Kekerasan dalam rumah tangga oleh suami pada istri memang masih kerap terjadi. Bahkan, di situasi pandemi COVID-19, jumlahnya kian meningkat. Belum lama ini, kabar kasus KDRT ini kembali terjadi, korbannya seorang ibu muda dianiaya suami.
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga ini tentu saja tidak ingin dialami oleh pasangan suami istri di mana pun. Apalagi jika mengingat bahwa seorang suami berkewajiban untuk memberikan melindungi, dan bertanggung jawab pada seluruh anggota keluarga. Baik istri ataupun anak-anaknya.
Faktanya, hal ini memang tidak selamanya bisa dijalankan. KDRT dialami oleh ibu muda berinisial SM yang usianya masih belia, 17 tahun. Mendapat perlakukan kasar dari sang suami, ia pun mengalami trauma berat.
Artikel terkait : Pandemi corona bikin kasus KDRT meningkat tajam, begini cara mengatasinya!
Kronologis ibu muda dianiaya suami
Tak tahan akan tindakan kekerasan dari sang suami, korban pun akhirnya melarikan diri dari kontrakan di Desa Kapasiran, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, 2 Mei 2020.
Ia nekat meloncat dari plafon toilet dari kamar tempatnya disekap. Ia kabur melewati terowongan lalu keluar dengan menjebol tembok.
Saat sang suami keluar untuk berdagang roti, dirinya mencari celah dan kesempatan untuk kabur dari tempatnya disekap tersebut.
Saat berhasil melarikan diri, perempuan asal Rangkasbitung, Banten ini segera meminta pertolongan pada warga sekitar. Melihat kondisi SM yang memprihatinkan, warga pun segera menyelamatkannya ke rumah RT setempat.
Baca juga : Ibu bagikan foto kecelakan anak 12 tahun yang menolak pakai helm, sebagai peringatan ke sesama orangtua
Ditemukan luka-luka dengan kondisi tak berdaya
“Iya, dia (SM) ini kabur minta pertolongan dan dibawa ke rumah saya,” ucap Ketua RT 003 Griya Parungpanjang Desa Kapasiran, Saban, dilansir dari Kompas.com. Saat ditemukan warga, kondisi SM tidak terlihat baik-baik saja.
Ia ditemukan mengalami trauma berat, penuh luka, khususnya di area pelipis. Korban pun terliat lebam, dengan kulit pucat, dan ia pun terlihat kurus kering. Mirisnya lagi, saat warga bertemu korban untuk pertama kalinya saat kabur, tubuh SM beraroma menyengat.
Disekap di kamar utama
Belakangan diketahui bahwa SM dikurung di sebuah kamar utama yang sudah dilengkapi dengan toilet. Dirinya mengaku sudah lama disekap di ruangan tersebut. Selama penyekapan tersebut, ia pun tidak diperbolehkan keluar, sekadar untuk mencari makan.
“Saat ditemukan, baunya (SM) nyengat sampai warga mau muntah dan saat itu kelihatan di pelipis matanya bekas pukulan, sudah kering (lebam) gitu, pucat dan kurus juga badannya,” ujar ketua RT kembali.
Pelaku sempat berusaha kabur
Warga yang dimintai pertolongan tersebut segera melaporkan sang pelaku ke Polsek Parung Panjang. Sejumlah anggota Satreskrim dengan sigap mendatangi lokasi kejadian.
Saat berada di lokasi, polisi dan pelaku sempat terlibat aksi kejar-kejaran. Ia diketahui hampir kabur menggunakan sepeda motor. Polisi pun mengejar dan terpaksa memberikan dua tembakan.
“Warga kita sudah pada kumpul awalnya mau nangkep, pas polisi keluar dia kabur pakai motor, dikejar dan dikasih tembakan dua kali akhirnya nurut,” ujar ketua RT kembali. Saat ini, proses hukum masih terus bergulir, pelaku pun masih berada dalam tahap pemeriksaan.
Artikel Terkait : Haru, ini pesan terakhir ibu yang bayinya selamat dari kecelakaan maut truk bermuatan timpa mobil
Dikenal ramah dan baik
Warga sendiri mengaku hampir tak percaya dengan perbuatan yang dilakukan pelaku. Pasalnya, dalam keseharian ia dikenal baik, rajin, dan ramah.
Terlebih, ia pun tak pernah memiliki masalah dengan warga sekitar. Namun, sudah hampir satu tahun mengontrak, rupanya pelaku juga tidak pernah memperkenalkan sang istri kepada ketua RT.
Dari pengakuan SM, bukan kali ini saja dirinya disekap oleh suaminya itu. Selama kurang lebih 3 tahun, keduanya sempat berpindah-pindah kontrakan. Setiap kali berpindah tempat itu juga sang istri selalu disekap.
Walau dikenal sopan dan ramah oleh warga, namun selama pandemi terjadi sang pelaku terlihat berubah sikap. Menurut penuturan warga, ia menjadi lebih tertutup karena tak lagi bisa sering berjualan.
KDRT menurut Psikolog
Menurut Psikolog Intan Nurlita, KDRT yang dialami oleh istri dalam pernikahan bisa berdampak serius pada kondisi psikisnya. Kondisi ini tentunya amat disayangkan mengingat pasangan seharusnya bisa saling menjaga, bukan malah menyakitinya.
Menurutnya, korban KDRT bisa dialami bergantung pada intensitas dan keparahan kekerasan itu sendiri. Pada banyak kasus, dampak psikologis yang bisa ditimbulkan antara lain rasa trauma, ketakutan, dan minder.
Pada kasus yang berat, korban hendaknya mendapatkan pertolongan ahli agar kondisinya tidak semakin parah.
Semoga kejadian di atas bisa menjadi pembelajaran bersama bagi kita. Tentu, kita berharap agar KDRT tidak lagi terjadi pada pasangan mana pun.
Baca Juga :