"Suamiku mengalami depresi setelah aku melahirkan," pengakuan seorang istri

"Saya hampir lupa bahwa dia juga membutuhkan dukungan emosional," ungkap sang istri ketika suaminya mengalami depresi pasca melahirkan atau paternal postnatal depression

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression (PPD) ialah suatu jenis depresi yang banyak dialami oleh wanita setelah melahirkan. Namun tidak hanya dapat dialami oleh wanita. Faktanya, kondisi ini juga bisa dialami oleh para pria. Seperti kisah suami asal California berikut ini.

Kisah suami mengalami depresi setelah istrinya melahirkan

“Saya perhatikan bahwa suami saya sering lesu dan lebih pendiam dari biasanya,” ujar Laura Dorwart, dalam laman She Knows, berbagi pengalaman tentang kisah suami yang mengalami depresi setelah memiliki anak.

Sebagai orang yang telah mengalami depresi sejak kecil, Laura mengaku telah bersiap untuk potensi depresi pasca melahirkan. Ia berpikir bahwa masalah kecemasan seperti itu tidak dapat dihindari.

Untuk itu, selama kehamilan ia mulai mengunjungi spesialis kesehatan mental. Di sana ia disarankan untuk beristirahat sebanyak mungkin setelah melahirkan  dan mempertimbangkan pengobatan, serta terapi jika kesehatan mentalnya memburuk.

“Namun, saya tidak tahu, bahwa bukan hanya saya yang akan berisiko mengalami PPD. Sebagai gantinya, itu adalah suami saya,” ungkapnya.

Kisah suami Laura berjuang menghadapi depresi pasca istri melahirkan

Dalam kenangan Laura, masa-masa itu ialah masa-masa yang sangat menegangkan. Pasalnya, tepat 10 hari setelah dia melahirkan putri kecilnya, suaminya mendapatkan posisi baru dalam pekerjaan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Kami tahu bahwa kami harus pindah ribuan mil jauhnya, dari California ke Ohio, hanya 10 hari setelah kelahiran putri kami. Dia baru saja menyelesaikan gelar sarjana dan memiliki karir di dunia akademik. Saya sekolah pascasarjana dan bekerja sendiri selama kehamilan,” cerita Lauran.

Kemudian ia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama satu minggu setelah melahirkan karena masalah preeklampsia postpartum dan komplikasi lainnya. Hal ini menambah masalah dan beban pikiran bagi Laura dan suaminya.

“Seakan semuanya bersekongkol untuk membuat saya dan suami saya pindah ke tempat baru, mencari apartemen, dan terpisah satu sama lain (untuk sementara),” kenangnya.

Artikel terkait: Penelitian: Ayah juga bisa depresi pasca istri melahirkan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah pindahan, Laura melihat bahwa suaminya menjadi sering lesu dan lebih pendiam dari biasanya.

“Dia tampak sering melamun dan selalu lelah. Awalnya saya hanya berpikir bahwa itu karena kurang tidur karena mengurus bayi kami yang baru lahir. Meskipun dia cukup aktif sebagai orangtua, dia sering begadang dengan putri kami di malam hari, tetapi aku tahu ada sesuatu yang terjadi,” ungkapnya.

Laura akhirnya memberanikan diri untuk membicarakan masalah kesehatan mental suaminya beberapa minggu kemudian. Suaminya mengakui bahwa meskipun dia bekerja keras untuk tetap bersama dengannya dan bayinya tetapi dia depresi,

“Dia membicarakan hampir semua masalah yang membebani pikirannya. Seperti keuangan, kesehatan, pekerjaaan, dan perannya sebagai orangtua baru. ‘Saya pikir saya mungkin mengalami semacam depresi pascapersalinan‘ katanya kepada saya. Tapi bukankah hanya ibu yang bisa mengalami PPD?” kata Laura dengan heran.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Depresi suami pasca istri melahirkan (Paternal postnatal depression) 

Laura dan suami mengaku cukup bingung dengan kondisi mereka saat itu. Namun ternyata, kondisi depresi yang dialami suami setelah istri melahirkan, merupakan hal yang normal terjadi.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry, 1 dari 10 suami yang baru saja menjadi ayah mengalami depresi pascapersalinan. Perkiraan ini berkisar dari 4% sampai 25%.

Kondisi ini dikenal sebagai depresi pascapersalinan ayah atau paternal postnatal depression (PPND).

Depresi yang dialami oleh para ayah ini kurang lebih hampir sama seperti yang dialami oleh para ibu. Perubahan jam tidur, tekanan finansial, dan emosional untuk menjalani kehidupan baru membuat perilaku dan suasana hati siapa pun berubah.

Tetapi Christianne Kernes, terapis perkawinan dan keluarga berlisensi dan salah satu pendiri aplikasi tele-kesehatan LARKR, memberi tahu SheKnows bahwa PPND lebih mungkin untuk membaik dengan sendirinya tanpa disadari dan tidak diobati.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Karena kami berasumsi bahwa PPD adalah masalah ibu. Kebanyakan pria tidak akrab dengan tanda dan gejala PPD,” ujarnya.

Artikel terkait: Kisah Depresi Seorang Ayah, “Sejak istriku melahirkan, aku mulai berpikir untuk bunuh diri.”

Dia menambahkan bahwa, karena pria sering dikondisikan secara sosial untuk “benci berbicara tentang perasaan mereka” atau untuk meremehkan kesehatan mental mereka, mereka tidak selalu mencari bantuan profesional yang mereka butuhkan.

Kernes menjelaskan bahwa gejala PPND mirip dengan yang terkait dengan PPD ibu.

“Mulai dari lekas marah dan kelelahan kronis. Penambahan atau penurunan berat badan, perasaan sedih, dan putus asa yang terus-menerus,” jelasnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Orang tua baru juga harus memperhatikan tanda-tanda peringatan seperti sulit tidur dan berkonsentrasi, menarik diri dari pergaulan sosial, masalah terkait mengurus bayi, dan dalam kasus yang jarang terjadi, bahkan ada beberapa ayah yang punya pikiran untuk bunuh diri.

Selain perubahan kebiasaan, penyebab PPND juga mirip dengan PPD ibu. Sama seperti tubuh ibu yang dibanjiri dengan berbagai hormon selama proses dan setelah melahirkan. Pria juga mengalami perubahan hormon ketika mereka menjadi orang tua.

Kernes menjelaskan bahwa perubahan hormon pria mungkin bertanggung jawab untuk depresi pascapersalinan dari pihak ayah.

“Karena produksi estrogen, prolaktin, dan kortisol meningkat sekitar waktu kelahiran anak mereka,” ungkapnya.

Jadi, ayah mana yang paling berisiko terkena PPD setelah pasangannya melahirkan?

Meskipun PPND dapat terjadi pada siapa saja. Namun ada beberapa orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.

“Seperti pasangan yang juga mengalami PPD, lingkungan, dan interpersonal seperti kemiskinan, stres dalam hubungan dan konflik, dan sistem pendukung yang goyah. Keadaan situasional seperti pindah ke tempat baru secara mendadak, dan tekanan dari pekerjaan baru juga dapat berperan,” ujar Kernes.

Skenario pengasuhan atipikal, termasuk ayah tunggal, atau menjadi ayah tiri dapat meningkatkan risiko terjadinya PPND.

“Dalam kasus kami, suami saya cacat fisik dan khawatir tidak bisa menjadi orangtua yang baik. Dia juga bingung bagaimana menjalankan tugas sebagai ayah, saat dirinya sehari-hari beraktivitas menggunakan kursi roda,” ungkap Laura.

Artikel terkait: “Sayangi istrimu, apalagi saat dia sedang hamil,” curhat suami dan ayah satu anak

“Untungnya, melakukan terapi bicara yang sederhana dapat benar-benar bekerja mengatasi depresi bila dilakukan secara rutin,” kata Kernes.

“Terapis berlisensi dapat membantu Anda mengatasi pikiran negatif. Juga menemukan cara produktif untuk mengelola gejala depresi yang dialami, sehingga Anda bisa menjadi orang tua terbaik bagi anak yang baru lahir,” tambahnya.

Lebih lanjut, Laura pun menjelaskan beberapa cara penanganan PPND yang dialami oleh suaminya.

Dengan terapi, obat yang diresepkan, banyak tidur, dan istirahat, gejala PPND yang dialami suami Laura mulai berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali.

Sebagai seorang istri, Laura pun menyadari bahwa suaminya telah bekerja sangat keras untuk menjadi fondasi keluarganya.

“Sehingga saya hampir lupa bahwa dia juga membutuhkan dukungan emosional,” ungkap Laura belajar dari kisah suami.

Dari pengalamannya ini, Laura dan suaminya pun berusaha membantu para orangtua lain yang mengalami PPND, agar tidak merasa sendirian dalam perjalanan baru mereka sebagai orangtua baru

***

Nah, dari kisah suami Laura tadi kita bisa belajar bahwa ternyata yang berisiko mengalami depresi setelah melahirkan bukan hanya Bunda, tapi juga si Ayah.

Mulai sekarang, Bunda juga harus memerhatikan kondisi emosional si Ayah ya. Bila dia tampak selalu uring-uringan atau sering melamun saat Bunda baru saja melahirkan, mungkin dia mengalami gejala depresi. Bicarakan dengan orang yang tepat, dan ajak suami mengomunikasikan beban pikirannya dengan terbuka.

Semoga informasi ini bermanfaat.

Referensi: She Knows

Baca juga

Video Mengharukan Untuk Ayah : Tiap Ayah Harus Melihatnya