Kisah seorang ibu menyusui bayi yatim menjadi viral di Internet. Ia rela membantu memberikan ASI bagi bayi-bayi yang menjadi korban serangan bersenjata yang terjadi di sebuah rumah sakit bersalin di Kabul, Afghanistan.
Pada Selasa (12/5), terjadi sebuah tragedi yang memilukan di negara tersebut. Kelompok militan bersenjata menyerang sebuah rumah sakit bersalin. Hal ini menyebabkan beberapa bayi lahir, ibu, dan sejumlah perawat dibunuh secara brutal.
Kisah seorang ibu yang bantu menyusui anak yatim korban serangan bersenjata di rumah sakit
Firooza Omar dan anak laki-lakinya | Sumber foto: BBC Indonesia
Adalah Firooza Omar, seorang ibu dari bayi laki-laki berusia 4 bulan. Perempuan 27 tahun itu merasa iba ketika melihat foto-foto memilukan terkait bayi yang menjadi korban serangan bersenjata di negaranya. Dia lalu memutuskan untuk menempuh perjalanan berisiko ke rumah sakit untuk bantu menyusui bayi yang telah ditinggal pergi oleh ibunya.
Sebelum pergi ke rumah sakit, Firooza juga meminta izin serta saran dari sang suami dan teman terdekat.
“Menjelang berbuka, saya memberi tahu suami tentang niat ini. Saya ingin membantu bayi-bayi yatim,” ungkap Firooza seperti yang dikutip dari laman BBC Indonesia.
Setelah diizinkan, perempuan itu pun bergegas untuk pergi ke rumah sakit sementara sang suami membantu menjaga anak mereka di rumah.
Saat itu, beberapa korban serangan di Rumah Sakit bersalin Dasht-e-Barchi itu sudah dipindahkan ke RS Anak Ataturk. Rumah sakit tersebut berjarak sekitar dua kilometer dari tempat tinggal Firooza.
Meski jarak yang ditempuh terbilang pendek, perjalanan Firooza sebenarnya terbilang berisiko. Pasalnya, beberapa masyarakat, termasuk Firooza sendiri, masih diselimuti trauma dan rasa takut setelah serangan. Bahkan, was was jika serangan akan terjadi kembali pun muncul.
Banyak bayi yang menolak susu formula
Pemandangan saat perempuan tersebut sampai di rumah sakit pun cenderung traumatis. Di sana, ada banyak korban yang berbaring tak berdaya akibat serangan yang menimpa mereka.
“Saat datang di rumah sakit, saya melihat sekitar 20 bayi. Beberapa dari mereka terluka. Saya lalu bicara dengan perawat dan mereka mengizinkan saya untuk menysui bayi yang kerap menangis di sana,” cerita Firooza.
Sebelumnya, para perawat sudah berusaha untuk memberikan susu formula pada bayi-bayi tersebut. Namun, beberapa dari mereka menolak.
Tidak lama setelah Firooza datang, ia pun langsung membantu menyusui empat bayi yang menangis satu per satu.
Mengajak ibu lain untuk ikut membantu
Kisah Firooza sebagai ibu yang menyusui bayi yatim tersebut juga ia bagikan lewat media sosial. Melalui medium itu, ia mengajak ibu lain untuk ikut membantu menyusui para bayi yang menjadi korban.
Selain menolong, membantu menyusui bayi juga dinilai bisa memberikan efek menenangkan bagi Firooza. Sehingga ia pun mendorong agar ibu lain untuk tidak takut dalam melakukan hal yang sama.
“Saat saya menyusui mereka, itu efeknya menenangkan. Saya senang bisa membantu mereka. Setelah kembali ke rumah, saya juga masih mampu menyusui bayi laki-laki saya,” ungkap perempuan yang bekerja sebagai psikiater tersebut.
Setelah ajakan yang dibagikan Firooza, sejumlah ibu lain pun akhirnya tergerak untuk ikut membantu menyusui para bayi malang itu.
Karena mendapat dukungan penuh dari suami dan kerabat terdekat, Firooza juga bertekad untuk terus menolong bayi yang menjadi korban serangan. Ia rutin mengunjungi rumah sakit sebagai upaya membantu menyusui dan membantu para korban lainnya secara moral.
Berniat mengadopsi bayi yatim
Tidak hanya membantu menyusui dan memberikan kasih sayang sebagai seorang ibu, Firooza juga menolong korban secara finansial. Perempuan itu menggalang donasi untuk membeli perlengkapan bayi seperti popok dan susu formula.
Firooza juga memberikan perhatian lebih pada bayi yatim. Ia mengaku khawatir pada para bayi yang harus kehilangan keluarganya akibat serangan kelompok tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, hatinya pun tergerak untuk mengadopsi bayi yatim yang juga baru saja ditinggal mati oleh sang ibu akibat serangan tersebut.
Para bayi tersebut sudah kehilangan ayah, dan akan sangat memprihatinkan jika mereka juga harus tinggal sebatang kara karena ditinggal pergi oleh ibu kandungnya akibat insiden yang telah terjadi.
“Untuk saat ini, prioritas saya adalah bayi-bayi yatim. Saya akan senang untuk merawat seorang bayi dan membesarkannya bersama putra saya,” ungkap Firooza.
Kota Kabul memang sudah mengalami serangan dan berbagai kekerasan akibat adanya konflik. Namun, serangan di rumah sakit bersalin merupakan insiden paling brutal dan tidak manusiawi yang pernah terjadi. Inilah yang membuat Firooza dan masyarakat Afghanistan lainnya merasa tertekan.
“Alih-alih dipeluk oleh ibu mereka, bayi-bayi ini malah harus berada di rumah sakit, diberi makan oleh orang asing,” pungkasnya.
Banyak sekali yang telah melalui penderitaan akibat kasus kekerasan yang sering terjadi di kota tersebut. Inilah yang membuat Firooza bertekad untuk tetap proaktif dalam membantu memulihkan trauma pada korban serangan, baik sebagai seorang psikiater maupun seorang ibu.
***
Referensi: BBC Indonesia
Baca juga:
Tragis! Cuma minum air, ibu 4 anak diduga meninggal kelaparan di tengah pandemi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.