Natalia bersama ayah ibu tercinta dan survivor kanker lidah, Elisabet Meliana. (sumber foto : JPNN)
Penderita kanker lidah berusia belia
Angelina Tivani Natalia (18) adalah gadis remaja yang membawa kebanggaan bagi orangtuanya. Betapa tidak, Natalia bukan hanya cantik, namun juga cerdas dan selalu berada di peringkat 5 besar di sekolahnya. Ia juga pandai bergaul, aktif di organisasi sekolah (OSIS) dan gereja, bahkan pernah menjuarai beberapa lomba modelling.
Suatu hari di tahun 2014, Natalia mengeluh karena pada lidahnya muncul sariawan yang tidak kunjung sembuh. Lama kelamaan lidah Natalia menjadi bengkak dan mengalami pendarahan.
Kedua orangtua Natalia segera membawanya ke rumah sakit dan nyaris tak percaya mendengar diagnosis dokter. Gadis yang duduk di kelas XII SMA Santo Carolus Surabaya itu ternyata menderita kanker lidah.
”Saya kaget. Tidak percaya. Seperti kena petir, dunia rasanya runtuh. Tapi, saya tidak boleh menangis. Dilihat Natalia. Harus kuat,” ujar Endang Hari Kartini Meningsih, ibunda Natalia, kepada JPNN.
Natalia menderita kanker lidah stadium IV
Merasa kurang yakin, Endang beserta suami berinisiatif membawa Natalia ke Singapura untuk berobat. Namun hasil diagnosa para dokter di sana malah semakin menghancurkan hati, karena mereka mengatakan Natalia sudah menderita kanker lidah stadium IV.
Kedua orangtua Natalia pun membawanya kembali ke Tanah Air dan mencoba pengobatan herbal. Bukannya sembuh, sakit yang diderita Natalia semakin mengkhawatirkan.
”(Bengkak di lidahnya) sempat kempis. Tapi, belakangan malah bengkak sampai bleeding (pendarahan). (Kami) Langsung ke rumah sakit lagi,” kata Endang.
Pada bulan Januari 2015, Natalia menjalani operasi trakeostomi (pembedahan pada tenggorokan) untuk melancarkan jalan nafas yang terhalang akibat pembengkakan pada lidah. Tim dokter juga memutuskan bahwa memotong lidah Natalia adalah satu-satunya opsi untuk mencegah menjalarnya penyakit ke seluruh tubuh.
Apa itu kanker lidah?
Kanker lidah mungkin belum sepopuler kanker payudara atau kanker serviks, karena penyakit mematikan ini biasanya diderita oleh para pria perokok berat atau alkoholik. Meski demikian, penyebab pasti dari kanker lidah belum diketahui.
Seseorang yang kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut, atau sering menderita sariawan berpotensi terjangkit kanker lidah. Demikian juga dengan mereka yang memiliki anggota keluarga penderita kanker lidah, atau tertular virus HIV.
Beberapa metode untuk menangani penyakit ini adalah dengan terapi bedah, terapi radiasi dan kemoterapi. Sesudah operasi trakeostomi, Natalia juga harus menjalani operasi pemotongan lidah yang baru bisa dilakukan setelah melalui terapi radiasi dan kemoterapi.
Dampak kemoterapi
Serangan kanker lidah mengakibatkan Natalia tak bisa bersekolah dan beraktivitas seperti biasa. Ia juga tak bisa makan dan minum serta berbicara. Sebuah selang dipasang pada tubuh Natalia sebagai ganti makanan dan minuman.
Smartphone dan kertas menjadi media untuk menuliskan apa yang ingin dikatakannya. Natalia juga mengalami kesulitan untuk menelan air liurnya, sehingga ia harus melapnya setiap saat.
”Lidah blas (sama sekali) nggak boleh gerak. Dijahit. Puasa makan, minum, bicara. Mau ngomong ditulis tangan. Pernah coba mau ngomong malah sakit. Pipinya bengkak,” ungkap Endang.
Semua itu belum termasuk dampak dari proses kemoterapi yang dijalani Natalia. Akibat kemoterapi Natalia sering merasa mual dan muntah, berat badannya berkurang drastis dan rambutnya pun rontok.
Tidak kehilangan semangat
Syukurlah di saat-saat sulit itu Natalia mendapat support dari seorang penderita kanker lidah yang telah pulih, Elisabet Meliana. Dari Elisabet lah Natalia termotivasi untuk sembuh dan berbagi semangat dengan sesama penderita kanker yang juga dirawat di rumah sakit William Booth.
Salah satunya adalah dengan secara teratur menulis surat buat seorang nenek yang menderita kanker darah. “Oma tidak boleh makan daging, ikan, ayam, tepung, telur, gula, keju, cokelat, teh, dan roti. Makan sayur sama bubur saja ya. Natalia setiap hari mencoba bersyukur karena hari ini masih bisa menghirup udara,” tulis Natalia.
Saat ini, Natalia dan keluarganya sedang menanti perkembangan terkini dari kanker lidah yang dideritanya. Mereka berharap Natalia akan bisa kembali bersekolah untuk menghadapi Ujian Nasional bulan April mendatang.
Semoga lekas sembuh, Natalia.
Referensi : www.jpnn.com, mediskus.com
Baca juga artikel menarik lainnya:
Bayiku Meninggal 7 Jam Setelah Lahir
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.