Hanya cinta orangtua yang bisa menjauhkan anak dari bahaya narkoba.
Apakah mereka tidak paham bahaya narkoba?
Pro kontra hukuman mati bagi para pengedar narkoba menjadi polemik di berbagai media belakangan ini. Indonesia pun menjadi sorotan masyarakat manca negara karena berkeras menerapkan hukuman mati demi melindungi generasi muda dari bahaya narkoba, meskipun tindakan itu dikecam oleh sejumlah negara.
Kampanye bahaya narkoba sudah disosialisasikan dengan penyuluhan intensif ke berbagai SMA dan SMP di Tanah Air, begitu juga ke sejumlah perguruan tinggi dan institusi pemerintah.
Namun mengapa masih saja ada anak muda, orang dewasa, pekerja, seniman, selebritis atau mahasiswa yang tertangkap karena menggunakan narkoba. Apakah mereka tidak paham mengenai bahaya narkoba?
Anak remaja berusia 14-19 tahun sangat rentan terhadap ajakan memakai narkoba, demikian juga mahasiswa/ mahasiswi dengan rentang usia 20-23 tahun. Artinya, para remaja adalah kelompok usia yang paling rapuh terhadap bujuk rayu untuk mencicipi narkoba.
Kita tentu masih ingat tentang apa yang kita rasakan sewaktu kita masih remaja. Seorang anak remaja merasa dirinya harus menjadi seseorang yang diperhitungkan dan diakui keberadaannya. Tapi ia mungkin merasa sedih karena tidak punya apapun yang bisa dibanggakan dan merasa dirinya tidak istimewa.
Perasaan rendah diri semacam ini sangat berbahaya karena akan membuat anak remaja tertekan dan mencoba mencari penghiburan dengan menggunakan narkoba.
Pengakuan pengguna narkoba
“Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga yang bahagia,” ujar Desi (nama samaran) kepada theAsianParent beberapa waktu lalu.
“Saat masih balita saya mengalami pelecehan seksual dari seorang asisten yang bekerja di rumah Nenek saya. Dan peristiwa ini membuat orangtua over protektif kepada saya.
Saya tahu mereka bermaksud baik, tapi kasih sayang mereka yang berlebihan membuat saya gagal mempertahankan diri saya sendiri dari bujuk rayu narkoba.”
“Karena selalu dilindungi, saya nggak pernah merasakan apa yang disebut kesedihan. Dan satu kesedihan saja membuat saya sangat terpukul dan mencari hiburan dengan menggunakan narkoba.”
“Waktu masih kuliah semester pertama, saya berpacaran dengan kakak kelas. Dia baik, soleh dan tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Dia berjanji akan menikahi saya setelah lulus kuliah. Tapi dia malah berselingkuh dengan teman dari fakultas lain.”
“Di kala sedang sedih itulah seorang teman mengajak saya menghisap ganja, dan rasanya menyenangkan. Saya bisa melupakan semua kesedihan saya, termasuk rasa terhina karena dinomorduakan oleh lelaki yang sangat saya cintai.”
Bebas dari bahaya narkoba
Dalam kasus di atas, Desi sudah mengalami hinaan/ pelecehan di usia dini yang tidak diselesaikan/ ditangani hingga tuntas.
Dikhianati bekas pacar membuatnya merasa makin terhina, sedangkan ia tak terbiasa dengan perasaan sedih karena apa yang diinginkannya selalu dipenuhi.
Kita memang tidak bisa berada di sisi anak selamanya. Namun dengan menerapkan hal-hal seperti di bawah ini, kita bisa membuatnya melindungi dirinya sendiri dari bahaya narkoba.
1. Aktivitas non-akademis
Dukung anak remaja Anda terlibat dalam kegiatan non-akademis, misalnya membentuk band, grup modern dance atau klub futsal.
Berikan ia informasi tentang kompetisi yang diadakan sesuai dengan bidang pilihannya dan dukung ia untuk mengikutinya.
Anak remaja yang sudah tahu seperti apa rasanya tampil di depan umum akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk mencapai apa yang diinginkannya.
Ia juga akan tahu seperti apakah rasanya kecewa karena gagal jadi pemenang, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.
2. Penghargaan
Bukan hanya gadget, uang saku atau kendaraan bermotor pemberian orangtua saja yang membuat anak remaja merasa bahagia. Tapi juga penghargaan atas apa yang telah ia lakukan, apalagi jika Anda mengatakannya di depan umum (misalnya, di acara kumpul-kumpul keluarga).
3. Anda membutuhkannya
Tumbuhkan kesadaran pada anak sejak dini bahwa ia dibutuhkan. Dengan demikian ia akan sadar akan bahaya narkoba dan menjauhinya karena narkoba hanya membuat tubuhnya lemah, sehingga ia tidak bisa melakukan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Cinta
Disiplin atau moderat, apapun jenis pengasuhan anak yang Anda terapkan, semua sebaiknya berdasarkan cinta. Karena cinta, Anda akan berpikir ulang sebelum menghujaninya dengan kata-kata kasar karena sebuah kesalahan besar/kecil yang dilakukannya. Dan karena cinta pula kita tak lelah memberikan dukungan kepadanya, pemenang atau pecundangkah dirinya.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Menjauhkan Anak Remaja dari Seks Bebas
Komunikasi dengan Anak, Kunci Sukses Orangtua
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.