Belum lama ini seorang ibu hamil pasien COVID-19 harus kehilangan janinnya, karena meninggal di dalam kandungan. Kejadian tersebut terjadi di Pulau Dewata Bali pada Jumat (24/04).
Ibu hamil pasien COVID-19 yang berumur 35 tahun ini dirujuk ke RSUP Sanglah dari RSUD Sanjiwani Gianyar. Saat ke RSUP Sanglah, diketahui jika janin yang dikandung ibu hamil tersebut sudah meninggal dalam kandungan.
“Sudah dilakukan operasi caesar tadi pagi dan saat ini ibunya dirawat di Ruangan Isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar,” ujar Direktur Utama RSUP Sanglah, dr Wayan Sudana, dikutip dari laman Kontan.co.id.
Untuk lebih memastikan apakah ibu hamil tersebut benar terinfeksi COVID-19, pihaknya melakukan tes PCR dengan mengambil sampel swab. Namun, dari hasil rapid tes sebelumnya memang sudah menunjukkan positif COVID-19.
“Kondisinya saat ini stabil, tinggal menunggu hasil tes PCR saja untuk memastikan apakah benar-benar positif COVID-19,” sambung Wayan.
Menurut Jubir Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 Kota Denpasar Dewa Gede Rai, ibu hamil tersebut diduga tertular COVID-19 dari sang suami yang bekerja di Amerika Serikat. Kini, pasien tengah diawasi oleh tim medis.
Ibu hamil pasien COVID-19, bagaimana gejala yang dirasakan?
Terkait kejadian ibu hamil pasien COVID-19 tersebut, sejumlah studi baru menunjukkan jika sebagian besar ibu hamil yang terinfeksi Virus Corona hanya memiliki gejala ringan. Bahkan, tidak parah jika dibandingkan dengan populasi umum.
Mengutip dari Tirto.id, salah satu penelitian ini dilakukan Priority Study dari University of California San Francisco. Riset itu melibatkan sekitar 30 ibu hamil di Cina yang terpapar COVID-19.
Hasilnya, gejala yang ditunjukkan relatif ringan, bahwa semua selamat, mereka cenderung tidak memiliki penyakit parah. Serta, tidak ada bukti penularan kepada janin yang sedang dikandung.
Sementara itu, terkait hal ini, ada juga penelitian lain yang dipublikasikan oleh American Journal of Obstetrics and Gynecology pada Maret 2020. Hasilnya, tidak ada bukti konkret jika ibu hamil lebih rentan terpapar COVID-19 daripada orang lain.
Sedangkan jika mereka terinfeksi, para peneliti menunjukkan jika para ibu hamil kemungkinan besarnya tidak mendapat komplikasi parah dari penyakit. Misalnya mengalami pneumonia.
Lalu, dalam laporan tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) juga menunjukkan hasil yang cukup menenangkan. Menggunakan sampel sebagian kecil ibu hamil dengan COVID-19, hasilnya mayoritas dari mereka tidak memiliki kasus parah, yakni dari 147 orang yang diteliti, 8% memiliki COVID-19 parah dan 1% kritis.
Ibu hamil tetap harus waspada
Walau demikian, ibu hamil tetap harus waspada terhadap paparan COVID-19. Sebab, meski gejalanya ringan, belum pasti sakit yang ibu hamil derita tidak lebih parah dari orang lain yang tidak hamil.
“Berdasarkan data yang terbatas dari Cina, kami dapat mengatakan bahwa Anda dapat memiliki hasil yang baik. Akan tetapi, terlalu dini untuk mengatakan jika itu aman,” kata Stepahine Gaw, perinatologis UC San Francisco yang terlihat dalam Priority.
“Ibu hamil akan memiliki gejala yang lebih ringan, tapi itu juga berarti jika seorang ibu hamil bergejala. Dia mungkin lebih sakit daripada orang yang tidak hamil dengan gejala yang sama,” imbunya.
Bisakah COVID-19 menular ketika persalinan?
Dari studi Cina yang dipublikasikan di Jama Network pada Maret 2020, melaporkan jika virus tidak muncul dalam sampel yang diambil dari cairan ketuban atau darah tali pusar dan pada usap tenggorokan bayi baru lahir.
Dari 33 bayi yang lahir dari ibu hamil pasien COVID-19 yang diteliti, hanya 3 bayi positif setelah lahir. Serta, ini mungkin melalui transmisi di dalam rahim.
Lalu, jika dari penelitian lain, tapi masih dipublikasikan di Jama Network, menunjukkan kemungkinan penularan dalam rahim itu berdasarkan peningkatan kadar antibodi tertentu. Itulah sebabnya ada beberapa bayi baru lahir dinyatakan negatif terhadap virus.
Akan tetapi, ibu hamil tetap harus berhati-hati dengan hasil penelitian tersebut. Pasalnya, belum ada bukti yang cukup kuat untuk mengonfirmasi apakah COVID-19 memang dapat ditularkan di dalam rahim atau tidak.
“Kemungkinannya pasti ada di sana,” jelas Gaw dikutip dari Tirto.id.
Bun, demikian informasi terkait kaitannya antara COVID-19 dengan ibu hamil. Di luar dari hasil penelitian, lebih baik kita menghindari infeksi COVID-19 dengan melakukan social distancing dan physical distancing, cara mudahnya yaitu di rumah saja. Serta, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan sesuai yang disarankan para ahli kesehatan.
Baca juga :
Mau melahirkan, 3 ibu hamil positif virus corona ini meninggal dunia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.