Anak perlu mempelajari keterampilan sosial sejak dini. Hal ini dikarenakan keterampilan sosial memiliki peran yang besar dalam upaya anak untuk memiliki masa depan yang lebih cerah. Namun kini, di tengah fakta bahwa physical distancing yang dialami anak-anak selama pandemi berlangsung telah berdampak besar pada perkembangan sosial mereka. Maka orangtua dan guru memerlukan trik khusus untuk melatih keterampilan sosial anak setelah pandemi.
Dampak pandemi terhadap keterampilan sosial anak
Melansir situs very well family, seorang terapis keluarga di Amerika Serikat mengungkapkan pandemi membuat anak kehilangan kesempatan untuk membangun keterampilan sosialnya, seperti kemampuan berinteraksi dengan teman sebaya, memecahkan masalah, hingga berlatih memiliki sikap empati.
Penelitian dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul ‘Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini di TK selama Pembelajaran Daring’ juga menemukan selama pandemi, 96% anak mengalami penurunan terkait pencapaian aspek perkembangan sosial emosi. Terutama dalam segi perkembangan perilaku prososial, atau yang secara awam disebut perilaku tolong menolong.
Lantas apa yang perlu dilakukan oleh orang tua dan guru untuk membangun keterampilan sosial anak yang menurun? Psikolog Klinis Keluarga, Anna Surti Ariani, S.PSi., M.Si., Psi memberi tanggapan pada acara Press Conference Lifebuoy Shampoo “Berbagi Kebaikan”, Kamis, (2/6) di Bale Nusa, Jakarta.
Risiko Keterampilan Sosial Anak Menurun selama Pandemi
Anna Surti Ariani mengatakan keterampilan sosial anak menurun selama pandemi COVID-19. Keterampilan sosial ini meliputi kemampuan berempati, berinteraksi, saling menolong, dan bersosialisasi dengan lingkungan di luar lingkaran keluarga.
Menurut Anna Surti Ariani, jika kemampuan berempati dan perilaku tolong menolong ini tidak dikembangkan, terdapat risiko jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, anak dapat sulit beradaptasi dan sulit diterima oleh lingkungannya sehingga mengalami masalah pergaulan.
“Sementara, dalam jangka panjang, anak rentan mengalami beragam masalah gangguan psikologis. Perilaku ini tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, dibutuhkan proses panjang sejak usia dini hingga dewasa yang erat kaitannya dengan stimulasi dari orang tua,” jelasnya.
Artikel terkait: Kembangkan keterampilan sosial anak, ini yang perlu Parents lakukan
Penurunan Keterampilan Sosial Anak Menjadi Tantangan
Anna Surti Ariani juga menjelaskan bahwa pada prinsipnya, keterampilan sosial tak bisa muncul tiba-tiba. Anak harus mengembangkannya, dan itu adalah pekerjaan rumah orang tua dan guru.
Dalam dua tahun pandemi ini, Anna Surti Ariani memahami kesulitan orang tua dan guru dalam menstimulasi anak untuk mempraktikkan keterampilan sosial. Apabila keterampilan sosial ini tidak terasah, maka yang terjadi adalah masalah dalam pergaulan.
Misalkan, anak kesulitan bekerja sama dengan teman, tidak sensitif terhadap kebutuhan orang lain, tidak tahu bagaimana merespons interaksi, tidak mengamati teman, dan dapat memicu gangguan psikologis dalam jangka panjang.
Saat ini, ketika pandemi mereda dengan indikasi kasus COVID-19 melandai dan kian terkendali, anak-anak mulai berangkat ke sekolah. Di sekolah, mereka berinteraksi dengan teman-teman dan guru, belajar bersama, dan bermain. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, menurut Anna Surti Ariana, ini saat yang tepat untuk menstimulasi keterampilan sosial anak-anak.
Artikel terkait: Cara Melatih Empati Anak di Tengah Pandemi
Peran Guru dalam Perkembangan Kecerdasan Sosial Anak
Peran guru dalam perkembangan keterampilan sosial pada anak tentu sangat berperan penting. Sebab, di momen saat anak sudah mulai sekolah secara tatap muka, keterampilan sosial antar anak penting untuk diasah.
Guru hendaknya mampu mendorong anak-anak untuk terbiasa berperilaku prososial akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang memiliki rasa empati, murah hari dan terbuka untuk menerima bantuan ketika dibutuhkan.
Misalkan, buat kerja kelompok sehingga anak mulai berinteraksi satu sama lain, mengetahui apabila ada temannya yang kesulitan dalam pelajaran tertentu, dan sebagainya. Guru juga dapat mengamati area bermain di sela waktu istirahat. Adakah anak yang menolak bergantian saat bermain bola, ayunan, dan sejenisnya.
Artikel terkait: Keterampilan sosial adalah kunci kesuksesan anak, benarkah?
Tugas Orang Tua untuk Melatih Keterampilan Sosial Anak setelah Pandemi Mereda
Di rumah, orang tua dapat membuat sesuatu bersama anak untuk dibagikan di sekolah. Bisa juga membangun empati anak dengan mengajaknya berdonasi. Contoh, menganjurkan anak menyisihkan uang saku untuk disumbangkan.
“Keterampilan sosial tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, melainkan butuh proses panjang sejak usia dini hingga dewasa dan berhubungan erat dengan stimulasi dari orang tua,” ucap Anna Surti Ariana.
***
Demikianlah kiat untuk para orang tua dan juga guru dalam menghadapi tantangan keterampilan sosial anak setelah pandemi mereda. Semoga informasi di atas bermanfaat dan bisa mulai mengajari keterampilan-keterampilan ini dengan baik.
Baca juga:
https://id.theasianparent.com/contoh-sikap-empati
https://id.theasianparent.com/contoh-empati
https://id.theasianparent.com/empati-pada-bayi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.