Makan di luar bersama anak kadang membutuhkan kesabaran ekstra ya, Bun. Anak-anak cenderung berbuat sesuka hati mereka sehingga susah diatur. Tentunya, tiap keluarga memiliki aturan yang berbeda soal ini. Mungkin ada keluarga yang apa adanya tanpa aturan tertentu. Tetapi, ada juga yang membuat kesepakatan sebelum pergi, termasuk reward dan hukuman seandainya terjadi pelanggaran kesepakatan.
Terlepas ada atau tidaknya aturan dan kesepakatan bersama, alangkah baiknya kebiasaan saat makan berikut ini diajarkan ke anak-anak agar tidak terlalu “memalukan” dan “rusuh” saat makan di luar. Kita pun akan bisa menikmati makan luar bersama dengan tenang.
Beri pengertian juga kepada anak bahwa makan bersama di luar adalah momen yang jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing. Jadi sebisa mungkin momen ini dianggap sebagai quality time alias waktu berharga bersama keluarga.
1. Makan di Luar Bersama Anak, No Gadget
Salah satu manner yang sebisa mungkin diajarkan adalah tidak ada gawai yang dimainkan selama makan. Makan ya makan, sesekali ngobrol dengan anggota keluarga yang lain saat makan bersama. Selesai makan, barulah anak-anak boleh bermain gawai. Orang tua berperan besar dalam hal ini karena memberi contoh yang baik tidak bermain gawai selama makan adalah salah satu cara membiasakan hal ini.
Bagi yang terbiasa memberikan gawai saat menyuapi anak tentu membiasakan hal ini sangat sulit dilakukan. Namun, bukan berarti hal yang mustahil. Distraksi gawai selama makan memang sebisa mungkin dihindarkan meski tidak makan di luar sekalipun.
2. Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan
Kebiasaan ini tentu sudah dilakukan di rumah. Sebelum makan, dibiasakan cuci tangan dengan sabun. Sesudahnya juga tak lupa cuci tangan lagi. Tentunya hal ini sudha menjadi pengetahuan umum tentang kesehatan dan kebersihan.
Saat makan di luar, tentunya rumah makan menyediakan tempat untuk cuci tangan. Kalaupun terpaksa tidak ada, jangan lupa menggunakan hand sanitizer yang harus selalu dibawa. Terlebih pada masa pandemi seperti ini, cuci tangan juga merupakan bagian dari protokol kesehatan selain memakai masker dan menjaga jarak.
3. Menghabiskan Makanan Tanpa Bersisa
Menghabiskan makanan tanpa bersisa adalah kebiasaan baik yang sebisa mungkin diajarkan ke anak sejak kecil. Itu berarti anak diajari untuk selalu mensyukuri nikmat makanan yang mereka makan dan menghargai juru masak yang sudah memasakkan santapan untuk mereka. Kebiasaan ini juga harus dilakukan di rumah, saat sendiri atau bersama, dengan atau tanpa diawasi oleh orang lain.
Kalau makan di rumah makan prasmanan, biarkan anak mengambil makanan yang ia inginkan dengan porsi secukupnya. Dengan begitu, kita akan membuat kesepakatan kalau semua yang diambilnya harus habis dimakan. Kalau makan di rumah makan yang makanannya sudah ditentukan, semisal ada yang tidak disukainya, ajarkan anak untuk menyingkirkannya di tepi piring. Tak masalah jika anak memiliki makanan favorit dan makanan yang tak disukainya. Namun, terlalu pilih-pilih juga kadang menjadi kerepotan kita sendiri saat membawa anak makan di luar dan ternyata makanannya tak sesuai harapan anak.
Kebiasaan bersyukur dengan menghabiskan makanan ini juga dibarengi dengan kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah makan. Ada keluarga yang membiasakan berdoa bersama sebelum makan dengan dipimpin salah satu anggota keluarga, tetapi ada juga yang melakukannya sendiri-sendiri.
4. Membereskan piring dan meja
Setelah selesai makan, sebaiknya kita mengajarkan ke anak untuk merapikan meja dan kursi tempat kita makan menjadi bersih lagi sehingga bisa nyaman untuk orang lain setelah kita. Perasaan tidak enak hati alias pekewuh kepada orang lain mungkin bisa menjadi faktor penarik kenapa kita melakukan hal ini. Faktor pendorongnya ya tentu saja karena kita ingin menjaga kebersihan di manapun kita berada.
Kebiasaan ini sebenarnya terinspirasi dari kebiasaan makan di luar negeri. Di negara Jepang misalnya, karena banyak restoran yang self-service, biasanya kita harus menaruh gelas, sendok/sumpit, dan piring makan kita ke tempat yang sudah ditentukan, lalu membuang sampahnya ke tempat sampah. Di Indonesia, kebiasaan ini juga ada di restoran fast food macam McDonnald’s, Burger King, KFC, dll. Pengunjung didorong untuk membuang sampah di tempat sampah yang dipisahkan dan menaruh nampan di tempatnya.
Kalau di rumah makan biasa kemungkinan tidak ada self service ini. Namun, membiasakan menumpuk gelas dan piring kotor di tengah adalah hal baik. Piring kotor dijadikan satu, makanan sisa dijadikan satu, lalu sendok ditaruh di piring paling atas. Gelas kotor dijejer, sedotan dan sendok kotor dijadikan satu dan ditaruh dalam satu gelas. Jangan lupa, untuk mengelap bercak air/kuah atau saos yang berceceran di meja dengan tisu dan membuang tisunya di tempat sampah.
Selain membantu pelayan yang akan mengambil piring kotornya, pemandangan rapi dan bersih juga kadang membuat kita namaste. Nantinya mungkin akan disemprot disinfektan juga oleh pelayannya. Tetapi setidaknya, menjaga image keluarga yang bukan jorok-jorok amat juga menjadi nilai plus.
Ah, membereskan piring kotor itu sudah jadi tugas pelayan, kan? Memang benar, sudah menjadi tugas mereka, tapi tak buruk juga membantu sedikit dari tugas mereka. Lagipula, kebiasaan membereskan gelas dan piring makan juga sudah dilakukan di rumah sendiri. Jadi, sebenarnya bukan hal yang istimewa juga.
Itulah beberapa kebiasaan dan manner makan di luar bersama anak yang setidaknya bisa kita mulai ajarkan kepada mereka. Kebiasaan baik ini tentu saja akan berdampak baik seandainya dilakukan dengan benar dan terus menerus. Siapa tahu kan bisa menular ke orang lain dan keluarga lain juga.
Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
4 Alasan Para Bunda Menyukai Drakor Romcom dengan "Happy Ending"
4 Kiat Berbagi Peran dalam Keluarga untuk Jaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi