Janin terlilit tali pusar adalah kondisi yang berbahaya, karena bisa memotong asupan oksigen dan darah ke tubuh bayi. Karena posisinya yang berada dalam kandungan, ibu mungkin sulit mengetahui tanda-tanda janin terlilit tali pusar atau tidak, kecuali melalui pemeriksaan USG.
Akan tetapi, seorang ibu berhasil mencegah dampak buruk yang bisa terjadi akibat janin terlilit tali pusar dengan cara unik.
Emily Eekhoff adalah seorang ibu dari dua anak asal Waukee, Iowa. Tahun 2017 lalu, ia melahirkan anak keduanya secara caesar akibat kondisi janin terlilit tali pusar. Ia hampir kehilangan bayinya tersebut bila bukan karena kesigapannya menghitung gerakan bayi dalam kandungan.
Artikel terkait: 10 Tanda Terjadi Masalah Kehamilan yang Berdampak pada Bayi di Kandungan
Janin terlilit tali pusar berhasil dideteksi sang ibu
Ruby lahir dengan kondisi tali pusar melilit erat di lehernya.
Ketika usia kehamilannya mencapai 28 minggu, Emily selalu memastikan bayinya bergerak. Dia menghitung berapa kali si kecil menendang dalam sehari, dan setidaknya 10 gerakan dalam satu jam. Emily meyakini gerakan janin dalam kandungan adalah pertanda bayinya tumbuh sehat.
Akan tetapi, ketika usia kandungannya 33 minggu, Emily menyadari bahwa gerakan bayinya semakin sedikit. Khawatir terjadi sesuatu pada jabang bayi dalam kandungannya, Emily segera pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan detak jantung bayinya normal, namun tidak ada pergerakan sama sekali.
Emily kemudian melahirkan secara caesar di usia kandungan 33 minggu lebih 5 hari. Saat lahir, bayi perempuan yang diberi nama Ruby itu terlilit tali pusar di bagian leher dengan sangat ketat. Kondisi ini bisa mengancam nyawa sang bayi. Untungnya Emily cepat tanggap dan menyadari ada yang aneh dengan bayinya ketika si kecil tidak menendnag.
“Menurut saya menghitung tendangan janin dalam kandungan benar-benar berguna. Saya jadi tahu apa yang normal dan apa yang tidak. Dan ketika ada yang berubah, saya akan langsung ke dokter. Jika saya menunggu lebih lama, kemungkinan besar Ruby tidak akan bertahan hidup,” papar Emily.
Emily bersama suami dan kedua anaknya.
Pentingnya menyadari gerakan bayi dalam rahim
Dr. Neil Mandsager, seorang spesialis janin dan kandungan di Mercy Medical Center juga sepakat dengan apa yang diungkapkan Emily. Bila terlambat sehari saja, janin Emily bisa mengalami Stillbirth atau lahir mati.
Dr. Neil adalah dokter yang melakukan USG pada Emily dan menyuruhnya melakukan caesar. Menurut Dr. Neil, Emily telah menyelamatkan nyawa bayinya dengan kebiasaan menghitung tendangan dan gerakan janin dalam rahim.
Dr Neil juga menyarankan semua pasiennya agar selalu memeriksa gerakan bayi. Sejak usia kandungan 28 bulan, setidaknya gerakan bayi terjadi sekitar 10 kali dalam satu jam untuk menandakan dia tumbuh sehat.
Meski setiap ibu mengalami kehamilan berbeda, namun dengan mengenali pola gerakan janin, bisa mencegah hal buruk terjadi bila ada komplikasi pada janin yang terkait plasenta atau tali pusar.
Dr. Neil mengatakan, “Sangat penting memantau pergerakan janin untuk mencegah risiko komplikasi kehamilan seperti stillbirth. Penurunan gerakan janin menandakan adanya masalah, dan bila tidak ditangani segera, bisa mengakibatkan stillbirth.”
Dr. Neil juga menambakan, “Saya selalu mengatakan pada pasien saya, jika mereka merasa bayi tidak bergerak seperti pola yang biasanya, mereka harus segera menghubungi dokter.”
Selama bertahun-tahun, para petugas medis telah menyarankan ibu hamil untuk menghitung gerakan janin, namun hal ini tidak diketahui secara umum.
Oleh sebab itu, dia merekomendasikan agar setiap ibu hamil yang memasuki trimester ketiga, selalu menghitung pola gerakan janin untuk memantau kesehatan bayinya. Karena hidup bayi bergantung pada hal tersebut.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
Jangan sepelekan bayi tidak menendang dalam kandungan trimester ketiga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.