Ada banyak alasan mengapa orangtua bunuh diri. Salah satu penyebab paling utama adalah karena rasa depresi berkepanjangan yang mugkin sulit dipahami oleh orang lain.
Dew Chaiyanara, seorang ibu yang menderita Premenstrual Dysphoric Disorder telah berjuang mengatasi depresinya selama bertahun-tahun. Terkadang, muncul pikiran-pikiran mengganggu dan suara-suara aneh berbisik di telinga Dew yang memintanya untuk melompat ke rel sesaat sebelum kereta melintas, melompat dari mobil yang bergerak di saat lalu lintas padat, mengiris pergelangan tangan dengan pisau, atau membenamkan kepala ke dalam air.
Dew juga pernah mengalami kesedihan akibat keguguran yang membuatnya hancur dan berada di titik terendah dalam hidupnya.
Akan tetapi, bunuh diri bukan hanya persoalan mengakhiri hidup saja. Perbuatan tersebut juga akan berdampak pada orang terdekat seperti keluarga.
Alasan terbesar yang membuat Dew akhirnya melawan pikiran-pikiran untuk bunuh diri adalah anak perempuannya yang berusia lima tahun. “Saya tidak ingin anak saya tumbuh tanpa ibu atau mengalami trauma karena kehilangan orang tua di usia yang masih dini.”
Bagi Dew, tindakan bunuh diri bukanlah sebuah aksi keberanian, melainkan sebuah sikap egois, terutama jika ia memiliki anak yang bergantung padanya. Orangtua bunuh diri berarti ia hanya memikirkan diri sendiri dan mengabaikan serta menghancurkan kehidupan anak.
Memang terkadang, orangtua bunuh diri karena tidak tahan lagi menanggung beban mental dan ingin segera mengakhirinya. Namun tetap saja alasan tersebut sulit diterima mengingat nasib anak-anak yang mereka tinggalkan.
Dampak negatif orangtua bunuh diri terhadap anak
Meskipun Anda pikir bahwa pasangan memiliki kemampuan untuk membesarkan anak sendiri, tetapi orangtua bunuh diri memiliki banyak sekali dampak negatif terhadap anak. Dia tidak akan pernah lagi menjadi anak yang sama, yang memiliki keceriaan ketika orangtuanya masih hidup.
Berikut ini adalah hal yang bisa terjadi pada anak jika orangtua bunuh diri:
- Merasa sedih terus menerus
- Menyalahkah diri sendiri
- Menarik diri dari pergaulan dan aktivitas normal
- Tidak mau sekolah
- Kebiasaan tidur yang berubah
- Nafsu makan berkurang
- Mudah marah
- Mati rasa emosional
- Amnesia selektif (memilih lupa akan hal tertentu)
- Risiko tinggi bunuh diri
Apakah bunuh diri tindakan egois?
Mereka yang kehilangan orang tercintanya karena bunuh diri, tentu tidak mau orang tersebut hidup menderita. Namun, mereka juga ingin orang tersebut tetap hidup.
Beberapa artikel di dunia maya menyebut bahwa bunuh diri bukanlah tindakan egois. Mereka yang berpendapat demikian adalah orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri dan berhasil selamat.
Mereka berargumen bahwa orang yang tidak pernah mengalami depresi tak akan pernah mengerti jalan pikiran orang yang ingin bunuh diri.
Artikel terkait: Seorang Ibu Bunuh Diri Bersama Bayinya Karena Depresi Pasca Melahirkan
Kasus bunuh diri ternyata tidak hanya menimpa orang-orang depresi. Banyak juga yang melakukan bunuh diri karena persoalan cinta, atau bahkan tidak lulus UN pun bisa memicu tindakan bunuh diri.
Mereka tidak mengalami depresi, namun terlalu takut menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Hampir setiap tahun, kita mendengar kabar kasus bunuh diri karena tidak lulus UN.
Kasus bunuh diri Oka Mahendra juga tidak diawali dengan depresi. Justru dia adalah anak berbakat yang memiliki segudang cita-cita.
Karena itu, kita bisa menyimpulkan bahwa bunuh diri adalah tindakan egois yang dilakukan oleh seseorang karena tidak berani menghadapi hidup. Dan yang paling egois di antara pelaku bunuh diri ini adalah orangtua yang tidak memikirkan nasib anak-anaknya setelah kepergian mereka.
Anak-anak melihat orangtuanya sebagai teladan. Mereka mencintai ayah dan ibunya dengan sepenuh hati tanpa melihat kekurangan yang dimiliki orangtua.
Ketika orangtua bunuh diri, anak akan mendapatkan kesan yang salah. Mereka akan berpikir bahwa cinta yang mereka berikan tidaklah cukup bagi orangtuanya.
Anak-anak akan merasa tidak cukup berharga untuk membuat ayah atau ibunya bertahan dan terus berjuang menghadapi hidup yang berat.
Poin penting: Orangtua yang bunuh diri hanya ingin mengakhiri penderitaan
Banyak pihak yang salah memahami bahwa orang yang bunuh diri memang ingin hidupnya berakhir. Padahal sebenarnya dia hanya ingin penderitaan dan rasa sakit yang ia alami hilang.
Mereka yang berpikir untuk bunuh diri harus mendapat pertolongan. Jangan beri dukungan ataupun simpati pada mereka yang ingin bunuh diri.
Sebaliknya, berikan dorongan agar mereka tetap hidup. Ingatkan mereka bahwa bunuh diri bukanlah satu-satunya jalan keluar menghadapi kesulitan hidup.
Menganggap bahwa bunuh diri adalah normal merupakan hal berbahaya bagi orang-orang rapuh dan malah melanggengkan lingkaran setan aksi bunuh diri.
Bila Anda menderita depresi, berada dalam titik terendah dalam hidup, dan merasakan penderitaan yang teramat sangat, segeralah mencari pertolongan. Ceritakan masalah pada orang yang Anda percaya bisa menolong Anda.
Bila terbersit dalam pikiran Anda untuk bunuh diri, ingatlah hal-hal menyenangkan dalam hidup yang akan Anda lewatkan jika pergi dari dunia ini. Seperti:
- Senyum ceria anak Anda
- Kehangatan pelukan mereka saat menyambut Anda pulang ke rumah
- Suara tawa mereka saat Anda mengajaknya bercanda
- Perasaan bahagia ketika melihat mereka tidur dengan tenang
Coba pikirkan berulangkali jika Anda merasa ingin mati. Pikirkan apa dampaknya bagi anak Anda jika dia melihat orangtua bunuh diri, misalnya masa depannya akan suram atau kesehatan mentalnya akan terganggu.
Percayalah, masih banyak orang yang mencintai Anda, terutama anak-anak Anda. Apa pun kesulitan yang Anda hadapi, Anda pasti bisa melaluinya dengan baik.
Seburuk-buruknya kondisi orangtua, anak lebih memilih orangtuanya hidup bersama mereka, dibandingkan meninggalkan mereka sendirian di dunia ini. Mereka membutuhkan orangtuanya untuk tetap hidup dan menjadi tempat mereka mencurahkan kasih sayang.
Beranilah untuk menjalani hidup demi keluarga dan anak-anak Anda. Jika Anda membutuhkan bantuan atau ingin berkonsultasi mengenai depresi dan kesehatan mental, Anda dapat menghubungi layanan pencegahan bunuh diri yang dikelola Kementrian Kesehatan RI di nomer telepon 500-454.
Disarikan dari tulisan Dew M. Chaiyanara di theAsianparent Singapura
Baca juga:
Surat Seorang Suami yang Istrinya Bunuh Diri Akibat Depresi Pasca Melahirkan