Seiring perkembangannya yang kian masif, Organisasi Kesehatan Dunia resmi menyatakan Covid-19 atau virus corona menjadi pandemi global. Hingga Senin (16/03) jumlah kasus terinfeksi corona menginjak angka 169.610 orang yang tersebar di 157 negara. Di tengah jumlah kasus yang kian bertambah, sebanyak 77.776 orang dinyatakan sembuh. Bahkan, sudah banyak kisah pasien corona sembuh yang membagikan kisahnya pada dunia.
Kisah pasien corona sembuh: “Aku berhasil sembuh, karena kuusir semua kekhawatiran yang ada”
Seorang perempuan asal Seattle, Amerika Serikat, belum lama menceritakan kisahnya yang berhasil sembuh setelah berjuang melawan virus asal Wuhan tersebut. Perlu diketahui, Seattle yang berada di negara bagian Washington adalah kota dengan kematian terbanyak akibat virus yang menyerang sistem pernapasan ini.
Adalah Elizabeth Schneider, perempuan yang menyelesaikan gelar PhD di bidang bio-engineering yang membagikan kisahnya untuk memberikan secercah harapan pada orang yang kini tengah berjuang melawan penyakit tersebut.
“Aku berbagi karena aku peduli, karena pastinya ada banyak orang berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan serius hingga diliputi kecemasan apakah bisa sembuh dari ini (Covid-19),” tuturnya.
Kisah bermula ketika pada 25 Februari, Schneider menghadiri sebuah pesta untuk melepas penatnya. Sepulangnya dari pesta tersebut, kala itulah ia merasakan sesuatu pada tubuhnya yang berbeda dari biasanya.
“Saya bangun dan merasa lelah, tetapi itu tidak lebih dari apa yang biasanya Anda rasakan ketika Anda harus bangun dan pergi bekerja, dan saya sangat sibuk akhir pekan sebelumnya,” ungkapnya.
Artikel terkait: Dari menteri hingga ibu negara, ini 7 pejabat dunia yang positif corona
Perempuan berusia 37 tahun ini menganggap itu hanya lelah biasa. Namun, menjelang tengah hari ia merasakan sakit kepala yang disertai demam dan sakit di sekujur tubuhnya. Ia akhirnya memutuskan meninggalkan kantor dan pulang ke rumah untuk beristirahat.
Setelah bangun dari tidur siang, Schneider mendapati suhu tubuhnya tinggi mencapai 103 derajat Fahrenheit malam itu (39,4 Celcius).
“Saat itulah aku mulai menggigil tidak terkendali. Aku kedinginan dan kesemutan pada level yang sangat ekstrim. Aku sedikit khawatir, ada apa dengan tubuhku,” lanjutnya.
Ia mulai meraih obat pencegah flu yang dijual bebas di pasaran agar gejalanya mereda. Schneider bahkan memanggil seorang teman untuk antisipasi jika ia perlu dibawa ke Unit Gawat Darurat dan tak ada orang di rumah. Namun, beberapa hari kemudian demam pun reda.
Saat itu, Schneider mengakui dirinya sudah banyak membaca berita terkait isu corona yang sudah merebak di tempat tinggalnya. Namun, ia merasa tenang karena tidak ada gejala lain corona umum seperti batuk atau sesak napas.
“Kupikir, tidak mungkin aku menderita corona karena tidak muncul gejala lain,” ujarnya.
Namun, opininya berubah saat ia sudah mendapat suntikan untuk mengobati flu dan tak juga kunjung membuat kondisi tubuhnya membaik.
Pesta yang menjadi sumber infeksi corona
Beberapa hari kemudian, Schneider menemukan unggahan di Facebook yang menyebutkan ternyata beberapa orang yang menghadiri pesta itu ternyata mengalami gejala yang sama seperti dirinya.
Sama seperti dirinya, orang tersebut pergi ke dokter dan dinyatakan negatif flu. Mereka juga tidak ditawari tes corona karena tidak menunjukkan gejala lain seperti batuk atau kesulitan bernapas.
Sadar akan kemungkinan yang sama, Schneider memutuskan mendaftar dalam program penelitian bertajuk Seattle Flu Study untuk menemukan jawaban. Tim tersebut mengiriminya alat yang bisa ia gunakan secara mandiri lalu ia kirim kembali pada tim terkait untuk mendapatkan hasilnya beberapa hari mendatang.
“Saya akhirnya mendapat telepon dari salah satu koordinator penelitian pada hari Sabtu (7 Maret) yang memberi tahu saya bahwa ‘Anda telah dinyatakan positif COVID-19,'” katanya. “Aku sedikit terkejut, kupikir itu agak keren,” sambung Schneider sembari tertawa.
Kendati merasa khawatir bahkan membuat ibunya menangis, Schneider tetap merasa tenang dan menganggap segala hal yang berbau pengetahuan imliah merupakan sesuatu hal yang menarik. Dengan begitu, ia tahu apa yang harus dilakukan.
Artikel terkait: 5 Kebijakan Pemprov DKI Jakarta demi putus rantai penyebaran virus corona
Saat ini Schneider menyebutkan gejalanya sudah mereda, ia pun menuruti anjuran otoritas kesehatan setempat untuk senantiasa berada di rumah selama setidaknya tujuh hari setelah timbulnya gejala atau 72 jam setelah mereda. Seminggu setelahnya, Schneider sudah mulai keluar rumah untuk melakukan sejumlah tugas. Namun, dirinya masih menghindari kegiatan yang mengharuskannya bertemu dengan banyak orang.
“Pesan yang ingin aku sampaikan adalah: jangan panik. Kalau Anda terlalu khawatir akan membuat Anda tidak bisa berpikir dengan tenang. Jika gejalanya tidak terlalu mengancam jiwa lakukanlah segala aktivitas di rumah, minum banyak air putih, istirahat cukup, dan berpikirlah dengan santai. Bebaskan pikiran Anda dari segala kepanikan,” pungkasnya.
Semoga kisah pasien sembuh corona ini bisa menjadi angin segar bagi seluruh warga negara dunia yang tengah berjuang untuk sembuh, dan virus ini segera pergi ya, Parents!
Sumber: Live Mint
Baca juga :
Bagaimana rasanya jadi pasien positif corona? 6 Orang ini bagikan kisahnya!