Benarkah 80 Persen Masyarakat Indonesia sudah Alami Infeksi Varian Delta?

Epidemiolog UGM, Citra Indriani, mengatakan bahwa kemungkinan sekitar 80 persen penduduk Indonesia terkena infeksi varian delta.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seorang epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani, mengatakan bahwa kemungkinan sekitar 80 persen penduduk Indonesia terkena infeksi varian delta. Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan secara drastis sejak terjadinya gelombang kedua pada pertengahan tahun lalu.

Artikel terkait: 4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih 'Kebal' Vaksin COVID-19!

80 persen penduduk Indonesia diduga terkena infeksi varian delta

Melansir dari lama resmi UGM, lebih lanjut, Citra mengatakan bahwa telah terjadi pembentukan imunitas kelompok secara alami sehingga tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu.

“Infeksi covid lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta. Namun, kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga? Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru,” kata Citra seperti dikutip dari lama resmi UGM.

Di samping itu, ia juga menjelaskan bahwa program percepatan vaksinasi yang terus digenjot oleh pemerintah juga turut andil dalam meminimalkan keparahan apabila terkena infeksi varian delta kembali. Seperti diketahui, sejauh ini vaksinasi di Indonesia telah menyentuh angka 208 juta dengan 88 juta di antaranya telah mendapat vaksinasi dosis lengkap.

“Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, juga kemudian kembali terinfeksi delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi. Harapannya tentu pada percepatan vaksinasi, dan sisir wilayah untuk vaksinasi terutama lansia bisa berperan untuk mitigasi bentuk parah infeksi SARS-COV 2. Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” lanjutnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Ratusan Anak Jadi Korban Salah Dosis Vaksin Covid-19, Begini Kronologisnya

Meski demikian, pihaknya tetap mengimbau kepada pemerintah untuk tetap memberikan pembatasan mobilitas dan penerapan PPKM level tiga saat menjelang Natal dan tahun baru. Menurutnya, langkah ini untuk menekan adanya kenaikan mobilitas masyarakat.

Meski angka kasus positif baru setiap hari rata-rata kurang dari 400 kasus, kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM level 3 saat jelang Natal dan tahun baru menurutnya sudah tepat dilakukan. Namun demikian, kenaikan angka mobilitas masyarakat sekarang ini menurutnya tidak bisa dihindari.

“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat Natal-tahun baru dan pascalebaran,” ujarnya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tanggapan satgas Covid-19

Berkenaan dengan pernyataan Citra, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pun memberikan respons. Melansir dari Suara.com, juru bicara satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan bahwa saat ini survei prevalensi antibodi masyarakat masih terus dilakukan. Hasil survei tersebut diperkirakan akan selesai pada pekan ketiga dan keempat bulan Desember 2021 nanti.

"Hasil inilah yang nantinya dapat memberikan informasi seberapa besar kekebalan imunitas yang telah terbentuk di Indonesia baik karena infeksi alamiah dan vaksinasi," kata Wiku dalam jumpa pers, Selasa (23/11/2021), seperti dikutip dari Suara.com.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lebih lanjut, Wiku juga menyebut bahwa hasil tersebut akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk membuat kebijakan terkait penanganan Covid-19. 

"Sehingga nantinya pemerintah dapat mengambil kebijakan yang berdasarkan data dan fakta," ucapnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

id.theasianparent.com/varian-covid-delta-plus

id.theasianparent.com/cara-ibu-menjaga-kesehatan-keluarga-di-masa-pandemi

id.theasianparent.com/pemberian-vaksin-covid-19-untuk-ibu-hamil