Baru-baru ini Food and Drug Administration menyatakan untuk menambah dosis vaksin COVID-19 tambahan untuk orang dengan gangguan kekebalan tertentu atau yang diistilahkan sebagai immunocompromised. Lalu, sebnarnya siapa saja dan apa itu immunocompromised?
Pasien immunocompromised memiliki risiko infeksi virus Corona yang lebih tinggi tetapi cakupan vaksinasi justru masih sedikit. Hal ini adalah satu hal yang butuh menjadi perhatian.
Mengenal Apa Itu Immunocompromised
Orang dengan immunocompromised adalah orang yang memiliki masalah sistem imun/kekebalan. Penyerangan COVID-19 pada tubuh mereka berisiko lebih tinggi daripada seseorang yang sehat karena memiliki imun yang sangat lemah.
Pasien immunocompromised adalah pasien yang mengalami gangguan kekebalan dengan kondisi khusus, di antaranya:
- Penyakit autoimun
- Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
- Kelainan imunitas bawaaan
- Pasien lansia
- Pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan lainnya
- Asplenia atau hiposplenia
- Pengobatan dengan imunosupresan, imunomodulator, atau kemoterapi
- Pasien kanker
- Pasien transplantasi organ, misalnya transplantasi ginjal atau hati.
Hal yang Perlu Kita Tahu Tentang Immunocompromised & COVID-19
Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan terkait Immunocompromised kaitannya dengan COVID-19 sebagaimana dikutip laman kesehatan CDC:
-
Immunocompromised Lebih Rentan Terkena COVID-19
Orang dengan Immunocompromised atau gangguan kekebalan/imun sedang hingga berat sangat rentan terhadap COVID-19 karena mereka lebih berisiko mengalami penyakit serius yang berkepanjangan.
-
Belum Cukup Hanya dengan Vaksinasi 2 Kali
Orang dengan gangguan sistem imun sedang hingga parah mungkin tidak bisa meningkatkan kekebalan meskipun telah vaksinasi 2 kali, dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami gangguan kekebalan.
Orang yang memiliki sistem kekebalan ringan direkomendasikan untuk mendapat dosis tambahan untuk memastikan mereka memiliki perlindungan yang cukup terhadap COVID-19.
-
Immunocompromised Butuh Dosis Vaksin Tambahan
CDC merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan sedang hingga parah harus menerima dosis tambahan vaksin COVID-19 setelah 2 dosis awal.
CDC merekomendasikan agar orang dengan sistem kekebalan yang sedang hingga parah menerima dosis tambahan vaksin mRNA COVID-19 setidaknya 28 hari setelah dosis kedua vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 atau vaksin Moderna COVID-19.
Mengapa Orang Immunocompromised Butuh Dosis Vaksin Tambahan?
Pasien immunocompromised sering kali terlupakan dalam program pemberian vaksinasi, padahal memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi.
Josephine Darmawan dalam Alomedika menjelaskan kendala yang sering kali menjadi isu adalah potensi pemberian vaksin untuk menyebabkan infeksi aktif pada pasien immunocompromised.
“Vaksinasi memang bisa menyebabkan infeksi aktif, tetapi hal ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin inaktif bagi pasien immunocompromised. Bahan-bahan aditif dalam vaksin juga dianggap dapat menyebabkan reaksi autoimunitas dan relaps penyakit, akan tetapi belum ada bukti data yang membenarkan hal ini,” tulisnya.
Dokter Josephine juga merekomendasikan vaksin inaktif untuk pasien immunocompromised.
“Pemberian vaksin hidup yang dilemahkan dapat diberikan hanya bila keuntungan yang didapatkan lebih besar dibandingkan efek yang dapat ditimbulkan,” jelasnya.
Pemberian vaksin hidup yang dilemahkan pada pasien-pasien immunocompromised harus di bawah supervisi dokter spesialis dan dikonsultasikan ke konsultan alergi imunologi.
Artikel terkait: Perbedaan Pneumonia COVID-19 dan Pneumonia pada Umumnya
Orang Immunocompromised Mana yang Membutuhkan Tambahan Vaksin COVID-19?
Saat ini, CDC merekomendasikan bahwa orang dengan gangguan kekebalan sedang hingga parah menerima dosis tambahan. Berikut di antaranya:
- Telah menerima pengobatan kanker aktif untuk tumor atau kanker darah
- Menerima transplantasi organ dan minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh
- Menerima transplantasi sel induk dalam 2 tahun terakhir atau sedang minum obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh
- Imunodefisiensi primer sedang atau berat (seperti sindrom DiGeorge, sindrom Wiskott-Aldrich)
- Infeksi HIV lanjut atau tidak diobati
- Pengobatan aktif dengan kortikosteroid dosis tinggi atau obat lain yang dapat menekan respon imun Anda.
Orang immunocompromised harus berkonsultasi dengan pihak medis layanan kesehatan mereka tentang kondisi medis dan kemungkinan mendapatkan dosis tambahan sesuai untuk mereka.
Artikel Terkait: Aku Positif COVID-19 dan Harus Menyusui Bayiku, Ini 5 Hal yang Kulakukan
Cara Melindungi Diri dari COVID-19 Bagi Immunocompromised
Berikut ini cara melindungi diri Anda dari COVID-19 jika Anda Immunocompromised, di antaranya:
1. Tetap di Rumah dan Jaga Diri dari Kerumunan
Tetap jaga diri dari kerumunan ketika Anda harus keluar di tempat umum.
2. Cuci Tangan dan Selalu Sedia Handsanitizer
Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik (atau menggunakan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol jika mencuci tangan tidak memungkinkan).
Artikel terkait: Mengenal Spirometer dan Fungsinya bagi Pasien COVID-19
3. Tetap Minum Obat
Dr. Porter di laman kesehatan Penn Medicine menyatakan, orang harus tetap meminum obat penekan kekebalan mereka.
“Jika Anda berhenti meminumnya, Anda membiarkan diri Anda rentan terhadap masalah medis yang berpotensi mengancam jiwa.”
Jika Anda jatuh sakit atau Anda tidak yakin apa yang harus Anda lakukan, Dr. Porter mengatakan Anda harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan Anda.
“Anda dapat berbicara dengan mereka melalui telepon atau konferensi video. Mereka dapat memberi Anda saran tentang situasi spesifik Anda dan langkah selanjutnya jika Anda mengalami gejala.
Demikian penjelasan mengenai apa itu immunocompromised. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat.
****
Baca Juga:
Studi Tunjukkan Bayi Tularkan COVID-19 Lebih Cepat, Begini Faktanya
Jangan Sampai Lengah, Ini 9 Celah Penularan COVID-19 yang Wajib Anda Ketahui