Riset Temukan Kesemutan Jadi Gejala COVID-19, Ini Faktanya

Tak hanya demam, ada gejala lain yang bisa dirasakan penderita COVID-19. Simak riset berikut!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ada rangkaian gejala yang menandakan bahwa kita terinfeksi COVID-19. Gejala tersebut muncul baik pada sistem pernapasan maupun otak penderitanya. Siapa sangka, kesemuatan sebagai gejala COVID-19 juga dapat dirasakan oleh pasien.

Kesemutan Gejala COVID-19

Selama ini, demam dan kesulitan bernapas menjadi gejala yang khas. Namun, studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa virus Corona juga bisa menimbulkan gejala neuropati hingga berbulan-bulan.

Mengutip laman Harvard Health, neuropati perifer merupakan kerusakan pada saraf perifer di seluruh tubuh. Rupanya, gejala neuropati ini memang lekat dengan infeksi virus dalam berbagai penyakit. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Washington, mereka menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona kemungkinan bisa mengalami neuropati perifer tiga kali lebih besar.

Gejala yang muncul bisa berupa berkurangnya sensitivitas, kesemutan, kelemahan, hingga muncul nyeri di area tangan dan kaki. Simon Haroutounian, kepala penelitian klinis di Washington University Pain Center sekaligus tim peneliti dalam studi mengungkap bahwa beberapa infeksi virus memang berkaitan dengan neuropati perifer.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Kami menemukan bahwa hampir 30 persen pasien yang dites positif COVID-19 juga melaporkan masalah neuropati pada saat diagnosis mereka," ucap Haroutounian, mengutip detik health (27/03/22). 

Artikel terkait: Mengenal Varian XE COVID-19, Lebih Menular dari Omicron

Gejala Tergolong Ringan

Berdasarkan penelitian tersebut, mayoritas pasien yang diteliti melaporkan gejala neuropati yang ringan. Tim melakukan penelitian terhadap pasien yang menjalani tes COVID-19 di Washington University Medical Campus mulai 16 Maret 2020-12 Januari 2021.

Dari sebanyak 1.556 peserta penelitian, sebanyak 542 orang terkonfirmasi positif COVID-19, sedangkan 1.014 orang negatif. Hasilnya, sebanyak 29 persen dari mereka yang terkonfirmasi positif melaporkan gejala neuropati saat diagnosis. Faktanya, ternyata kesemutan gejala COVID-19 mampu bertahan selama 2 minggu bahkan hingga 3 bulan pada 6-7% pasien.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Untuk enam hingga tujuh persen dari mereka, gejalanya bertahan setidaknya selama dua minggu, dan hingga tiga bulan, menunjukkan bahwa virus ini mungkin memiliki efek yang bertahan lama pada saraf perifer," jelasnya yang dikutip dari Express UK, Minggu (27/3/2022).

Artikel terkait: 12 Panduan Saat Harus Tinggal Serumah dengan Pasien COVID-19

Disebabkan Infeksi Virus Lain

Selain COVID-19, ternyata gejala neuropati juga bisa disebabkan oleh infeksi virus lainnya. Misalnya seperti HIV dan herpes zoster karena virus-virus tersebut dapat menyerang dan merusak saraf.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Beberapa infeksi virus, seperti HIV dan herpes zooster berhubungan dengan neuropati perifer karena virus dapat merusak saraf," ujar Haroutounian, seperti dikutip dari laman resmi Washington University School of Medicine.

Maka itu, untuk memahami apakah infeksi virus dikaitkan dengan peningkatan risiko neuropati agar banyak orang tidak terdiagnosis dengan neuropati dan tidak diobati untuk rasa sakit yang terkait dengan masalah tersebut.

Riset ini telah diterbitkan di jurnal Pain. Dia berkata, penelitian lanjutan diperlukan untuk mereplikasi temuan. Ditambah lagi, sulit untuk menentukan varian yang mengakibatkan sebagai gejala pandemi satu ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Dalam kasus HIV, kami tidak menyadari bahwa itu mengakibatkan neuropati selama beberapa tahun setelah epidemi AIDS dimulai. Akibatnya, banyak orang tidak terdiagnosis karena rasa sakit yang berkaitan dengan masalah tersebut," ujarnya.

"Jadi, kami ingin menindaklanjuti beberapa pasien yang memiliki gejala saraf yang menetap dan mempelajari tentang apa yang menyebabkan rasa sakit mereka sehingga kami dapat mendiagnosis dan merawat pasien ini dengan lebih baik ke depannya," pungkas Haroutounian.

Itulah beberapa fakta mengenai kesemutan berkepanjangan yang bisa jadi gejala COVID-19. Semoga artikel ini dapat membuka wawasan dan tetaplah menjaga protokol kesehatan.

Baca juga:

id.theasianparent.com/long-covid-syndrome

id.theasianparent.com/gejala-baru-covid-19-pada-anak

id.theasianparent.com/delirium-adalah

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan