Jembatan Goyo Tak Kunjung Diperbaiki, Mahasiswi Ini Rela Jual Ginjal

Mahasiswi asal Bolmut rela menjual ginjal demi dana perbaikan Jembatan Goyo yang tak kunjung ditangani pemerintah setempat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seorang mahasiswi asal Bolmut Sulawesi Utara melakukan unjuk rasa dengan mengatakan rela menjual ginjal demi dana pembangunan Jembatan Goyo di Desa Goyo Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow. Alin Pangalima merupakan mahasiswi sekaligus penduduk di desa tersebut, merasa geram pada pemerintah yang tak kunjung memperbaiki jembatan akses ke desa Ollot dan Goyo.

Mahasiswi Rela Jual Ginjal Demi Perbaikan Jembatan Goyo

Sumber: Facebook/Alin Pangalima

Alin Pangalima merupakan seorang mahasiswi asal Desa Goyo, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ia telah menggemparkan publik dengan menyuarakan aspirasi atas mangkraknya kondisi jembatan di desa tersebut selama 16 tahun.

Pada unggahan Facebooknya, Alin membawa poster yang menyatakan siap menjual ginjalnya demi pembangunan Jembatan Goyo yang rusak dan tak kunjung diperbaiki selama belasan tahun. Ia berupaya menyindir pemerintah daerah yang mengatakan kurangnya dana pembangunan.

"Saya mau jual ginjal untuk pembangunan jembatan Goyo #savegoyo," keterangan tulisan pada poster yang dibawa oleh Alin Pangalima.

"Soalnya dana daerah katanya ndak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mangkrak. Mungkin 'ginjal' saya bisa sedikit membantu," keterangan caption pada postingan yang diunggah di Facebook.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Facebook/Alin Pangalima

Melalui akun media sosial Facebook, Alin dan beberapa temannya melantangkan unjuk rasa terhadap pemerintah setempat yang tak kunjung memperbaiki akses jembatan di Desa Goyo. Jembatan tersebut memiliki nama yang sama dengan nama desa, yaitu Jembatan Goyo.

Mahasiswi asal IAIN Sultan Amai Gorontalo ini dengan konsisten mendesak pihak pemerintah agar segera memperbaiki jembatan Goyo. Memang, perempuan yang satu ini sangat aktif menyoroti isu-isu sosial dan meningkatkan daya literasi serta pendidikan warga setempat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 6 Fakta Wisatawan Hilang di Pantai Garut, Lima Hari Belum Ditemukan!

Jembatan Goyo Berbahaya Jika Banjir

Sumber: Berita Manado

Demi memperjelas urgensi dari pembangunan jembatan yang ia desak kepada pemerintah, Alin menuliskan beberapa alasan mengapa Jembatan Goyo perlu diperbaiki secepat mungkin. Yang pertama adalah jembatan tersebut menjadi berbahaya saat terjadi banjir dan hujan deras.

"Pertama, ketika terjadi banjir dan sungai meluap, maka akses penghubung antara Ollot dan Goyo akan seekstrem ini. Bayangkan jika ada orang yang lagi kena sial terus masuk ke dalam sungai lalu tengelam dan meninggal, siapa yang bertanggung jawab?" tulisnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tarif Menyebrangi Sungai Menggunakan Rakit

Alasan yang kedua, Alin menjelaskan bahwa tarif yang diperlukan untuk menyebrang sungai menggunakan rakit mampu untuk membeli persediaan beras jika ditotal dalam kurun waktu sebulan. Ia juga menambahkan biaya menjadi berlipat ganda jika sungai sedang meluap dan banjir. 

Sumber: Berita Manado

“Kedua, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyeberang sungai lewat rakit. Saat sungai normal, biayanya Rp3.000 sekali lewat. Bayangkan masyarakat berapa kali lewat dalam sebulan di tempat ini.

Apalagi masyarakat Bolangitang dan sekitarnya ada juga yang berkebun di seberang sungai, maka bisa dipastikan biaya yang mereka keluarkan 6.000 rupiah per hari, yang jika rutin ke kebun dan dijumlahkan dalam sebulan menelan biaya yang cukup untuk membeli beras untuk dimakan sepekan. Jumlahkan saja berapa totalnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Belum lagi jika sungai sedang banjir dan air meluap bagaikan janji Pemda, biayanya jadi berlipat ganda, 10.000 rupiah sekali lewat, dengan risiko yang cukup tinggi. Bayangkan jika datang musim penghujan, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Sedangkan penghasilan masyarakat rata-rata memprihatinkan (soalnya kita rasa sandiri). Kedua, mengingat tiang jembatan yang sudah "tatono" selama kurang lebih 16 tahun lamanya, bahkan sebelum Bolmut menjadi daerah otonom baru di Sulawesi Utara. Sangat disayangkan jika pemerintah terus mempertontonkan kegagalan di tengah masyarakat, dengan dalih ‘nanti, nanti, nanti’,” penjelasan Alin Pangalima terhadap biaya menggunakan rakit untuk menyebrang sungai.

Artikel terkait: Tempat Wisata Bukit Sibea-bea: Harga Tiket, Rute dan Tips Saat Berkunjung

Banyaknya Kecelakaan 

Sumber: Berita Manado

Menilik keadaan jembatan yang tak layak ini, ternyata ada banyak korban yang berjatuhan karena harus menyebrangi sungai kala hujan deras. Alin memberikan bukti terhadap beberapa warga yang sempat menjadi korban kecelakaan ketika melewati sungai untuk beraktivitas sehari-hari. 

“Ketiga, banyaknya kecelakaan ketika melewati sungai saat sedang hujan maupun tidak menjadikan jembatan memang layak diperjuangkan. Saya pun menyaksikan sendiri betapa kejadian kecelakaan itu terjadi di depan mata. Mungkin bisa ditanyakan kepada yang bertugas menyeberangkan kendaraan, berapa korban yang sudah "tabulengkar" di situ,” jelasnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Desa Goyo Menjadi Tertinggal Dibanding Dusun Lainnya

Sumber: Berita Manado

Pembangunan dan perbaikan jembatan yang mangkrak selama 16 tahun ternyata berdampak pada ketertinggalan Desa Goyo jika dibandingkan dengan infrastruktur dusun sekitar lainnya. Bahkan Alin juga berkata bahwa kualitas fasilitas penunjang dusun lain terlihat mengutamakan estetika.

“Keempat, karena jembatan yang hampir dimuseumkan itu, menjadikan Goyo menjadi lebih tertinggal daripada dusun lainnya. Saya kadang iri dengan Pangkusa yang meski di pedalaman dan sulit jaringan, tapi ada jembatannya. Indah pula.

Ketertinggalan itu membuat siapa pun yang pernah menginjakkan kaki langsung di tanah Goyo, akan tahu bagaimana sulitnya masyarakat. Karena seperti yang kita tahu bersama, bahwa bukan hanya jembatan yang terbengkalai, tapi jalan juga yang belum diaspal sepenuhnya membuat masyarakat menjadi berlipat ganda kesulitannya. Yang jika orang hamil muda lewat secara terus menerus di jalan Goyo itu, pasti akan mengalami keguguran atau bahkan lahir prematur. Juga banyaknya kecelakaan yang terjadi menjadikan ini sekali lagi layak diusut tuntas. Sangat disayangkan sekali.”

Artikel terkait: Marak Terjadi Pengemis Palsu di Arab Saudi, Pemerintah Kenakan Sanksi

Respon Pemerintah Terhadap Protes

Sumber: Facebook/Alin Pangalima

Usai Alin Pangalima menyuarakan protes atas mangkraknya Jembatan Goyo, Kementerian PUPR langsung merespon dan melakukan Zoom Meeting terkait dengan pembangunan jembatan Goyo. Ikut hadir juga pihak Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Utara dan Dinas PU Bolmut. Ini terpantau dari postingan di akun Alin Pangalima.

“Dan kabar baiknya, semoga tahun ini jalan "spanggal" itu akan diteruskan pembangunannya. Jika tidak, som ba demo jo dg. Yang lainnya nanti saya jelaskan di tulisan lain. So isya kwa. Salam akal sehat.” tutup Alin Pangalima dalam keterangan postingannya.

***

Baca juga: