Kecelakaan mahasiswa UIN Jakarta yang dialami Nurul Faqih (22), meninggalkan duka mendalam bagi kedua orangtuanya. Penantian kedua 0rang tua Faqih untuk menyaksikan buah hatinya di atas podium untuk wisuda terpaksa kandas. Siapa sangka, maut telah lebih dulu menjemput nyawa putra yang yang sangat dibanggakan.
Kejadiaan nahas ini itu terjadi pada Minggu (1/12/2019) di Ciputat, Tangerang Selatan. Nurul Faqih yang hendak berangkat wisuda bertabrakan dengan pengendara motor lain hingga merenggut nyawanya.
Menurut keterangan Kapolsek Ciputat Kompol Endy Mahandika, kecelakaan itu tepatnya terjadi di depan kantor Bens Radio. “Itu tepatnya di Bens Radio, intinya adu banteng motor sama motor, yang satu meninggal,” kata Endy dikutip dari detik.com.
Saat kecelakaan, orangtua Nurul Faqih sudah menanti kehadirannya di kampus UIN Jakarta. Saat itu orangtua Faqih sempat mencari dan menanyakan anaknya yang tak kunjung datang.
“Infonya demikian, karena tadi satpam dan petugas kita yang jaga pengamanan wisuda UIN itu ada orangtua mencari anaknya. Kemudian disampaikan bahwa anaknya meninggal pada saat kecelakaan tadi pagi,” tuturnya.
Artikel terkait: Meninggal di Kereta; Kisah Mengharukan Bayi Pejuang Atresia Bilier
Sumber foto: Okezone.com
Kronologi kecelakaan mahasiswa UIN Jakarta, Nurul Faqih
Faqih diketahui mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion diketahui ‘adu banteng’ dengan pengemudi Honda Scoppy berinisial LB. Saat melewati tikungan, pengendara LB diduga hilang kendali dan menabrak Faqih. Karena posisi tabrakan seperti ‘beradu banteng’ bagian depan kedua motor pun hancur.
“Sesampainya di TKP (depan Bens Radio), diduga hilang kendali kekanan karena kondisi jalan yang menikung, sehingga menabrak korban yang membawa Vixion,” kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Tangerang Selatan AKP Bayu Marfiando, dikutip dari liputan6.
Diketahui, Faqih mengalami memar pada wajah dan pendarahan di kepala. Sedangkan pengendara Scoopy itu mengalami luka berat dan masih menjalani perawatan di RS Fatmawati.
Faqih langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian. Jasadnya langsung dibawa ke RSUP Fatmawati. Saat ini jasad sudah dikembalikan ke keluarga dan dibawa ke kota asalnya, Indramayu, Jawa Barat.
Sumber foto: Okezone.com
Prosesi wisuda diwakili oleh sang kakak
Mengutip dari akun Instagram @uinjktofficial, kabar duka ini disampaikan dalam prosesi wisuda, dan seluruh civitas akademik menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian Faqih.
View this post on Instagram
“Innalillahi wa inna ilaihi roojiun..
Selamat jalan saudaraku Nurul Faqih bin Hasanudin (Fakultas Psikologi), hari ini adalah hari wisudamu, tapi Allah Yang Maha Kasih lebih dulu memanggilmu untuk menghadapNya. Semoga Allah SWT memberikan tempat bagimu di sisiNya dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran.
Lahu Alfatihah..
#UINberduka
#uinjkt
#wisudauinjkt114,” tulis Akun resmi UIN Jakarta.
Sang kakak yang diketahui bernama Imam Rosyadi naik ke atas panggung mewakili adiknya yang sudah menghadap sang Khalik. Dalam video tersebut, Imam berjalan didampingi seseorang menuju atas panggung dan menerima ijazah Faqih dari Rektor UIN Jakarta, Amany Lubis.
Dikutip dari laman Kompas.com, Imron Rosyadi menuturkan bahwa seluruh anggota keluarga telah mengikhlaskan ‘kepulangan’ sang adik.
Ia pun menambahkan bahwa tidak memiliki firasat apapun atas peristiwa ini. Pun dengan keluarga besarnya. Malah, malam sebelum kecelakaan, Imron mengaku mengunjungi adiknya ini di indekosnya.
“Tidak ada firasat apa-apa. Malah malamnya itu kami masih bercanda bareng,” ujar Imron kepada KOMPAS.com melalui sambungan telepon, Senin (2/12/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan kalau Nurul Faqih izin kepada keluarga yang datang dari Indramayu, untuk berangkat lebih dahulu. Pasalnya, almarum harus mempersiapkan untuk acara wisuda karena ia dipercaya jadi koordinator fakultas untuk pelaksanaan wisuda.
Duka mendalam orangtua yang kehilangan seorang anak
Kehilangan seorang anak, tentu saja menjadi ‘pukulan’ berat bagi orangtua manapun. Apalagi jika peristiwa kehilangan anak terjadi pada saat momen yang seharusnya dirayakan dengan bahagia, seperti yang dialami orangtua mendiang Faqih. Perasaan sedih dan trauma pasti akan dirasakan setiap orangtua, tak terkecuali bagi orangtua Faqih.
Kepergian seseorang yang dicintai tentu saja bisa menimbulkan beragam reaksi. Terutama saat seorang anak meninggal, di mana orangtua akan berduka seiring dengan hilangnya semua harapan dan impian yang mereka miliki untuk anak mereka.
Dalam hal ini Zoya Amirin selaku psikolog menandaskan bahwa pada saat orangtua lebih dulu ‘ditinggalkan’ oleh anaknya, akan ada beragam perasaan yang yang akan muncul.
“Jika mau menangis, menangislah.. tidak perlu ditahan. Atau, malah melarang orang yang baru saja ditinggalkan orang yang dikasihinya untuk menangis. Karena pada dasarnya ada beberapa tahapan emosi yang akan muncul pada saat seseorang sedang berduka,” tukasnya.
Tahapan emosi yang dirasakan saat sedang berduka
Reaksi kesedihan setelah kematian seorang anak mirip dengan yang terjadi setelah kehilangan lainnya, tetapi seringkali lebihkehilangan seorang anak akan lebih intens dan bertahan lebih lama. Orang tua biasanya mengalami reaksi duka sebagai berikut:
- Terkejut, kebingungan, tidak percaya, dan menyangkal, bahkan jika kematian anak itu diperkirakan
- Kesedihan dan keputusasaan yang luar biasa, sehingga menghadapi tugas sehari-hari atau bahkan bangun dari tempat tidur bisa terasa sangat berbeda
- Rasa bersalah yang ekstrim. Beberapa orang tua akan merasa telah gagal dalam peran mereka sebagai pelindung anak mereka dan akan memikirkan apa yang seharusnya mereka lakukan secara berbeda
- Kemarahan yang intens dan perasaan pahit dan tidak adil pada kehidupan yang tidak terpenuhi
- Takut atau takut sendirian dan terlalu melindungi anak-anak mereka yang masih hidup
- Merasa bahwa hidup tidak memiliki makna dan ingin dibebaskan dari rasa sakit atau untuk bergabung dengan anak yang sudah meninggal
- Mempertanyakan atau kehilangan iman atau keyakinan spiritual – asumsi tentang dunia dan bagaimana hal-hal seharusnya tidak sesuai dengan kenyataan kematian seorang anak
- Memimpikan anak atau merasakan kehadiran anak di dekatnya
- Merasa kesepian dan keterasingan yang intens, bahkan ketika dengan orang lain
Orangtua sering merasa bahwa tidak ada yang benar-benar memahami bagaimana perasaan mereka saat kehilangan seorang anak. Beberapa orang berharap bahwa kesedihan harus diselesaikan selama waktu tertentu, seperti satu tahun, tetapi tidak selalu dilakukan banyak orang tua. Namun seiring waktu, gelombang kesedihan berangsur-angsur berkurang, tetapi perasaan sedih dan kehilangan mungkin akan selalu ada.
Mari kita doakan, semoga mendiang Faqih mendapatkan tepat terbaik disisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
***
Referensi: Liputan6, detik.com, healing hearts
Baca juga
Penyesalan istri saat suami meninggal: "jangan pernah tidur dalam keadaan marah"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.