Istri Ustad Maulana baru saja menghadap Sang Khalik. Hal ini tentu saja menyisakan duka mendalam bagi keluarga, terlebih bagi keempat buah hatinya.
Hal ini begitu tampak lewat foto yang memperlihatkan keempat anak yang tidur di sisi almarhumah istri Ustad Maulana.
Oky Setiana Dewi, dalam akun Instagram miliknya menuliskan kondisi saat dirinya datang ke rumah duka di Makassar bersama rombongan program Islam Itu Indah.
“Airmata itu tumpah ruang saat melihat Ustadz serta keempat anaknya yang masih kecil-kecil tertidur mengelilingi Ummi.”
Ya, hati siapa yang tak ikut terenyuh melihat kesedihan dan duka mendalam yang dirasakan oleh anak karena kepulangan salah satu orangtuanya.
Istri Ustad Maulana, Nur Aliah Ibnu Hajar meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RS Bhayangkara Makassar. Ia meninggal karena sebelumnya menderita sakit kanker usus dan komplikasi.
Dikutip dari laman Detik Hot, kesedihan Oki juga kian membuncah lantaran melihat melihat Ustad Maulana memberikan susu kepada anak-anaknya.
Namun, salah seorang saudara Ustad Maulana mengatakan bahwa sebenarnya anak-anak belum mengerti sang bunda sudah meninggal. Mereka hanya mengetahui kalau sang bunda sedang tidur. Bahkan sebelum tidur semalam, empat anak itu masih tertawa.
“Lagi-lagi saya kembali tak bisa menahan tangis saat Ustad memberi susu kepada anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Anak-anak sebelum tidur tadi, tertawa-tawa dan mengatakan ‘Ummi udah tidur’. Anak-anak belum paham, bisik Hajjah Hafsah, saudara Ustad , yang kebetulan duduk di samping saya,” cerita Oki seperti yang diberitakan Detik Hot.
Menjelaskan konsep kematian pada anak
Kehilangan orang yang dicintai, terutama orangtua tentu saja menyisakan duka mendalam bagi anak-anak yang ditinggalkan. Bahkan, jika tidak siap dan tak mampu mengelola emosi dengan baik, anak pun bisa berisiko mengalami trauma hingga depresi.
Tidak bisa dipungkiri, salah satu topik yang terasa sangat berat dan sulit untuk dikomunikasikan pada anak adalah terkait masalah kematian. Terutama menjelaskan kematian orangtua.
Namun, Nina Teguh sebagai psikolog anak dan keluarga mengatakan bahwa salah satu hal yang perlu diingat untuk untuk menjelasan konsep kematian pada anak adalah pentingnya berkata jujur.
Mungkin, anak-anak balita cenderung berpikir bahwa orang yang meninggal seperti tidur panjang. Namun, orangtua tentu saja perlu lebih hati-hati menggunakan kata ‘tidur’ saat menjelaskan. Pun ketika menggunakan kata ‘pergi’.
“Jadi, memang perlu hati-hati menggunakan istilah seperti tidur dan pergi, karena anak bisa membingungkan.”
“Kalau tidur itu kan pastinya akan bangun lagi. Sedangkan kalau meninggal itu kan artinya tidak bisa bangun lagi. Jadi orangtua memang perlu realistis dalam memberikan penjelasan, dan tentu saja menggunakan bahasa yang sederhana,” sarannya.
Lagi pula tambahnya lagi, ketika ada orangtua yang menjelaskan konsep meninggal dengan kata-kata tidur, bukan tidak mungkin, justru akan membuat mereka takut untuk tidur karena khawatir tidak akan terbangun lagi.
Memberikan jawaban untuk mengelak seperti ini justru bisa memancing masalah baru. Jelaskan perlahan-lahan kalau orang meninggal memang tidak akan bisa ditemui lagi. Namun, bukan berarti tidak bisa saling menyayangi karena anak bisa mengirimkan doa, atau terus berbuat baik untuk membuat orangtua bahagia meskipun telah meninggal.
Tak hanya itu, hal penting lainnya adalah terus dampingi anak dan tunjukan rasa empati pada mereka.
Anak terlihat sedih? Sering menangis? Tak mengapa. Biarkan saja anak meluapkan rasa emosinya karena hal tersebut merupakan bentuk ekspresi yang tidak boleh ditahan.
Namun, tentu saja kita perlu terus mendampingi anak dan jangan pernah untuk menyepelekan atau abai dengan kesedihan anak. Yakinkan, bahwa Anda selalu ada di samping anak, untuk membantu dan melewati kesedihan.
Baca juga:
Istri Ustad Maulana meninggal karena kanker usus, waspadai gejala penyakit ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.