Banyak data menyebutkan bahwa dibandingkan pria, perempuan cenderung sulit merasakan kepuasan seks hingga merasakan orgasme.
Dilansir dari laman WebMD, ada penelitian yang menyebutkan sekitar 10% perempuan di dunia tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual saat melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Kepuasan seks berperan penting dalam langgeng tidaknya sebuah pernikahan
Sementara itu, penelitian lain di Journal of Sexual Medicine mengungkapkan bahwa perempuan yang yang mencapai orgasme atau bisa merasakan kepuasan seksual hanya sekitar 62,9 % saja. Sedangkan, dari total partisipan penelitian ini, laki-laki yang mengalami orgasme mencapai 85,1 %.
Fakta ini tentu saja cukup mengejutkan. Mengingat, kepuasan seksual idealnya bisa dirasakan oleh kedua bela pihak, baik suami atau pun istri. Dengan hubungan seksual yang sehat tentu saja bisa menjaga kualitas bahkan bisa membuat pernikahan semakin kokoh.
Hal ini yang diungkapkan Nadya Pramesrani, M. Psi. ,Psikolog Keluarga, sekaligus Co-Founder Rumah Dandelion.
Kepada theAsianparent Indonesia, psikolog yang sering kali menangani kasus rumah tangga ini menegaskan, apabila kehidupan seksual memburuk bisa berdampak pada kebahagiaan seseorang secara keseluruhan.
“Bagi pasangan suami istri, kebutuhan seks ini bisa diibaratkan sebagai kebutuhan makan dan minum. Kebayang tidak apa jadinya jika kita tidak makan dan minum?
Selain itu banyak penelitian yang membuktikan bahwa perceraian banyak dipengaruhi karena terjadinya perselingkuhan. Sementara, selingkuh ini ada hubungannya dengan ketidakpuasan yang dilihat dari aspek kehidupan seksual. Jadi memang bisa dikatakan kalau kualitas seks rendah bisa jadi faktor risiko yang membuat pernikahan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya,” paparnya.
Nadya melanjutkan, bagi perempuan untuk bisa merasakan kepuasan seks memang bisa dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah satu yang banyak tidak disadari adalah bagaimana seorang perempuan memandang citra dirinya sendiri atau body image.
“Memang tidak secara langsung, tapi ketika perempuan memiliki body image yang negatif bada dirinya sendiri, maka bisa menghambat sexual activity-nya. Hal inilah yang kemudian bisa akan memengaruhi kepuasan seks yang dirasakan perempuan.”
Memiliki body image negatif bisa pengaruhi kepuasan seks perempuan
Menikah hampir 12 tahun, membuat Embun Clemira semakin menyadari bahwa untuk mencapai kebahagiaan rumah tangga memang dipengaruhi beragam faktor. Salah satunya tentu saja terkait dengan kepuasan seks yang dirasakan oleh kedua belah pihak.
Sayangnya, seiring dengan bertambahnya usia, termasuk telah merasakan proses kehamilan selama 3 kali, mau tidak mau membuat perubahan besar pada tubuhnya.
“Hamil, punya anak 3 membuat berat badan saya nambah terus. Belum lagi sisa-sisa stretch marks di beberapa area tubuh seperti perut dan paha, termasuk keloid bekas operasi. Kondisi ini bikin saya nggak percaya diri. Rasanya sudah nggak seksi lagi mata suami,” tuturnya.
Embun menambahkan, “Sampai pada satu titik, saya akhirnya jadi malas untuk make love. Kalau suami ‘minta’, sering cari alasan buat nolak. Kalau pun mengiyakan, ujung-ujungnya sering pura-pura orgasme biar suami senang.”
Embun melanjutkan, “Beruntung akhirnya saya sadar sendiri kalau nggak bisa terus kaya begini. Mau sampai kapan pura-pura? Capek. Akhirnya ngobrol sama suami, keluarin unek-unek. Dan yang paling utama saya mengubah mindset, saya memang harus mencintai diri sendiri lebih dulu,” tukasnya.
Apa yang dirasakan Embun tentu saja bisa dirasakan oleh perempuan mana pun di belahan dunia ini. Tanpa disadari, faktor penting yang bisa meningkatkan kepuasan seks pada perempuan juga datang dari citra tubuh atau body image yang dimiliki.
Sementara, banyak perempuan yang kurang memiliki citra tubuh yang baik terhadap dirinya sendiri. Sering menganggap tubuhnya tidak ideal, memiliki badan terlalu besar, bahkan tidak percaya diri dengan kondisi alat kelaminnya sendiri. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan rasa tidak puas dan berujung dengan hilangnya rasa percaya diri saat melakukan hubungan seksual.
Rasa tidak percaya diri sering membuat perempuan menghindari hubungan seksual
Mirisnya, 52% perempuan sampai sengaja menghindari hubungan seksual walaupun sudah ‘turn on’ hanya karena merasa sedang tidak siap atau tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnya.
Dan 13 % perempuan mengaku hanya mau berhubungan seksual dalam keadaan gelap karena merasa tidak percaya diri. Fakta ini dipaparkan dalam acara Andalan Feminine Care mengadakan acara “Pillow Talks with Andalan: The Untold Facts of Intimate Beauty”.
Bagi perempuan, cara melihat tubuh memang memiliki dampak besar pada perasaan hasrat seksual dan kemampuan mereka untuk terangsang.
Hal ini ditegaskan oleh dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM) di dalam acara tersebut. Sexologist ini mengungkapkan banyak perempuan yang tidak percaya diri karena mengalami perubahan pada dirinya.
Biasanya, kondisi ini memang akan dirasakan seiring bertambahnya usia, termasuk perubahan tubuh setelah melahirkan dan punya anak.
“Biasanya setelah melahirkan, tubuh perempuan itu akan berubah. Makin gemuk. Hal inilah yang memunculkan rasa tidak percaya diri.”
Fakta menarik lainnya yang dipaparkan dr. Haekal, perempuan ternyata lebih senang bercinta di ruangan gelap atau remang-remang.
“Sebanyak 13 persen perempuan ingin bercinta di ruang gelap atau remang-remang. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor psikis perempuan yang memang lebih nyaman berhubungan intim di ruangan gelap.”
Bentuk organ intim yang tak ‘ideal’ sering membuat perempuan merasa insecure
Ditambahkan dr. Haikal, salah satu hal yang kerap kali mengurangi rasa tidak percaya diri juga terkait dengan kesehatan organ intim. Biasanya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya kesehatan seksual & reproduksi membuat perempuan merasa risih dan malu untuk membahas masalah kesehatan organ intim.
Padahal, hal ini sering membuat perempuan merasa ‘insecure’ yang berujung dengan timbulnya masalah dalam kehidupan seksual.
Di sisi lain, belakangan ini perempuan juga mulai concern dengan bentuk genitalnya. Dari kacamata seksologi, dr. Haikal mengatakann jika bentuk genitalia sebenarnya tidak berpengaruh terhadap gairah seksual selama anatomi dan fungsinya normal.
Fungsi seksual tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik saja. Tapi ada faktor psikis yang berperan.
“Ekspektasi yang berlebihan akan tampilan organ reproduksi yang ‘indah & sedap dipandang’ dapat menurunkan rasa percaya diri, sehingga berpotensi mengganggu kehidupan seksual. Dengan demikian, sebaiknya kedua belah pihak bisa saling menerima kelebihan serta kekurangan pasangannya,” ujarnya.
Ditemui di acara yang sama, dr. Dinda Derdameisya Sp.OG selaku Aesthetic Gynaecologist, mengatakan bahwa kondisi organ reproduksi sebenarnya tidak berbeda dengan bagian wajah. Ada wajah yang tidak asimetris, simetris, dan memiliki warna yang terang maupun gelap.
“Jadi kalau memang organ intim dirasa tidak putih atau berwarna gelap, ya wajar saja. Lagi pula tidak ada standar kecantikan khusus untuk genitalia, sama seperti standar kecantikan wajah. Kecantikan genitalia masuk ke ranah estetik, tapi jika tidak ada indikasi, tidak usah diubah karena dapat menimbulkan suatu komplikasi atau risiko,” tuturnya.
Hanya saja, dokter kandungan yang berpraktik di Brawijaya Women and Children’s Hospital ini mengingatkan agar para perempuan atau istri untuk menjaga kesehatan organ intim. Caranya, bisa dimulai dengan menggunakan sabun kewanitaan yang membantu menjaga pH vagina tetap asam, sehingga mencegah bakteri dan jamur serta infeksi lainnya tidak mudah masuk.
“Apalagi dengan aktivitas perempuan modern saat ini yang sangat sibuk. Sabun kewanitaan yang mengandung prebiotics alami dapat membantu untuk menjaga keasaman area vulva serta dapat mengaktifkan bakteri baik,” tambahnya.
Setidaknya, dengan menjaga dan memastikan kondisi organ intim sehat, tidak berbau, tentu saja bisa menimbulkan rasa percaya diri dan memunculkan body image yang baik terhadap diri sendiri.
Artikel terkait : Intimate Beauty, persepsi kecantikan yang membuat wanita tak PD di ranjang
Kepuasan seks bisa diraih bila wanita punya body image positif tentang dirinya
Pada dasarnya, kepuasan seks perempuan memang bisa dipengaruhi oleh beragam faktor, misalnya hormon. Pada perempuan, hormon estrogen memiliki peran penting karena bertanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ciri-ciri seksual perempuan.
Hormon estrogen ini mengalirkan darah di pembuluh darah dan mengikat reseptor estrogen pada sel-sel di jaringan-jaringan khusus, yang memengaruhi bagian payudara, uterus, dan juga otak, tulang, hati, jantung, dan jaringan lainnya.
Untuk mendapatkan kepuasan seks, faktor penting lainnya tentu saja dengan memiliki citra tubuh yang baik terhadap dirinya sendiri. Jika seorang perempuan merasa tubuhnya tidak menarik, tentu saja menyebabkan harga diri seksual yang lebih rendah sering mengarah pada penghindaran aktivitas seksual.
“Punya body image yang positif sebenarnya akan terlihat dari luar. Bagiamana kita, sebagai perempuan bisa mengeluarkan sex appeal kalau belum apa-apa sudah tidak percaya diri? Bagaimana bisa ‘menggoda’ suaminya agar hubungan seksual bergairah?” ujar Nadya.
Tips agar bisa memiliki body image positif menurut psikolog
Psikolog keluarga ini pun memberikan beberapa tips bagi para perempuan atau istri agar memiliki body image postitif yang akan memengaruhi kepuasan seks. Apa saja?
1. Pahami diri sendiri
“Get to know your self. Coba cari tahu saat apa kamu merasa seksi? Ini nggak harus saat intercourse, tapi bisa dimulai saat foreplay. Misalnya, merasa seksi saat sexting dengan pasangan. Cari tahu tindakan atau kegiatan apa yang bikin kamu ngerasa seksi. Saat merasa powerfull. Ada perempuan yang merasa seksi saat presentasi di depan klien, ada juga yang merasa seksi ketika sedang masak. Dari sini bisa membantu menimbulkan body image yang positif.”
2. Cari anggota tubuh yang disukai
“Coba berkaca, lihat diri sendiri dengan menggunakan lingerie. Apa yang kamu lihat? Apa yang kamu sukai dari tubuh kamu? Biasanya kan yang dilihat bagian tubuh yang besar, perut yang gendut. Tapi coba peratikan hal kecil, dari ujung rambut sampai kaki, lihat anggota tubuh mana yang paling kamu suka. Body image yang positif itu harus dimulai dari diri sendiri. Bagaimana kita mengontrol pikiran kita.”
3. Tanya ke pasangan, “Apakah saya masih menarik?”
“Kalau saran pertama dan kedua harus fokus ke diri sendiri, yang ketiga coba tanya ke pasangan. Ini mungkin susah dilakukan, tapi sebenarnya perlu. Saat mendengar jawaban suami, nggak perlu baper. Tanya, ‘Aku masih menarik nggak? Menurut kamu, sebaiknya aku harus gimana, ya? Apa yanh harus saya lakukan untuk bisa merangsang kamu?’,”
“Sayangnya istri sering berdalih, dengan mengatakan kalau badannya besar ini kan lumarh saja karena sudah punya anak, nggak punya waktu untuk olahraga. Di sini yang dibutuhkan adala open communication. Diskusi.”
Selaku sexolog, dr. Haekal Anshari juga mengingatkan, untuk mencapai kepuasan seksual, pasangan suami istri perlu berkomunikasi secara terbuka untuk mencari tahu segala hambatan yang dirasakan. Karena penyebabnya bisa berupa psikis maupun fisik.
“Tujuan melakukan hubungan intim itu untuk mendapatkan kehidupan seksual yang menyenangkan yang dapat dicapai bila memenuhi tiga syarat: pertama, ada keterlibatan emosional di antara pasangan; kedua, tidak ada gangguan fungsi seksual baik fisik maupun psikis; ketiga, dapat memberikan kepuasan seksual bagi kedua belah pihak,” tegasnya.
Jadi, sudah siap memperbaiki hubungan seksual agar sama-sama mencapai kepuasan seks?
***
Baca juga:
Kehidupan Seks Mulai Membosankan? Yuk Lakukan 5 Hal Berikut Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.