Ibu Kuat dan Hebat, Aku Terus Belajar Melewati Proses Ini

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mempunyai anak adalah dambaan setiap pasangan yang sudah menikah. Bagiku saat menjadi orang tua, perempuan bisa menjadi sosok ibu kuat dan hebat.

Keputusan untuk memiliki anak tentu akan kembali pada individu masing-masing. Mungkin ada pasangan yang menunda kehamilan, tetapi banyak juga yang langsung ingin memiliki momongan. Sementara, aku dan pasanganku termasuk yang mana?

Aku dan pasanganku menikah di bulan September 2018 setelah berkenalan 3 (tiga) bulan sebelumnya. Sebenarnya waktu itu kami tidak terlalu terburu-buru dalam memiliki momongan, tetapi tidak pula menunda kehamilanku.

Jadi bisa dikatakan santai-santai sajalah. Toh, kami masih ingin menikmati masa perkenalan kami dalam ikatan halal.

Merasakan Gejala Kehamilan

Akhir Oktober aku merasa tidak enak badan seperti masuk angin dan berlangsung hampir 2 (dua) minggu. Rasanya sangat mengganggu sekali apalagi saat itu aku masih menjadi staf sebuah kantor pemerintah desa.

Sempat dikira aku sudah tidak niat bekerja karena melihat fisikku dan sering tampak tak bersemangat. Wajahku juga pucat dan badan lemas. Setelah suamiku mencari tahu tanda-tanda seperti itu di gadget-nya, ia menebak kalau aku sedang hamil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku tidak percaya dan malah mengelak. Bukannya menolak kehamilan, hanya saja sejujurnya aku belum terlalu siap.

“Hah! Secepat ini?” batinku.

"Mampukah aku menjadi seorang ibu? Bisakah aku jadi ibu kuat dan hebat?"

Hari itu juga suami pun langsung membelikan alat tes kehamilan. Singkat cerita, ternyata aku memang sedang hamil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Coba tebak ekspresiku!

Mendengar kabar tersebut dariku, suamiku tersenyum lebar dengan wajah terharu dan langsung memelukku. Sedangkan aku? Wajahku datar, seperti kaget, panik, malu-malu, dan masih belum percaya hingga suamiku terheran denganku.

Tapi dalam hatiku, aku sangat bersyukur atas amanah dari-Nya. Alhamdulillah..

Tantanganku Dimulai..

Kehamilanku aku lalui dengan penuh tantangan. Dari aku yang terkena penyakit tyfus dan tekanan darahku selalu rendah sehingga terpaksa opname yang berlanjut bedrest di trimester awal serta menyebabkan pula aku harus resign kerja lebih cepat dari targetku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memasuki trimester kedua, kesehatanku mulai pulih serta fisikku terasa lebih kuat. Tetapi tantanganku belum berakhir, aku harus membantu mengurus Bapakku yang tiba-tiba saja terkena stroke untuk pertama kalinya.

Sungguh perasaanku campur aduk selama kehamilanku itu. Semua sudah kehendak-Nya, aku berusaha menerima apapun yang terjadi dengan penuh rasa syukur.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah memasuki trimester ketiga kehamilanku. Keadaan juga terasa membaik, aku mulai fokus dengan janinku yang dari awal mungkin kurang perhatian dariku. Bahkan untuk membeli keperluan calon anakku pun sempat tidak terpikir.

Terkadang aku merasa kalau aku ini bukan calon ibu yang baik. Dengan persiapan yang belum matang untuk menjadi seorang ibu, aku sering merasa khawatir dan tidak percaya diri.

Bayiku lahir! Tapi, ASI-ku Tidak Keluar

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tepat di Hari Perkiraan Lahir (HPL) 14 Juni 2019, putri kecilku lahir secara normal dengan keadaan sehat dan fisik yang lengkap.

Aku masih tidak percaya saat itu.

“Aku sudah menjadi seorang Ibu?”, berkali-kali aku bertanya pada diriku sendiri. Dengan perasaan dag dig dug, tubuh yang masih gemetar dan mata yang terlihat kebingunan, aku menimang bayiku untuk pertama kalinya.

Ketika itu perawat langsung memintaku untuk belajar menyusuinya. Aku sangat bersyukur karena bayiku pintar sekali, ia langsung bisa mengambil posisi menghisap payudaraku untuk menyusu.

Tetapi lagi-lagi tantanganku belum selesai, ASI-ku belum bisa keluar dan entah kenapa. Aku kaget dan sangat bingung. Ditambah lagi Ibu mertuaku yang saat itu sedang menemaniku malah membuat aku semakin panik dengan segala perhatiannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku Mengalami Baby blues

Bagi ibu, tentu sudah cukup memehami bagaimana perasaanku? Kembali campur aduk. Sedih, kesal, kaget, bingung, marah, panik, merasa bersalah, dan hancur.

Kalau kalian tahu dan pernah mengalami ‘Baby Blues’, mungkin aku sedang dalam kondisi itu.

Hatiku sangat tidak tenang dan kepalaku tidak berhenti berpikir, “Aku harus bagaimana, Ya Allah?”.

Suamiku berusaha berkonsultasi dan meminta obat pelancar ASI. Tetapi tetap belum ada hasilnya. Hingga akhirnya dokter sudah mengizinkanku membawa bayiku pulang.

Dengan perasaan yang masih sedih akhirnya aku pulang bersama putri kecilku yang tampak ingin sekali meminum ASI-ku. Diantar oleh kedua orang tuaku, Bapakku yang sekarang stroke dan Ibuku, aku pulang ke rumah orang tua suamiku.

Aku takut merepotkan Ibuku yang masih sedikit kerepotan merawat Bapak jika aku pulang ke rumah mereka. Toh, mertuaku juga orang yang sangat baik dan menyayangiku seperti anak mereka sendiri. Tidak apa-apa pikirku, cuma perihal yang tidak terlalu penting.

Oh, ternyata aku salah! Baby blues-ku justru semakin menjadi. Kondisi mentalku semakin berantakan.

Semua berawal karena ASI-ku yang belum keluar sedari aku melahirkan di Rumah Sakit. Ibu mertuaku yang dengan segala kasih sayangnya membantuku agar ASI-ku cepat keluar malah membuatku semakin panik dan mungkin itu sebabnya produksi ASI-ku terhambat.

Sampai aku harus merelakan putri kecilku meminum beberapa sendok susu formula dan menyusu orang lain. Sungguh semakin hancur hatiku mengingat sebenarnya dokter sudah mewanti-wanti bahwa newborn itu masih memiliki cadangan asupan dalam dirinya walaupun belum bisa mendapatkan ASI dari ibunya dan kita hanya perlu bersabar serta terus berusaha.

Suamiku terus menenangkanku.  Ketika diriku mulai bisa tenang, akhirnya di hari keempat setelah melahirkan ASI-ku keluar!

Meski baru bisa beberapa tetes, aku sangat bersemangat untuk menyusui anakku. Terharu sekali rasanya melihat bayiku menyusu di depanku, ia juga sangat bersemangat. Alhamdulillah rasa syukur terus aku ucapkan dalam hati.

Aku Percaya, Aku Ibu Kuat dan Hebat

Hari-hariku menjadi ibu baru aku lewati bersama newborn-ku di rumah mertua. Apa yang kalian bayangkan? Ya, mungkin sebagian dari kalian paham bahkan juga mengalaminya.

Tidak mudah memang. Perbedaan pendapat, ilmu, jaman dan prinsip mengasuh anak menjadi hal-hal yang sangat menyebalkan serta membuat baby blues-ku berlangsung lama.

Meskipun begitu, ada juga sih beberapa hal baik yang bisa aku ambil. Tetapi yang pasti, tantangan dunia pengasuhan itu tidak akan pernah berakhir meskipun kita sudah tidak tinggal di rumah mertua, mau sampai berapapun juga usia anak kita.

Aku harus terus belajar, karena aku percaya kalau aku bisa jadi ibu kuat dan hebat.

 

 

Ditulis oleh Zulvita Qomariana , VIPP Member theAsianparent ID

id.theasianparent.com/pengalaman-alami-baby-blues

id.theasianparent.com/mengatasi-stres-pascamelahirkan

id.theasianparent.com/mengatakan-jangan-pada-anak