Miris, Anak Terpaksa Bawa Jenazah Ayahnya di Atas Mobil karena Tak Ada Ambulans

undefined

Seorang anak terpaksa membawa jenazah ayahnya dan diikat di atas mobil karena tak ada ambulans. Kondisi ini merupakan dampak dari tsunamsi COVID-19 di India.

Kasus COVID-19 di India sedang melonjak tajam, bahkan pelayanan kesehatan di sana mulai keteteran, begitu juga dengan petugas ambulans yang kian berkurang. Kondisi ini membuat seorang anak membawa jenazah sang ayah diikat di atas mobil untuk menuju tempat kremasi atau krematorium.

Lantas, seperti apa berita selengkapnya? Simak fakta-faktanya berikut ini.

Fakta tentang Anak yang Membawa Jenazah Ayah Diikat di Atas Mobil

Bagai tsunami COVID-19, negara Hindustan tersebut mencatat 320.000 infeksi virus Corona baru, dengan jumlah kematian mendekati 200.000 kasus. Saat ini, India memiliki jumlah kasus tertinggi kedua dari negara manapun di dunia.

1. Jenazah Ayah Diikat di Atas Mobil karena Tidak Ada Ambulans

Jenazah Ayah DIikat Diatas Mobil

Melansir dari Kompas.com, kurangnya fasilitas pelayanan ambulans karena melonjaknya penderita pasien COVID-19, membuat seorang anak di India membawa jenazah ayahnya ke krematorium untuk dikuburkan dengan cara diikat di atas mobilnya sendiri.

Agra, daerah tempat sang anak tersebut tinggal, tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Dilaporkan ada 600 kasus setiap hari di Agra. Hal itu membuat para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan penuh sesak. Ambulans pun kurang.

Dampaknya, orang-orang harus menunggu hingga enam jam untuk membawa jenazah kerabat mereka ke krematorium. Seperti halnya seluruh kota India, Agra pun sedang berjibaku menghadapi gelombang kedua virus Corona yang jauh lebih mengerikan.

2. Gelombang Kedua COVID-19 Meluluhlantakkan Sistem Kesehatan

Jenazah Ayah DIikat Diatas Mobil

Melansri laman Daily Mirror, Selasa (27/4/2021) bahwa politisi menyalahkan parta penguasa Bharatiya Janata (BJP) dan dianggap tidak becus mengurus pandemi. Akibatnyam rumah sakit swasta di sana menolak pasien. Namun, kota tersebut tetap kebanjiran dari distrik tetangga.

Secara keseluruhan, gelombang kedua bagaikan tsunami ini meluluhlantakkan sistem kesehatan setempat. Banyak pasien yang meninggal di jalanan saat mereka mencari rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Artikel terkait: Benarkah Kafein Dapat Mengurangi Kesuburan? Cek Faktanya di Sini!

3. Ada Korban Meninggal Setiap 4 Menit

Jenazah Ayah DIikat Diatas Mobil

Lantaran tak terbendungnya jumlah pasien penderita COVID-19, media lokal India mewartakan bahwa ada satu orang meninggal setiap empat menit di ibu kota New Delhi. Ruang perawatan intensif di sana pun penuh, bahkan fasilitas medis setempat sampai mengirim permohonan bantuan.

Mereka merasa kewalahan, sumber daya pun tak cukup menampung penderita. Tak hanya fasilitas medis, petugas krematorium pun mulai sangat kewalahan karena jenazah korban Corona terus berdatangan.

4. Pejabat Setempat Diperintahkan Memotong Pohon sebagai Bahan Bakar

Melonjaknya jenazah yang harus dilakukan penguburan dengan cara kremasi membuat krematorium pun krisis kayu bakar sebagai media pembakaran jenazah. Sehingga pejabat setempat diperintahkan untuk memotong pohon sebagai bahan bakar.

Artikel terkait: Viral Dokter Bedah Buka Puasa Saat Operasi Pasien, Aksinya Menuai Pujian

5. Kondisinya Sangat Buruk, Banyak Negara Tetangga Ingin Membantu

Kesulitan yang dialami Negeri Bollywood itu membuat Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallaca, menjanjikan bantuan. Mengutip dari Kompas.com, Menteri Pertahanan Inggris tersebut mengatakan kepada Sky News bahwa situasi di negara Asia Selatan tersebut “tak tertahankan”.

Wallaca menyatakan, London sudah mengirimkan konsentrator oksigen dan ventilator untuk mengurangi beban India dengan kasus tsunami COVID-19 gelombang kedua tersebut.

6. Kondisi India Saat Ini Mengerikan

Miris, Anak Terpaksa Bawa Jenazah Ayahnya di Atas Mobil karena Tak Ada Ambulans

Seorang wartawan perang Irak, Jeffrey Gettleman, menceritakan betapa mengerikannya kondisi di sana. Sebagaimana diwartakan New York Times, Selasa (27/4/2021), India saat ini mencatat 350.000 kasus infeksi COVID-19 per hari.

New Delhi, ibu kota India yang memiliki penduduk 20 juta jiwa sedang mengalami bencana. Infeksi telah menyebar begitu cepat sehingga fasilitas kesehatan benar-benar kebanjiran pasien. Ribuan orang ditolak, obat-obatan habis, begitu juga dengan oksigen yang bisa menyelamatkan nyawa.

Orang yang sakit dibiarkan terlantar dalam barisan yang tak berkesudahan di gerbang rumah sakit atau di rumah mereka sendiri. Meskipun New Delhi dalam aturan lock down, penyakitnya masih merajalela. Dokter dan beberapa politisi mengeluarkan panggilan darurat SOS dengan putus asa kepada perdana menteri India, Narendra Modi.

Di media sosial dan siarang langsung televisi, mereka memohon oksigen, obat-obatan, bantuan sumber daya tenaga kesehatan dan lainnya. Menurut para ahli, negara yang memiliki 1,4 miliar penduduk yang padat sedang mengalami kehancuran di depan mata.

Bahkan seorang watawan yang pernah meliput perang di Irak, melihat negara India saat ini sungguh memprihatinkan, lebih buruk dari medan pertempuran.

7. Tangisan Dokter Tak Sanggup Hadapi Tsunami COVID-19 Gelombang Kedua

Varian virus Corona yang dikenal sebagai “muatan ganda” menyebabkan banyak kerusakan. Varian ini mengandung satu mutasi yang dapat membuat virus lebih menular dan mutasi lainnya yang mungkin membuatnya kebal terhadap vaksin. Sebab, beberapa orang yang telah vaksinasi dua kali, masih tertular dan sakit parah, ini pertanda buruk.

Hal tersebut membuat dokter sangat takut. Krisis virus Corona di India benar-benar telah mencapai titik kritis. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan situasinya “sangat memilukan”.

dr. Trupti Gilada, seorang dokter spesialis penyakit menular, berbagi pengalaman mengerikannya dalam memerangi virus itu di negaranya. Video yang penuh emosional itu lantas menjadi viral. Berbicara dari mobilnya, dengan mengenakan masih mengenakan pakaian APD, dia berkata:

“Saya belum pernah melihat yang seperti ini. Kami begitu tidak berdaya. Kami harus menangani begitu banyak pasien. Itu baru pasien di rumah sakit. Ada juga pasien sakit kritis yang dirawat di rumah karena tidak ada tempat tidur,” ungkapnya sambil menangis.

Ia pun memberi pesan untuk tetap jaga protokol kesehatan. Sebab, siapa saja bisa terinfeksi virus, termasuk mereka yang telah sembuh. “Kami melihat begitu banyak pasien anak muda yang terinfeksi dan kami tidak dapat membantu mereka.”

8. Mengubah Gerbong Kereta Menjadi Bangsal Medis

Kurangnya fasilitas kesehatan membuat pemerintah India mengubah gerbong kereta menjadi bangsal medis. Hal ini dikarenakan para petugas medis berusaha keras untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa. Untungnya, pasokan medis dari negara tentangga, yakni Inggris telah tiba.

Saat ini, India memiliki jumlah kasus COVID-19 tertinggi kedua di dunia. Secara kseluruhan, sejauh ini terdapat lebih dari 17,6 juta orang yang terinfeksi virus Corona. Banyak dari kasus ini didorong oleh varian Covid baru. Ahli virologi pun memperkirakan tingkat infeksi akan terus meningkat selama dua hingga tiga minggu ke depan.

Artikel terkait: Pesan Awak KRI Nanggala 402: “Kalau Suamimu Berangkat Tugas, Anggap Ia Sudah Mati”

Parents, itulah fakta mengenai tsunami COVID-19 di India, sehingga ada anak yang membawa jenazah sang ayah yang diikat di atas mobil menuju tempat kremasi karena tidak tersedianya ambulance. Semoga pandemi ini segara berlalu dan kembali sehat untuk seluruh negeri di bumi ini. Jangan lupa, tetap patuhi protokol kesehatan!

Baca juga:

id.theasianparent.com/istri-awak-kri-nanggala-402

3 Jenis Gangguan Mental yang Rentan Dialami Penyintas COVID-19, Cek Faktanya!

IDAI Belum Rekomendasikan Sekolah Tatap Muka Juli 2021, Parents Setuju?

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.