:
- Masyarakat Indonesia yang tumbuh dalam kultur sosial ‘silahturahmi’, inilah penyebab cepatnya penularan masif. Maka, untuk menghindari potensi penularan Covid-19 tetaplah berada di rumah dan tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak penting.
- Bosan dan tidak dapat menahan diri untuk bepergian ke mal, piknik, atau liburan ke luar kota. Dan saat kembali ke lingkungan rumah berpotensi membawa virus.
- Kegiatan kumpul warga, seperti berkunjung saat hari besar keagamaan, arisan, rapat warga, perayaan hari besar negara, olahraga bersama, kegiatan penyuluhan, dll. Di Bogor ada terdapat 1 Rukun Tetangga (RT) yang hampir seluruh warganya positif Covid-19. Jadi sebaiknya kegiatan keluarga tetap dilakukan di rumah agar lebih aman dan sehat.
- Membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek/perumahan tanpa protokol kesehatan dan Protokol VDJ (Ventilasi-Durasi-Jarak) yang kuat. Tanpa disadari anak-anak ini berperan sebagai carrier Parents harus sadar, pemahaman dan kesadaran anak akan protokol kesehatan tidak sebaik orang dewasa. Anak-anak juga lebih mudah menyentuh barang di sekitarnya 3x lipat disbanding orang dewasa.
Klaster Keluarga COVID-19; Kasus Tertinggi di Indonesia
Berikut ini catatan yang dirangkum dari beberapa media massa mengenai kota-kota dengan kasus transmisi Covid-19 pada lingkungan keluarga tertinggi di Indonesia:
- Bekasi 155 klaster keluarga, 437 kasus (Kompas.com, 8 Agustus 2020)
- Bogor 48 klaster keluarga, 189 kasus (IDNTimes, 30 Agustus 2020)
- Semarang 8 klaster keluarga, 10 kasus (IDNTimes, 2 September 2020)
- Yogyakarta 9 klaster keluarga, 13 kasus (CBB Indonesia, 3 September 2020)
- Malang 10 klaster keluarga, 35 kasus (CNN Indonesia, 3 September 2020)
Kasus Studi Klaster Keluarga Bogor
- Dari total 189 keluarga, 48 keluarga positif terinfeksi virus Covid-19
- Klaster Keluarga sebagai penyumbang kasus terbesar di Bogor, 34,7%.
- Penyebab penularan di Bogor adalah imported case, yakni adanya aktivitas warga yang bepergian ke luar kota atau daerah lain, dan kemudian tertular Covid-19.
- Penderitanya sebagian besar orang usia lanjut dan anak-anak –dari 189 kasus itu.
- 24% warga yang terpapar covid-19 adalah OTG (Orang Tanpa Gejala) atau asymptomatic. Hal ini yang paling membahayakan karena penderita merasa sehat tapi ia menyebarkan virus ke keluarga dan lingkungan sosialnya di rumah.
- Survei Dinkes Kota Bogor menyebutkan bahwa warga Bogor yang percaya Covid-19 eksis hanya 15%. Selebihnya 85% ragu-ragu dan tidak percaya Covid-19 ada.
Artikel terkait: Faktanya, Anak Pergi ke Mall dan Sekolah di Masa Pandemi Sama Bahayanya!
Cara Mencegah Agar Transmisi COVID-19 Ancam Klaster Keluarga Tidak Kian Masif
Menurut Pandemic Talks ada beberapa cara mencegah transmisi ke lingkungan keluarga agar tidak semakin meluas. Berikut ini yang harus dilakukan Pemprov, Pemda, dan Dinkes, juga masyarakat:
Pemprov, Pemda, dan Dinkes
- Perbanyak tes swab massal sampai ke level kelurahan dan RT.
- Konsisten edukasi dan sosialisasi komunikasi risiko ke warga.
- Gandeng tokoh warga atau pemuka agama untuk edukasi.
- Sistem contact tracing
- Membuat kebijakan membatasi mobilitas warga dan melarang keramaian publik.
Warga dan Individu
- Patuhi protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun.
- Analisa risiko dan jalankan protokol VDJ.
- Selektif atau tidak menerima kunjungan orang lain ke rumah sementara waktu.
- Sebagai sebuah kesatuan kelurahan/RT harus sama level pemahaman kontes pandemi.
- Lakukan silaturahmi secara digital atau online, dan kurangi kegiatan sosial warga.
- Sebisa mungkin di rumah saja kecuali bekerja atau kegiatan esensial, minimalisir terpapar virus di circle sosial selain tempat bekerja.
- Jangan jalan-jalan, piknik, atau liburan dahulu. Tahan kebosanan Anda demi keselamatan keluarga dan sosial.
- Jika bergejala, segera periksa segera ke RS atau puskesmas demi kebaikan dan keselamatan bersama.
Tidak bisa dipungkiri, kondisi pandemi yang sudah terjadi selama 6 bulan ini memang membatasi seluruh gerak dan aktivitas. Rasa lelah, dan bosan pun akhirnya mimicu masyarakat menjadi lengah dan ‘longggar’ dalam menjalani protokol kesehatan. Namun kini, klaster keluarga COVID-19 yang tinggi kembali mengingatkan agar seluruh masyarakat lebih waspada.
Baca juga: